Minggu, 30 Oktober 2011

PD ABISS...

PD atau Percaya Diri, hendaknya dimiliki oleh setiap manusia. Apabila seorang manusia telah memiliki percaya diri, maka ia biasanya “PD Abiss…” atau tampil percaya diri banget.


Allah SWT menjelaskan terjadinya internalisasi pengetahuan pada manusia, sebagaimana firman Allah SWT, “Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya…” (QS.2:31).


Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS.2:31 diketahui, bahwa internalisasi pengetahuan pada diri seorang manusia merupakan suatu hal yang penting. Pengetahuan yang dimilikinya, akan mendorong yang bersangkutan untuk membangun kemampuan dan keterampilan yang berbasis pengetahuan. Ketika hal ini telah dilampaui, maka ia dapat ”PD Abiss...”


Allah SWT juga berfirman, “Iqra (bacalah) dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajari manusia dengan perantaraan firman. Dia mengajari manusia hal-hal yang belum diketahuinya (QS.96:1-5).


Untuk bisa PD Abiss seorang manusia harus memiliki kemampuan: Pertama, public speaking. Kemampuan ini menjadikan seorang manusia mampu berbicara di depan umum, sepanjang ia bersedia mempelajari metode berbicara di depan umum dengan baik. Untuk itu ia perlu berlatih agar: (1) berani bicara di depan umum, (2) tampil percaya diri dan mengesankan di depan umum, dan (3) mampu menggunakan alat-alat peraga atau media presentasi di depan umum.


Kedua, public relation. Kemampuan ini menjadikan seorang manusia mampu berkomunikasi dan menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga ia memiliki citra yang baik dan mendapat kepercayaan masyarakat. Untuk itu ia perlu memiliki wawasan dan pengetahuan tentang peran komunikasi dalam berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini selanjutnya mewajibkan yang bersangkutan untuk: (1) memahami peran penting komunikasi dalam berinteraksi dengan masyarakat, (2) memiliki teknik membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat, dan (3) memiliki teknik pencitraan diri yang baik.


Ketiga, personality development. Kemampuan ini menjadikan seorang manusia mampu mensikapi dengan cepat dan tepat atas terjadinya dinamika sosial di masyarakat, agar yang bersangkutan tidak ”dilahap” oleh zaman (dinamika sosial). Untuk itu, yang bersangkutan wajib membangun: (1) kemampuan menggali jati diri dan potensi diri serta kemampuan mengaktualisasikannya, (2) kemampuan untuk tampil percaya diri sebagai konsekuensi atas ikhtiar menjadi pribadi yang unggul, (3) kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, dan (4) kemampuan mencetak prestasi yang membaikkan masyarakat.


Keempat, customer service. Kemampuan ini menjadikan seorang manusia mampu melayani masyarakat dengan baik. Untuk itu, yang bersangkutan wajib membangun: (1) kemampuan mengenali peran penting masyarakat bagi dirinya, (2) kemampuan untuk tampil percaya diri sebagai bagian dari ikhtiar memberi manfaat pada masyarakat, (3) kemampuan untuk berempati pada segenap pengalaman dan kondisi masyarakat, dan (4) kemampuan membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat.


Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai...

Minggu, 23 Oktober 2011

QUALITY IN EVERYTHING WE DO

“Quality in everything we do”, atau “berkualitas bagi setiap pekerjaan kita”, merupakan pesan yang dapat menjadi pendorong bagi setiap manusia untuk bekerja dengan baik atau bekerja berkualitas.


Kualitas berkaitan dengan keadaan sesuatu yang berada pada kondisi benar, baik, dan indah. Pertama, sesuatu disebut “benar”, bila sesuai dengan fakta yang nyata (real) pada situasi tertentu. Kedua, sesuatu disebut “baik”, bila nyaman, menyenangkan, dan menarik hati. Ketiga, sesuatu disebut “indah”, bila menarik dan menyenangkan. Keempat, sesuatu disebut “benar, baik, dan indah”, bila sesuai dengan ketentuan “kebenaran, kebaikan, dan keindahan” yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.


Ketetapan Allah SWT tentang “kebenaran, kabaikan, dan keindahan” dapat dilihat pada Al Qur’an, yang kemudian dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam Al Hadist, yang selanjutnya dinasehatkan oleh ulama salaf (ulama terdahulu) serta mayoritas ulama saat ini.


