Minggu, 28 November 2010

BERJUMPA DENGAN PELAJAR

Pada Hari Minggu tanggal 28 Nopember 2010 bertempat di Kantor SAN Management Jl. Sonopakis Lor No.337 RT.04 DK.IX Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diselenggarakan Seminar Socio Motivation. Bertindak sebagai fasilitator adalah SAN Management, sedangkan narasumbernya seperti biasa adalah Aristiono Nugroho. Tema yang dipilih pada seminar kali ini adalah “Mampu Mengangkat Diri”.


Seminar diawali dengan penjelasan tentang Socio Motivation. Aristiono Nugroho menjelaskan, bahwa manusia seringkali mengunci atau merantai sendiri: (1) kemampuannya, (2) kepercayaan orang lain kepadanya, dan (3) potensinya. Oleh karena itu, manusia (termasuk pelajar) butuh Socio Motivation untuk membuka kunci atau rantai tersebut.


Peserta Socio Motivation, atau mereka yang berkenan menerima konsepsi Socio Motivation akan didorong untuk membangun motivasi yang responsif terhadap dinamika sosial. Motivasi, adalah keinginan, kehendak, atau semangat yang kuat; sedangkan responsif, adalah kemampuan merespon, menjawab, atau mengatasi dinamika sosial secara tepat, yaitu tepat ukuran dan tepat waktu; sementara itu dinamika sosial, adalah perubahan yang terus menerus terjadi pada hidup dan kehidupan masyarakat.


Dalam rangka merespon dinamika sosial, maka para pelajar diajak untuk mampu mengangkat diri. Dalam konsepsi “mengangkat diri”, maka yang diangkat bukan badannya (fisiknya) dan juga bukan hartanya (materinya), melainkan kualitas dirinya. Hal ini perlu disampaikan, karena manusia seringkali sibuk mengangkat materi atau hartanya, tetapi lupa mengangkat kualitas dirinya. Semua barang yang dimilikinya berkualitas, tetapi dirinya tidak berkualitas.


Dengan demikian, dalam konsepsi “mengangkat diri” yang harus diangkat adalah kualitas diri. Bila upaya mengangkat atau meningkatkan kualitas diri dilakukan oleh masing-masing individu, maka hal ini akan terakumulasi menjadi peningkatan kualitas masyarakat. Bila upaya mengangkat diri dilakukan oleh para pelajar, maka besar kemungkinan masa depan pelajar tersebut akan lebih cerah. Kondisi ini pada akhirnya akan mencerahkan masa depan bangsa.


Mengangkat diri dapat dilakukan dengan cara memperhatikan kualitas diri, yang terdiri dari kualifikasi dan kepribadian. Sementara itu, kualifikasi terdiri dari keahlian dan kompetensi. Dengan demikian agar dapat mengangkat diri, maka pelajar perlu memperhatikan tiga hal, yaitu: Pertama, keahlian, adalah kewenangan yang diperoleh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu kegiatan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Kedua, kompetensi, adalah kewenangan yang diperoleh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu kegiatan berdasarkan keahlian yang dimiliki. Ketiga, kepribadian, adalah kualitas yang dicirikan oleh kemampuan diri menggalang kepercayaan orang lain, sehingga ia berwenang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu kegiatan.


Dengan kata lain, kualitas diri berkaitan dengan kewenangan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu kegiatan berdasarkan kualifikasi (keahlian dan kompetensi) serta kepribadian. Oleh karena itu, bagi pelajar yang berkeinginan meningkatkan kualitas diri, maka ia perlu memperbaiki keahlian, kompetensi, dan kepribadiannya.


Untuk meningkatkan kualitas diri para pelajar wajib berlatih memberi respon yang tepat terhadap dinamika sosial. Latihan ini penting, karena banyak jenis respon yang dapat dimunculkan seorang manusia atau pelajar, yaitu: Pertama, reaktif, adalah respon yang diberikan secara berlebih-lebihan. Kedua, pasif, adalah ketidak-mampuan memberikan respon. Ketiga, aktif, adalah respon yang diberikan ala kadarnya atau sekedarnya saja, tanpa motivasi yang memadai. Keempat, proaktif, adalah respon yang diberikan sebelum adanya stimulus (kondisi atau keadaan yang harus direspon), sehingga cenderung mendahului stimulus dan negative thinking. Kelima, progresif, adalah respon yang diberikan secara berlebih-lebihan sebelum adanya stimulus. Keenam, responsif, adalah respon yang diberikan secara proporsional (tepat ukuran dan tepat waktu) dengan motivasi yang memadai.


