Minggu, 27 November 2011

BETTER INFORMATION

Allah SWT berfirman, “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib (di luar jangkauan indera manusia), serta yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami (Allah) anugerahkan kepada mereka” (QS.2:2-3).


Better information (informasi yang lebih baik) bagi setiap manusia, adalah informasi yang mampu menjangkau segala sesuatu yang berada dalam jangkauan indera manusia, maupun yang berada di luar jangkauan indera manusia.


Segala sesuatu yang berada dalam jangkauan indera manusia disebut fenomena. Sementara itu, segala sesuatu yang berada di luar jangkauan indera manusia disebut numena. Dengan demikian better information bagi setiap manusia, adalah informasi yang mampu menjangkau fenomena dan numena.


Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS.2:2-3 diketahui, bahwa informasi yang mampu menjangkau fenomena dan numena adalah Kitab Suci Al Qur’an. Oleh karena itu, sudah selayaknya setiap manusia memiliki, membaca, dan memperhatikan Kitab Suci Al Qur’an, agar ia layak disebut sebagai manusia yang memiliki better information.


Bukankah dalam Al Qur’an terdapat informasi, “Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan, di mana segala sesuatu hanya bergantung (berserah diri, berharap, atau memohon pertolongan) padanya. Dia (Allah) tidak beranak, dan juga tidak diperanakkan, serta tidak ada segala sesuatu yang setara (serupa) denganNya” (QS.112:1-4).


Untuk menambah terang atau menambah jelas informasi pokok (utama) yang terdapat dalam Kitab Suci Al Qur’an, maka dibutuhkan kesediaan setiap manusia untuk memiliki, membaca, dan memperhatikan Al Hadist, yaitu segenap pernyataan, tindakan, perilaku, atau diamnya Rasulullah Muhammad SAW tentang suatu tema tertentu dalam menjalankan nilai-nilai Islam (Kitab Suci Al Qur’an), yang dibukukan oleh para perawi hadist; seperti hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.


Apabila masih memiliki rezeki yang cukup, setiap manusia hendaknya memiliki, membaca, dan memperhatikan kitab-kitab klasik tentang nilai-nilai Islam yang ditulis oleh para ulama salaf (ulama terdahulu), seperti “Kitab Ihya Ulumuddin” karya Imam Al Ghazali.


Selanjutnya, setiap manusia juga perlu terus menerus mengasah dan berbagi pengetahuan dan informasi tentang nilai-nilai Islam, dengan cara menghadiri ceramah dan diskusi tentang Islam, membaca buku (dunia nyata), atau membaca blog (dunia maya) yang mengagungkan nilai-nilai Islam. Serta ikhtiar lainnya yang dapat memperkuat iman Islamnya.


Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai…

Minggu, 20 November 2011

FIGHTING POTENTIAL

Istilah “fighting potential” dapat dimaknai sebagai potensi kejuangan, atau kesanggupan berjuang. Kesanggupan ini harus diaktualisasikan atau diwujudkan menjadi perjuangan dalam hidup sehari-hari. Tepatnya, hari demi hari yang diisi dengan aktivitas perjuangan dalam beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin (bermanfaat optimal bagi alam semesta).


Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk, maka sesungguhnya petunjuk itu bagi dirinya. Dan barangsiapa yang tersesat, maka sesungguhnya kesesatan itu atas dirinya. Dan tidaklah seseorang akan memikul dosa orang lain. Dan Kami (Allah) tidak akan mengadzab hingga Kami utus Rasul terlebih dahulu” (QS.17:15).


Firman Allah SWT dalam QS.17:15 menunjukkan adanya dorongan Allah SWT pada manusia untuk berjuang. Tepatnya, manusia diarahkan oleh Allah SWT agar berjuang dengan sungguh-sungguh; untuk memperoleh petunjuk (nilai-nilai Islam), agar ia tidak tersesat. Allah SWT selanjutnya mengingatkan bahwa setiap pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku seseorang akan berdampak bagi orang tersebut. Dalam hal ini Allah SWT menggunakan kalimat, ” Tidaklah seseorang akan memikul dosa orang lain.”


Faktanya, banyak cara bagi seorang manusia untuk berjuang. Bagi mereka yang berada di wilayah perang melawan Barat (NATO dan Israel), seperti: Afghanistan, Iraq, dan Palestina; maka mereka wajib melakukan perjuangan bersenjata atau berperang.


Sementara itu, bagi mereka yang berada di wilayah damai, seperti Indonesia, Malaysia, dan lain-lain; maka mereka wajib berjuang dengan cara, antara lain:


Pertama, menggunakan kekuatan pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku yang ada pada dirinya untuk menunaikan ibadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin.