Allah SWT mengingatkan, bahwa kebenaran itu dari Allah SWT (lihat QS.2:147 dan QS.18:29). Kalau kebenaran itu berdasarkan kebenaran manusia, maka terjadilah kekacauan di alam semesta (lihat QS.23:71). Oleh karena itu, bila kebenaran telah datang, maka ketidak-benaran akan sirna (lihat QS.34:49). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan kebenaran (lihat QS.35:24). Namun demikian ada manusia yang mendustakan kebenaran Allah SWT yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW (lihat QS.50:5).


Pernyataan tentang kebenaran sebagaimana yang telah diuraikan, sesungguhnya juga bermakna baik, dan indah. Dengan kata lain kebenaran menurut Allah SWT memiliki makna sebagai sesuatu yang benar, baik, dan indah. Tepatnya, yaitu benar, baik, dan indah yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT.


Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk, maka sesungguhnya petunjuk itu bagi dirinya. Dan barangsiapa yang tersesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu atas dirinya. Dan tidaklah seseorang yang berdosa akan memikul dosa orang lain. Dan Kami (Allah) tidak akan mengazab hingga Kami utus rasul terlebih dahulu” (QS.17:15).


Petunjuk Allah SWT tentang sesuatu yang benar, baik, dan indah diuraikan dalam Al Qur’an, yang diturunkan oleh Allah SWT, yang isinya terpelihara atas kehendakNya.


Allah SWTmenjelaskan, ”Sesungguhnya Kami (Allah) yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami pula yang memeliharanya” (QS.15:9).


Oleh karena itu, bagi setiap kita (manusia) yang ingin“quality in everything we do”, maka wajiblah ia mengikuti petunjuk Allah SWT dalam Al Qur’an. Setiap kita hendaknya bersyukur, atas perkenan Allah SWT menyampaikan petunjukNya dalam Al Qur’an.




Allah SWT menjelaskan, ”… sesungguhnya (Al Qur’an) diturunkan dengan ilmu Allah …” (QS.11:14).




Dengan demikian, “Kitab ini (Al Qur’an) tidak ada keraguan di dalamnya, dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS.2:2).



Untuk memahami petunjuk Allah SWT dalam Al Qur’an, maka setiap kita hendaklah berkenan memperhatikan segenap fenomena yang ada di bumi.


Allah SWT mengingatkan, “Dan tidakkah mereka berjalan di bumi, lalu mereka memperhatikan bagaimana akibat orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka. Orang-orang itu juga mengolah bumi serta memakmurkannya melebihi dari yang mereka makmurkan. Dan datanglah kepada mereka rasul-rasulNya dengan keterangan-keterangan yang nyata. Maka Allah tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri” (QS.30:9).


Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai...

RENUNGAN: MEMAHAMI PLURALISME

Sebagai faham dogmatis andalan Barat, liberalisme dikemas menjadi filsafat, untuk kemudian disusupkan ke berbagai ranah, yaitu: Pertama, disusupkan ke ranah politik, maka lahirlah dogma demokrasi. Kedua, disusupkan ke ranah ekonomi, maka lahirlah dogma kapitalisme. Ketiga, disusupkan ke ranah theologi, maka lahirlah dogma pluralisme. Keempat, disusupkan ke ranah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka lahirlah dogma sekularisme. Kelima, disusupkan ke ranah gerakan wanita, maka lahirlah dogma feminisme.


Sesungguhnya distribusi pluralisme di dunia bukanlah sesuatu yang kebetulan, melainkan rancangan yang tersusun secara cermat dan sistematis dalam Protocol of Zion yang telah disiapkan oleh Yahudi Internasional sejak tahun 1897.


Perhatikanlah isi point ketiga-belas dan keempat-belas Protocol of Zion (1897). Pada point ketiga-belas dinyatakan, ”Bangsa Yahudi harus menghambat dan mematikan pemikiran yang benar, yang berhasil dirancang oleh Bangsa Non Yahudi.” Sementara itu, point keempat-belas dinyatakan, ”Bangsa Yahudi harus mengikis habis agama lain selain Agama Yahudi, agar di dunia hanya ada satu agama, yaitu Yahudi.”


Untuk dapat melaksanakan point ketiga-belas dan keempat-belas Protocol of Zion, maka terlebih dahulu semua agama harus diberi posisi theologi yang setara, setelah itu ditunjukkan perbedaan posisi sosial pengikutnya. Dengan cara ini maka Agama Yahudi akan unggul, karena meskipun setara dalam posisi theologi, tetapi para pengikut Agama Yahudi memiliki keunggulan dalam posisi sosial, ekonomi, politik, dan teknologi.