Pelajar yang berupaya mengangkat diri akan menghargai waktu, karena ia mengerti, bahwa waktu tetap menjadi sesuatu yang penting bagi pelajar, meskipun pelajar tidak mengetahui tentang pentingnya waktu. Pelajar yang mengerti tentang pentingnya waktu akan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Terutama ketika pelajar mengerti, bahwa waktu terdiri dari masa lalu, masa kini, dan masa depan.


Masa lalu, adalah waktu yang telah dimanfaatkan; sedangkan masa kini, adalah waktu yang sedang dimanfaatkan; sementara itu masa depan, adalah waktu yang akan dimanfaatkan. Sesungguhnya, waktu dimanfaatkan oleh manusia untuk berpikir, bersikap, bertindak, dan berperilaku. Pemikiran, menghasilkan tawaran alternatif atau pilihan solusi atas suatu masalah yang dihadapi. Selanjutnya dari pemikiran muncul sikap, di mana sikap, adalah pilihan yang ditetapkan atas salah satu tawaran alternatif atau pilihan solusi atas suatu masalah yang dihadapi. Setelah adanya sikap barulah muncul tindakan, di mana tindakan, adalah sesuatu yang dilakukan berdasarkan sikap. Akhirnya muncul perilaku, yang merupakan tindakan yang dilakukan berulang-ulang.


Bagi pelajar yang mampu mengangkat diri, maka hal ini akan bermanfaat baginya, antara lain: Pertama, hidup penuh percaya diri, karena sadar bahwa dirinya memiliki kemampuan, dapat dipercaya, dan memiliki potensi yang dapat terus menerus dikembangkan. Kedua, tetap semangat dalam belajar, karena belajar adalah bagian dari proses mengangkat diri. Ketiga, siap menghadapi ujian nasional atau “UN”, karena percaya diri dan telah belajar secara terus menerus. Keempat, siap menetapkan pilihan setelah tamat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas), karena telah mengetahui adanya dua pilihan, yaitu: (1) menciptakan atau mencari pekerjaan, dan (2) meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.


Salah satu fenomena saat ini yang seringkali ”menggoda” pelajar adalah adanya fenomena tawuran. Pelajar yang mampu mengangkat diri mengetahui, bahwa tawuran terjadi karena manusia yang tawuran: (1) gagal mengkomunikasikan kepentingan atau kehendak yang berbeda, (2) gagal mempraktekkan keunggulan manusia dibandingkan hewan, di mana keunggulan manusia terletak pada kemampuannya mengkomunikasikan perbedaan, dan (3) gagal memahami fitrah manusia yang mampu hidup berdampingan secara damai meskipun memiliki banyak perbedaan.


Sementara itu, di kalangan pelajar kadangkala juga terjadi tawuran. Pelajar yang mampu mengangkat diri mengetahui, bahwa tawuran pelajar terjadi karena pelajar yang tawuran: Pertama, gagal menjadi makhluk dewasa yang mampu mengkomunikasikan perbedaan kehendak dan kepentingan; Kedua, gagal mengaktualisasi diri pada hal-hal yang baik, karena lebih mudah mengaktualisasi pada hal-hal yang buruk. Tepatnya lebih mudah menjadi hewan, daripada menjadi manusia.


Perhatikan tawuran (pertarungan atau perkelahian) antar ayam, yang merupakan contoh perilaku hewan. Jika yang tawuran ayam, maka hal ini wajar, karena ayam adalah hewan. Tawuran ayam biasanya terjadi karena diprovokasi oleh manusia. Namun jika yang tawuran pelajar, maka hal ini merupakan hal buruk, karena pelajar adalah manusia.


Akibat berlangsungnya tradisi tawuran dan kekerasan, maka hidup menjadi tidak nyaman. Ke sekolah tidak nyaman, ke kampus tidak nyaman, nonton sepak bola tidak nyaman. Hidup menjadi tidak nyaman. Padahal tiap orang butuh kenyamanan. Pelajar butuh kenyamanan, agar dapat menempuh ujian nasional atau ”UN” dengan baik.


UN adalah cara mengukur kemampuan pelajar menjawab pertanyaan yang ada pada soal UN. Oleh karena itu, pelajar perlu mengetahui, bahwa UN bukanlah cara untuk mengukur kesuksesan pelajar di masa depan. Dengan demikian, tidak lulus UN bukanlah ”kiamat”. Banyak cara untuk hidup sukses, meskipun tidak lulus UN, misalnya dengan mengikuti program dan ujian Paket-A (untuk Sekolah Dasar), Paket B (untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), dan Paket C (untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Hal terpenting bagi pelajar adalah mempersiapkan diri dan mengikuti UN dengan sebaik-baiknya. Pelajar perlu mengikuti UN dengan tenang, dan bersiap menghadapi apapun hasil UN yang akan diterimanya.