Sebagai langkah awal digulirkanlah pluralisme, yang merupakan sebuah konsepsi interaksi sosial yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi antar anggota masyarakat. Berdasarkan konsepsi ini, maka masyarakat dapat hidup bersama (koeksistensi) tanpa konflik.


Pluralisme kemudian mendorong terwujudnya masyarakat yang pluralistis, di mana kekuasaan dan penentuan keputusan tersebar di anggota masyarakat. Hal ini menghasilkan partisipasi masyarakat yang lebih tersebar luas. Saat itu, pluralisme menumbuhkan pengetahuan, yang dapat menyebabkan kesejahteraan masyarakat, karena, kinerja lebih besar, dan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.


Pada saat itu, pluralisme masih diletakkan pada ranah sosial, atau dikenali sebagai pluralisme sosiologis. Saat itu, pluralisme masih dapat diterima oleh setiap manusia, termasuk oleh Umat Islam.


Persoalan muncul, ketika distribusi pluralisme di dunia memasuki tahap berikutnya, di mana pluralisme diletakkan pada ranah theologis, yaitu pada saat semua agama dianggap benar, dan semua agama dianggap mempertuhankan Tuhan yang sama.


Ketika pluralisme memasuki ranah theologis, maka ia bertentangan dengan firman Allah SWT, karena Allah SWT telah memilihkan Agama Islam untuk manusia. Nasehatnya adalah, janganlah mati melainkan dalam keadaan muslim (lihat QS.2:132).


Dalam hal ini tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, karena sudah jelas jalan yang benar dengan yang salah (lihat QS.2:256). Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah SWT hanyalah Islam (lihat QS.3:19).


Oleh karena itu sangat mengherankan jika ada manusia mencari agama selain Islam (lihat QS.3:83), karena barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima agamanya itu (lihat QS.3:85).



Sebagaimana diketahui, pluralisme adalah suatu faham keaneka-ragaman yang memasuki ranah theologi (ketuhanan), sehingga menganggap semua agama benar. Akibatnya sulit membedakan antara tuhan palsu dengan Tuhan yang sebenarnya, karena baik yang palsu maupun yang sebenarnya sama-sama diterima sebagai Tuhan.




Dengan kata lain terjadi simulacrum dalam agama, yaitu sulitnya membedakan antara yang palsu dengan yang asli. Padahal cara berpikir seperti ini bertentangan dengan agama, sebab sesungguhnya agama hanya mempertuhankan Tuhan yang sebenarnya.




Bukankah Tuhan itu Esa. Bukankah Tuhan itu tempat bergantung semua ciptaanNya. Bukankah Tuhan itu tidak memiliki anak dan tidak layak dianggap anak.
Bukankah tidak ada sesuatupun selain Tuhan yang setara dengan Tuhan (lihat QS.112:1-4).



Oleh karena itu, tidaklah sama antara agama yang mempertuhankan Tuhan (Tuhan Sebenarnya) dengan agama yang mempertuhankan tuhan (tuhan palsu). Dengan demikian pluralisme melanggar filosofi kesamaan (dasar sesuatu disebut sama).




Bukankah dalam Perspektif Perbandingan Agama setiap agama sah melakukan truth claim (pengakuan kebenaran). Oleh karena itu, masing-masing agama memiliki truth claim yang berbeda-beda, sehingga hal ini bertentangan dengan prinsip kesamaan. Dengan demikian pluralisme bertentangan dengan fakta persamaan dan perbedaan yang ada dalam ranah theologi.



Renungkanlah, dan semoga Allah SWT meridhai…
Perhatikan tulisan “WC UMUM” pada foto. Tulisan ini merusak keindahan suasana yang nampak pada foto. Kejadian ini menunjukkan perlunya kehati-hatian mengumumkan sesuatu. Boleh jadi pengumuman itu penting, baik, dan perlu. Tetapi ketidak-cermatan dalam meletakkan (tempat dan waktu) pengumuman, berpeluang merusak keindahan suasana.

Rabu, 19 Oktober 2011

MAKE CHANGE, MAKE A GIFT

“Make change, make a gift” (buat perubahan, sebagai hadiah) merupakan pepatah yang dapat memotivasi setiap manusia untuk berkenan berubah. Setiap manusia perlu berubah, karena perubahan ke arah yang semakin baik merupakan hadiah yang terbaik bagi diri sendiri maupun orang lain.


Rasulullah Muhammad SAW ketika diutus oleh Allah SWT ke dunia, sesungguhnya memiliki missi perubahan. Ia ditugaskan oleh Allah SWT agar mengajak manusia merubah pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya dari jahiliah ke Islami.


Diutusnya Rasulullah Muhammad SAW ke dunia, sekaligus merupakan pertanda bagi manusia untuk berkenan berubah menjadi lebih Islami. Apabila suatu kaum tidak bersedia berubah menjadi lebih baik dengan semakin Islami, maka Allah SWT akan mengganti kaum tersebut dengan kaum yang lain.


Allah SWT telah mengingatkan, “Itulah kamu. Kamu diseru agar membelanjakan harta kamu pada jalan Allah, maka di antara kamu ada yang kikir. Barangsiapa yang kikir, maka sesungguhnya kekikiran bagi dirinya sendiri. Allah Maha Kaya, sedang kamu kikir. Karena kamu berpaling, niscaya Ia (Allah) akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain. Mereka tidak akan serupa denganmu” (QS.47:38).


Dalam QS.47:38 salah satu parameter perubahan adalah kekikiran. Setiap manusia yang telah berubah menjadi lebih Islami tidak akan lagi kikir. Baginya membelanjakan harta di jalan Allah SWT merupakan salah satu cara beribadah kepada Allah SWT dan sekaligus rahmatan lil’alamiin.


Jika orang kikir berpaling ketika Allah SWT memerintahkan membelanjakan harta di jalan Allah SWT, maka seorang manusia yang telah berubah menjadi lebih Islami justru menyambut seruan itu dengan penuh suka cita. Baginya tidak ada jalan lain selain mengabdikan hidupnya untuk Allah SWT.


Allah s.w.t. mengingatkan, “Tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa. Namun jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS.5:2).


Berdasarkan QS.5:2 ini, maka tindakan seorang manusia untuk membelanjakan harta di jalan Allah SWT hendaklah dilakukan secara sinergi, agar hasil (output) dan dampak (outcome) yang diperoleh dapat optimal.


Dengan demikian agar dapat “Make change, make a gift” seorang manusia perlu memperhatikan perintah – perintah Allah SWT, misalnya tidak kikir, melainkan siap untuk membelanjakan harta di jalan Allah SWT. Lebih hebat lagi bila ia bersedia bekerjasama dengan para pelaku kebajikan lainnya, sehingga hasil dan dampak kebajikannya optimal.


Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai…

RENUNGAN: KERAPUHAN PRINSIP LIBERALISME

Dalam liberalisme terdapat beberapa prinsip yang bermasalah, seperti: Pertama, prinsip government by the consent of the people or the governed, yang berarti pemerintah harus bertindak menurut kehendak rakyatnya atau yang dipimpinnya. Prinsip ini kemudian melahirkan prinsip the rule of law, yang berarti berlakunya hukum pada jalannya, dan perlindungan hak asasi manusia.


Prinsip government by the consent of the people or the governed, sesungguhnya memuat kedzaliman ketika dilaksanakan atau diimplementasikan. Berdasarkan prinsip ini maka Pemerintah harus menuruti kehendak rakyatnya, sekalipun kehendak itu berisi kejahiliahan dan kedzaliman. Kerusakan semakin parah, ketika kejahiliahan dan kedzaliman dijadikan substansi hukum, yang kemudian dijalankan dengan berpegang pada prinsip the rule of law.


Akibatnya pemerintah dan negara menjalankan pemerintahan dan hukum yang dzalim dan jahiliah. Dengan demikian berlakulah prinsip the rule of law dan hak asasi manusia yang dzalim (menganiaya) dan jahiliah (bodoh).


Prinsip the rule of law, yang berarti berlakunya hukum pada jalannya, mempersyaratkan adanya hukum tertinggi, yaitu undang-undang (man made); yang berpeluang bertentangan dengan ketentuan Allah SWT (God made).


Contoh, pernikahan siri, atau pernikahan yang sah berdasarkan ketentuan Allah SWT yang tidak didaftarkan pada Kantor Urusan Agama (Islam), maka pelakunya berpeluang dikriminalisasi (diproses sebagai pelaku tindak kejahatan) berdasarkan undang-undang.