Oleh karena itu, agar memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya dan untuk menghadapi UN, maka ada tiga hal yang saling terkait, yaitu: Pertama, belajar, yaitu upaya untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan, serta mampu memanfaatkan teknologi. Kegiatan belajar mendorong pelajar untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan.


Kedua, bimbingan belajar, yaitu upaya untuk mendapatkan cara belajar yang paling efektif dan paling efisien dalam belajar. Bimbingan belajar mendorong pelajar untuk belajar secara efektif dan efisien.


Ketiga, seminar motivasi, yaitu upaya membangkitkan keinginan, kehendak, dan semangat yang kuat pada diri pelajar untuk belajar sebaik-baiknya. Seminar motivasi mendorong pelajar untuk belajar dan mengikuti bimbingan belajar.

Jumat, 19 November 2010

PERBAIKAN DIRI SENDIRI

Perbaikan adalah upaya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, atau upaya melakukan sesuatu dengan lebih baik. Upaya ini akan muncul, hanya apabila seseorang telah memiliki kesadaran tentang pentingnya menjadi orang yang semakin baik. Sebagai contoh, seorang pelajar yang ingin melakukan perbaikan, maka sesungguhnya keinginan itu barulah muncul ketika ia telah faham tentang pentingnya menjadi lebih baik.


Agar dapat mencapai perbaikan diperlukan: Pertama, upaya untuk membangun atau memperbaiki keahlian, pengetahuan dan lain-lain. Sebagai contoh, bagi seorang pelajar, maka ia perlu memperbaiki keahlian dan pengetahuannya. Pelajar tersebut perlu berpikir, bersikap, bertindak, dan berperilaku serius (bersungguh-sungguh) dalam mengikuti pelajaran di kelasnya, agar pengetahuannya bertambah terus. Ia juga perlu mengikuti praktikum mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dengan sungguh-sungguh, agar ia memiliki keahlian yang semakin baik.


Kedua, upaya untuk melakukan sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sebagai contoh, bagi seorang pelajar, maka ia perlu memperbaiki cara belajarnya agar ia semakin mudah menyerap pengetahuan dan keahlian. Ia perlu menjajagi beberapa cara belajar, agar ia dapat menemukan cara belajar yang cocok dengan dirinya. Banyak cara belajar yang dapat ia jajagi, seperti: belajar secara visual (melihat gambar), belajar secara audio (mendengar suara), belajar secara audio visual (mendengar suara dan melihat gambar), belajar sambil menulis, dan lain-lain.


Ketiga, upaya untuk menciptakan suatu situasi baru, yang lebih baik dari situasi sebelumnya. Sebagai contoh, bagi seorang pelajar, maka ia perlu menciptakan situasi baru yang lebih “cair” atau lebih nyaman, ketika ia berinteraksi dengan sahabat-sahabatnya. Situasi yang lebih nyaman juga perlu diciptakan, ketika ia berinteraksi dengan guru, tutor, atau siapapun yang menjadi narasumber pengetahuannya. Dengan situasi baru yang lebih nyaman ini, maka ia akan lebih mudah menyerap pengetahuan yang bermanfaat bagi bekal kehidupannya.


Keempat, upaya untuk menemukan sesuatu yang baru, atau menjadi orang pertama yang menemukan sesuatu hal yang penting. Sebagai contoh, bagi seorang pelajar, maka ia perlu menemukan sesuatu yang baru pada dirinya, yaitu motivasi yang selalu diperbarui. Ia menjadi orang pertama yang mengetahui hakekat hidupnya, karena ia adalah orang yang paling dekat dengan dirinya sendiri. Sebelum orang tua, guru, atau sahabat mengetahui hakekat dirinya, ia adalah orang pertama yang mengetahui hakekat dirinya sendiri. Ia mengetahui tentang visi hidupnya, yaitu berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bermanfaat optimal bagi lingkungannya.


Kelima, upaya melakukan sesuatu yang baru yang dirancang dan diciptakan secara baru. Sebagai contoh, bagi seorang pelajar, maka ia siap melakukan sesuatu yang baru dalam mewujudkan visinya, yaitu berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bermanfaat optimal bagi lingkungannya. Untuk itu ia siap mewujudkannya dalam semangat baru, dalam motivasi yang lebih kuat, dan dalam kualitas diri yang lebih siap dalam merespon dinamika sosial. Oleh karena itu, ia akan terus menerus memperbaiki rancangannya, agar terus menerus nampak sebagai rancangan yang baru, dan agar selalu siap menghadapi situasi yang selalu baru.