Kedua, prinsip the emphasis of individual, yang berarti pengutamaan kepentingan individu. Prinsip ini berpeluang menimbulkan disintegrasi (perpecahan) dalam masyarakat, karena masing-masing individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Akibatnya terjadi perebutan pengaruh dan kekuasaan antar individu atau antar golongan untuk mewujudkan kepentingan masing-masing.


Ketiga, prinsip the state is instrument, yang berarti negara hanya sebagai alat. Prinsip ini memuat kedzaliman ketika dilaksanakan atau diimplementasikan, karena memberi kesempatan pada kelompok elit untuk memperalat negara. Akibatnya dapat melemahkan dan menyulitkan upaya membangun harmoni sosial.


Khusus prinsip the state is instrument dapat dilihat pada kasus demonstrasi Occupy Wall Street di Kota New York, Amerika Serikat. Sebagaimana diketahui demonstrasi ini dilakukan terhadap kaum serakah di Amerika Serikat yang telah memperalat Negara Amerika Serikat bagi mereka. Demonstrasi yang mulai sejak tanggal 17 September 2011, pada Hari Selasa tanggal 11 Oktober 2011 mengarah ke Fifth Avenue dan Park Avenue, New York, yang merupakan tempat tinggal kelompok kaya Amerika Serikat. Sampai dengan Hari Rabu tanggal 12 Oktober 2011 demonstrasi telah menyebar di 150 kota di Amerika Serikat.


Demonstrasi Occupy Wall Street dilakukan oleh masyarakat Amerika Serikat, karena negara lebih berpihak pada kelompok kaya Amerika Serikat daripada masyarakat Amerika Serikat pada umumnya. Ketika perusahaan yang dimiliki kelompok kaya mengalami kesulitan keuangan, maka negara Amerika Serikat segera menalangi kesulitan tersebut, sehingga kelompok kaya tetap kaya. Sebaliknya negara Amerika Serikat mengabaikan kesulitan masyarakat Amerika Serikat pada umumnya, dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok dan tingginya angka pengangguran. Saat ini demonstrasi Occupy Wall Street telah menyebar ke Eropa, dan berkembang menjadi demontrasi anti kapitalisme dan liberalisme (lihat Republika Online, 13 Oktober 2011).


Keempat, prinsip refuse dogmatism, yang berarti menolak dogmatisme. Prinsip ini bertentangan dengan fakta, karena sesungguhnya liberalisme adalah sebuah dogma. Dengan demikian, apabila prinsip refuse dogmatism dilaksanakan, maka seharusnya diwujudkan dengan menolak liberalisme.


Kelima, prinsip pengetahuan didasarkan pada pengalaman. Prinsip ini seharusnya menyadarkan penganut liberalisme, bahwa oleh karena pengetahuan didasarkan pada pengalaman maka kebenaran manusia dapat berubah-ubah. Hal ini seharusnya menyadarkan penganut liberalisme, bahwa kebenaran mereka relatif. Dengan demikian penganut liberalisme membutuhkan kebenaran mutlak, yaitu kebenaran Allah SWT. Dengan kata lain penganut liberalisme seharusnya meninggalkan liberalisme.


Renungkanlah, semoga Allah SWT meridhai...

Minggu, 09 Oktober 2011

HOPE FOR STRENGTH

“Hope for strength”, atau “berharap memiliki kekuatan” wajar dimiliki oleh setiap manusia. Dengan kata lain, setiap manusia berhak untuk berharap memiliki kekuatan.


Saat berharap (hope), seorang manusia menginginkan sesuatu terjadi. Oleh karena itu, saat hope for strength, seorang manusia menginginkan kekuatan menjadi bagian dari dirinya.


Kekuatan (strength) memiliki makna: Pertama, strong, yaitu seseorang yang memiliki kekuatan dalam arti fisik. Kedua, influence, yaitu seseorang yang memiliki daya (kekuatan non fisik) untuk mempengaruhi. Ketiga, being brave, yaitu seseorang yang menjadi berani untuk melakukan sesuatu. Keempat, good qualities, yaitu seseorang yang mampu menjadikan sesuatu lebih baik, lebih efektif, lebih efisien, atau lebih indah. Kelima, value, yaitu seseorang yang menjadikan sesuatu lebih bernilai dari sebelumnya.


Saat berhasil membebaskan Kota Mekah dari kekuasaan Kaum Kafir Quraisy, Rasulullah Muhammad SAW menyatakan, ”Wahai segenap manusia. Sebarkanlah perdamaian (salam), berilah makanan, pererat hubungan sosial (silaturahim), dan shalatlah pada malam hari, saat seluruh manusia sedang terlelap. Jika melakukan itu, maka kalian akan memasuki surga dengan selamat.”


Pesan Rasulullah Muhammad SAW menunjukkan, bahwa hope for strength akan tercapai, apabila seorang manusia berkenan: Pertama, berdamai, baik berdamai dengan diri sendiri maupun orang lain, sepanjang berada dalam koridor nilai-nilai Islam. Kedua, membantu orang lain sesuai kemampuan, agar orang tersebut dapat beribadah kepada Allah SWT dan dapat rahmatan lil’alamiin. Ketiga, mempererat hubungan sosial di jalan dakwah dan dalam rangka dakwah. Keempat, shalat malam hari atau shalat tahajud sebagai sarana lebih mendekatkkan diri kepada Allah SWT selain shalat lima waktu.


Ketika seorang manusia berkenan menjalankan pesan Rasulullah Muhammad SAW hingga Allah SWT ridha kepadanya, maka insyaAllah ia akan memasuki surga dengan selamat. Saat itulah, hope for strength menjadi kenyataan.


Allah s.w.t. telah mengajarkan, “…Barangsiapa yang memuliakan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya adalah dari ketaqwaan hati” (QS.22:32).


Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS.22:32 maka diketahui, bahwa sepanjang hope for strength yang ada pada diri seorang manusia adalah dalam rangka memuliakan syiar-syiar Allah SWT, maka ia akan tergolong sebagai orang yang bertaqwa.


Dengan berbekal ketaqwaan, seorang manusia akan dengan penuh semangat berikhtiar untuk berdamai, membantu orang lain, mempererat hubungan sosial, dan shalat malam. Tujuannya hanya satu, yaitu beribadah kepada Allah SWT untuk menggapai ridhaNya.


Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai...

RENUNGAN: ANTROPOSENTRISME DALAM LIBERALISME

Agama Islam mengarahkan agar setiap manusia hidup dalam koridor yang benar, yaitu koridor nilai – nilai Islam, yang terdiri dari aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak. Sesungguhnya orang – orang berkualitas membutuhkan koridor sebagai pembatas aktivitasnya, agar ia dapat berkreasi sebebas-bebasnya dalam koridor yang ada.


Dalam masyarakat modern, liberalisme tumbuh dalam sistem demokrasi, karena keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Dengan kata lain keduanya sama – sama menganut antroposentrisme, yaitu faham yang “mempertuhankan” manusia.


Sementara itu, dalam nilai-nilai Islam ditetapkan, bahwa setiap manusia perlu tunduk pada ketentuan (perintah dan larangan) Allah SWT. Dengan kata lain, ketentuan bukan diputuskan oleh manusia melainkan oleh Allah SWT, sekalipun manusia-manusia itu berhimpun dalam kelompok mayoritas.


Dalam nilai-nilai Islam, penentu kebenaran bukanlah suara mayoritas, melainkan Allah SWT. Kehidupan, kebebasan, dan hak milik yanga ada pada manusia haruslah diabdikan kepada Allah SWT.


Berdasarkan nilai-nilai Islam, diketahui bahwa ada beberapa prinsip liberalisme yang buruk dan memiliki daya rusak konseptual yang tinggi, antara lain:


Pertama, prinsip hold the basic equality of all human being dalam liberalisme. Prinsip ini berarti kesempatan yang sama bagi setiap manusia. Sesungguhnya prinsip ini memuat kedzaliman ketika dilaksanakan atau diimplementasikan.


Contoh, berdasarkan prinsip tersebut maka pengusaha lokal di sebuah kota kecil Indonesia harus bersedia melakukan persaingan bebas dengan pengusaha multi nasional dari Amerika Serikat, yang bisnisnya masuk ke kota kecil tersebut.


Padahal kebesaran pengusaha di negara-negara maju diawali oleh fasilitasi negara, yang mana negara tersebut dahulunya menguras kekayaan negara-negara miskin melalui penjajahan (kolonialisme). Dengan demikian prinsip ini merupakan cara negara-negara maju menyembunyikan dosa sejarah mereka, yaitu kolonialisme.


Kedua, prinsip treat the others reason equally dalam liberalisme. Prinsip ini berarti kesetaraan pendapat setiap manusia. Sesungguhnya prinsip ini memuat kedzaliman ketika dilaksanakan atau diimplementasikan.