Selasa, 16 November 2010

BERBAGI DENGAN MASYARAKAT

Tanggal 14 Nopember 2010, Aristiono Nugroho sebagai narasumber (sekaligus motivator) Socio Motivation berbagi dengan masyarakat (dari kalangan yang heterogen) tentang motivasi, khususnya yang berkaitan dengan “Mampu Mengembangkan Diri”.


Pada kesempatan itu berhasil difahami, bahwa: Pertama, menjadi orang yang mampu mengembangkan diri ada syaratnya, yaitu: memiliki rasa ingin tahu, pemikiran terbuka, dapat menerima perubahan, bersedia belajar terus menerus, dan bersedia membangun suasana yang nyaman dan aman.


Kedua, menjadi orang yang mampu mengembangkan diri ada caranya, yaitu: bersedia menjadi orang yang tahu tentang sesuatu, agar bisa melakukan sesuatu, sehingga menjadi orang yang sukses. Selain itu juga diperlukan kesediaan untuk melakukan analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak, serta bersedia melakukan perbaikan kompetensi.


Ketiga, menjadi orang yang mampu mengembangkan diri, mengindikasikan kualitas seseorang yang bersedia berubah menjadi lebih baik. Bila gagal berubah, maka orang tersebut akan berusaha terus menerus agar berubah menjadi lebih baik. Agar berubah, maka pelajari data (valid dan reliable) yang ada secara obyektif (sesuai tujuan analisis), sehingga seseorang dapat melakukan sesuatu dengan tepat (baik, benar, dan indah). Seseorang yang yang mampu mengembangkan diri, juga mengindikasikan kualitas seseorang yang bersedia terus menerus mencari peluang, agar menjadi lebih baik.


Minggu, 07 November 2010

DIBEBANKAN PADA DIRI SENDIRI

Seseorang yang memiliki keteguhan dalam berjuang mengarungi hidup, tidak akan gentar dengan beban yang dipikulkan kepadanya. Ia justru merasa, bahwa beban yang dipikulkan itu merupakan pengakuan atas eksistensi dirinya. Ia mengerti, bahwa sebagai manusia ia memperoleh dua beban utama untuk dilaksanakan, yaitu: Pertama, beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, memberi manfaat optimal bagi lingkungannya.


Agar hal-hal yang dibebankan pada diri sendiri tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka seseorang harus: Pertama, jujur, karena dengan bermodalkan kejujuran, orang lain akan percaya kepada dirinya, sehingga memudahkannya bersinergi dengan orang lain dalam melaksanakan bebannya. Kedua, profesional, karena dengan bermodalkan profesionalitas, siapapun yang memerlukannya akan merasa puas dengan yang ia kerjakan. Ketiga, inovatif, karena dengan bermodalkan inovasi ia mampu menciptakan sesuatu yang baru.


Kemampuannya dalam hal membangun kepercayaan dan sinergi dengan orang lain, serta profesionalitasnya dalam bekerja, dan kemampuannya berinovasi menjadi pengantar bagi hadirnya manfaat optimal dirinya di tengah-tengah lingkungannya. Selanjutnya kemampuan memberi manfaat optimal ini ia persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai bentuk baktinya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disertai dengan kekhusuannya beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Setelah seseorang memiliki sifat jujur, profesional, dan inovatif; selanjutnya ia harus berupaya sungguh-sungguh mewujudkan tanggung-jawabnya (sesuai bebannya) dengan bersikap: Pertama, meyakini bahwa beban yang ada pada dirinya, yaitu beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memberi manfaat optimal bagi lingkungannya, merupakan beban yang mulia dan dapat memuliakan orang lain. Kedua, oleh karena itu, ia harus memiliki kegigihan dan mampu meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiarnya. Ketiga, sehingga ia dapat menjadi orang yang terpercaya, baik oleh Tuhan Yang Maha Esa, maupun oleh manusia.


Dengan demikian seseorang yang teguh dalam berjuang, hendaknya bersedia dengan sungguh-sungguh untuk berlatih dan berpikir keras. Ia harus mampu mengenal diri dan potensinya, sehingga ia dapat mengenal kekurangan diri lalu memperbaikinya, dan menempah dirinya secara optimal. Seseorang yang teguh dalam berjuang, hendaknya bersedia berlatih untuk mengenal situasi dan lingkungannya, sehingga ia bisa mendapatkan manfaat dari lingkungannya secara optimal, dan sekaligus memberikan manfaat balik kepada lingkungan secara profesional.


Seseorang yang teguh dalam berjuang, hendaknya bersedia berlatih untuk membuat suatu perencanaan yang matang, sehingga segala sesuatunya berjalan dalam jalur yang telah disepakati. Seseorang yang teguh dalam berjuang, hendaknya bersedia berlatih untuk mengevaluasi setiap hasil karyanya, bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan, dan senantiasa meningkatkan kinerjanya.