Contoh, berdasarkan prinsip ini maka pendapat yang menimbulkan manfaat setara dengan pendapat yang menimbulkan kerusakan bagi masyarakat. Oleh karena kedua pendapat yang bertentangan ini setara, maka keduanya harus dilaksanakan. Untuk itu Pemerintah (Negara) harus memfasilitasi kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, dan juga memfasilitasi kegiatan yang merusak masyarakat. Akibatnya Pemerintah (Negara) berfungsi sebagai agen perusak bagi masyarakatnya.


Renungkanlah, dan semoga Allah SWT meridhai…

Minggu, 02 Oktober 2011

INSPIRING AND INNOVATION

“Inspiring and Innovation” berarti menginspirasi dan menginovasi. Harapannya, setelah membaca artikel ini Anda mendapat inspirasi dan mampu melakukan inovasi kebajikan dalam koridor nilai-nilai Islam. Demikian pula ketika Anda membaca buku yang ditulis oleh Amr Khalid dengan judul “Risalah ‘ala al-Khathy al Habib”.


Pada tahun 2009 buku tersebut telah diterjemahkan oleh Mansur dengan judul “Jejak Rasul: Membedah Kebijakan dan Strategi Politik dan Perang”, yang diterbitkan oleh A’Plus Books, Yogyakarta.


Buku ini mendeskripsikan riwayat hidup Rasulullah Muhammad SAW, sebagai pribadi manusia yang istimewa, yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi utusanNya. Perjalanan hidup Rasulullah Muhammad SAW yang menunjukkan keindahan pribadi seorang utusan Allah SWT, sesungguhnya juga dapat inspiring and innovation bagi setiap manusia.


Seorang manusia yang berkenan memahami riwayat hidup Rasulullah Muhammad SAW akan terinspirasi untuk menjadi pribadi yang indah. Pribadi yang yang dibangun dengan semangat taqwa kepada Allah SWT. Semangat ini didukung oleh kualitas pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku yang fathonah (cerdas komprehensif), amanah (terpercaya), shiddiq (obyektif), dan tabligh (informatif). Riwayat dan ajaran Rasulullah Muhammad SAW memang menginspirasi, dan memberi kesempatan bagi setiap manusia untuk melakukan inovasi kebajikan dalam koridor nilai-nilai Islam.


Setelah memahami riwayat dan ajaran Rasulullah Muhammad SAW, maka seorang manusia akan mengerti bahwa menjadi pribadi FAST (Fathonah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh) akan memposisikan seorang manusia berada pada posisi taqwa kepada Allah SWT.


Setelah memahami riwayat dan ajaran Rasulullah Muhammad SAW, maka seorang manusia akan terinspirasi untuk menjadi pribadi yang dengan bekal FAST siap berperan untuk menjadi mujahiddin (pembela kebenaran), uswatun hasanah (teladan yang baik), assabiquunal awwalluun (pionir kebajikan), dan sirajan muniran (pencerah).


Dengan demikian seorang manusia berkesempatan untuk melakukan inovasi bagi kontribusinya dalam peradaban yang transenden (mempertuhankan Allah SWT), humanis (sesuai fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT), dan emansipatoris (bebas dari kejahiliahan tradisional, modern, dan pos-modern).


Rasulullah Muhammad SAW pernah memberi contoh, ketika beliau ditekan oleh Kaum Quraisy. Tekanan itu disampaikan oleh paman beliau, Abu Thalib, yang kemudian direspon oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai berikut:


“Wahai paman, andai saja matahari diberikan oleh mereka (Kaum Quraisy) di tangan kananku, dan bulan diberikan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan dakwahku. Niscaya aku tidak akan pernah meninggalkan dakwah ini. Sampai Allah SWT berkenan membangkitkan Islam, atau aku meninggal karena mempertahankan Islam.”



Respon Rasulullah Muhammad SAW ini merupakan respon yang inspiratif, dan mendorong mereka yang memahaminya untuk berkenan melakukan inovasi dakwah dan kebajikan dalam koridor nilai-nilai Islam.



Demikianlah, sudah selayaknya Rasulullah Muhammad SAW inspiring and innovation bagi warga negara Indonesia, agar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berbekal semangat Bhinneka Tunggal Ika, dapat menjadi negara yang diridhai Allah SWT.



Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai...

RENUNGAN: MEMAHAMI LEBIH JAUH TENTANG LIBERALISME

Secara ilmiah dikenali adanya dua macam liberalisme, yakni liberalisme klasik (sejak abad ke-16) dan liberalisme modern (sejak abad ke-20). Setelah hadirnya liberalisme modern, liberalisme klasik tetap ada.


Liberalisme modern tidak mengubah hal-hal yang mendasar yang terdapat pada inti liberalisme klasik, melainkan hanya ada tambahan-tambahan saja dalam versi baru liberalisme modern.


Contoh, dalam liberalisme klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah diagungkan; maka dalam liberalisme modern prinsip ini dikembangkan dan diperluas hingga ke ranah ekonomi (kapitalisme), politik (demokrasi), theologi (pluralisme), dan gerakan wanita (feminisme).


Liberalisme modern tidak mengubah hal-hal yang mendasar atau prinsip inti (core principles) dalam liberalisme klasik. Dengan demikian keberadaan liberalisme modern tidak mengakhiri liberalisme klasik. Prinsip inti dalam liberalisme, antara lain menyebutkan bahwa keberadaan individu dan kebebasannya haruslah diagungkan.


Secara umum, liberalisme mempromosikan adanya masyarakat bebas, yang dicirikan oleh kebebasan berpikir para individunya. Liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya pembatasan dari pemerintah dan agama.


Liberalisme akan tumbuh subur dalam sistem ekonomi yang kapitalis, sistem politik yang demokratis, sistem theologi yang pluralis, dan gerakan wanita yang feminis.


Ada tiga hal mendasar yang diagungkan oleh liberalisme, yaitu: (1) kehidupan atau life, (2) kebebasan atau liberty, dan (3) hak milik atau property.


Sesungguhnya, cita-cita liberalisme untuk mewujudkan masyarakat yang bebas tanpa batasan atau koridor, bertentangan dengan fitrah manusia. Sebagaimana diketahui indera manusia terbatas, maka membebaskan manusia berarti membiarkan manusia bergelimang dalam segala sesuatu yang diketahui secara terbatas. Akibatnya manusia akan mudah “cidera” dan kehilangan kesempatan memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.



Dalam perspektif Allah SWT, kebebasan manusia haruslah berada dalam koridor nilai-nilai Islam, yaitu aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak. Manusia bebas berpikir, bersikap, bertindak, dan berperilaku sepanjang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ketentuan ini perlu dilaksanakan oleh manusia, karena ketentuan ini ditetapkan Allah SWT yang merupakan pencipta semesta alam, termasuk manusia.



Dengan demikian kata “Islam” bertentangan makna dengan kata “liberalisme”, dan ”liberal”. Oleh karena itu, ”Islam” tidak dapat disandingkan dengan kata ”liberal”, misal: ”Islam liberal”.



Sebab Islam mengagungkan hidup dalam koridor aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak, sedangkan ”liberal” bermakna hidup bebas tanpa koridor. Kalaupun ada koridor, maka koridor penganut liberal adalah koridor buatan manusia, dan bukan koridor yang ditetapkan Allah SWT.



Dengan demikian istilah “Islam liberal” merupakan istilah yang contradictio in terminis (bertentangan makna antara masing-masing istilahnya).



Allah SWT mengingatkan, “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama Islam) dan tetapkan pendirianmu sebagaimana engkau diperintahkan (oleh Allah), dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka (orang-orang sesat), serta katakanlah, “Aku beriman dengan hal-hal yang diturunkan Allah melalui KitabNya (Al Qur’an), dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu.
Allah adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami dan bagi kamu amalan kamu. Tidak ada perbantahan antara kami dan kamu. Allah akan mengumpulkan kita, dan hanya kepadaNya tempat kembali” (QS.42:15).


Firman Allah SWT dalam QS.42:15 mengingatkan seorang muslim untuk tetap tegar menghadapi penganut liberalisme. Bagi seorang muslim pendiriannya telah tetap, bahwa ia akan tunduk pada ketentuan Allah SWT.



Seorang muslim tidak akan mengikuti liberalisme, karena faham ini sesat dan menyesatkan. Namun demikian seorang muslim tetap siap berdialog dengan penganut liberalisme, untuk memberitahukan tentang kesesatan liberalisme, dan mengajak penganut liberalisme kembali pada nilai-nilai Islam.


Selamat merenungkan, semoga Allah SWT meridhai...