Kedua, membangun kecerdasan dan kemampuan memberikan informasi, sehingga berkesempatan membantu diri sendiri dan orang lain, dalam hal memahami pentingnya beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin.


Ketiga, mengupayakan secara evolusioner terhentinya pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan tugas pokok manusia, sebagai hamba Allah SWT yang wajib beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin.


Keempat, berikhtiar untuk terus menerus memperoleh keberhasilan dalam beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin. Target utama dari keberhasilan ini adalah ridha Allah SWT.


Selamat berjuang, semoga Allah SWT meridhai...

Minggu, 13 November 2011

ACHIEVE MORE

“Achieve”, berarti “berhasil”, khususnya berhasil mencapai suatu kebajikan melalui kerja keras yang konsisten (selalu dilakukan) dan kontinue (tiada henti). Dengan demikian “achieve more” dapat diartikan “lebih berhasil”, khususnya lebih berhasil dalam mencapai suatu kebajikan melalui kerja keras yang konsisten dan kontinue.


Contoh paling indah, yang menggambarkan seorang manusia yang achieve more melalui kerja keras yang konsisten dan kontinue, adalah Rasulullah Ibrahim AS, khususnya pada moment (point in time) saat beliau diminta menunjukkan keshalehannya dengan mengorbankan anaknya Rasulullah Ismail AS di “jalan” Allah SWT.


Allah SWT mengabadikan kisah ini dalam QS.37:99-111, dengan perincian sebagai berikut: Pertama, pada QS.37:99 Allah SWT mengingatkan, “Dan Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, karena Dia (Tuhan, yaitu Allah) akan memberi petunjuk kepadaku.”


Berdasarkan QS.37:99 diketahui, bahwa setiap manusia yang ingin achieve more hendaklah mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar ia segera mendapat inspirasi tentang strategi melakukan kebajikan.


Kedua, pada QS.37:100-101 Allah SWT mengingatkan, “(Ibrahim berdoa), Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shaleh.” Maka Kami (Allah) memberi dia hal yang menggembirakan, dengan menghadirkan seorang anak (Ismail) ) yang amat sabar.”


Berdasarkan QS.37:100-101 diketahui, bahwa setiap manusia yang ingin achieve more hendaklah memohon kepada Allah SWT, agar Allah SWT berkenan memudahkannya dalam melakukan kebajikan.



Ketiga
, pada QS.37:102 Allah SWT mengingatkan, “Ketika anak itu (Ismail) sampai pada umur sanggup untuk berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat (mendapat perintah Allah) dalam mimpi, agar aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia (anak itu, yaitu Ismail) menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar.”



Berdasarkan QS.37:102 diketahui, bahwa setiap manusia yang ingin achieve more hendaklah selalu siap berbakti kepada Allah SWT dengan segenap keterbatasannya. Kesabaran dalam beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin menjadi sesuatu yang perlu diwujudkan dalam pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku.


Keempat
, pada QS.37:103-106 Allah SWT mengingatkan, Tatkala keduanya (Ibrahim dan Ismail) telah berserah diri (kepada Allah), dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. Lalu Kami (Allah) panggil dia (Ibrahim), “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”


Berdasarkan QS.37:103-106 diketahui, bahwa setiap manusia yang ingin achieve more, dan tangguh dalam berbakti kepada Allah SWT akan mendapat pujian dari Allah SWT. Hal ini akan menjadikan yang bersangkutan tergolong sebagi orang-orang yang berbuat baik.


Kelima
, pada QS.37:107-111 Allah SWT mengingatkan, “Dan kami tebus (ganti) anak itu (Ismail) dengan seekor sembelihan (kambing) yang besar. Kami abadikan kisah Ibrahim itu di kalangan orang-orang yang datang kemudian (dengan ucapan), “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia (Ibrahim) termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”


Berdasarkan QS.37:103-106 diketahui, bahwa setiap manusia yang ingin achieve more hendaknya memahami tentang adanya ketetapan Allah SWT yang akan terus menerus melindungi dirinya dalam melakukan kebajikan. Selanjutnya kesejahteraan akan dilimpahkan Allah SWT kepada yang bersangkutan, yang juga tergolong sebagai orang-orang yang beriman.


Dengan demikian untuk mencapai achieve more, setiap manusia hendaknya: Pertama, mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua, memohon kepada Allah SWT. Ketiga, berbakti kepada Allah SWT. Keempat, tangguh dalam berbakti kepada Allah SWT. Kelima, memahami adanya perlindungan Allah SWT bagi upayanya untuk melakukan kebajikan.


Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai....

Minggu, 06 November 2011

MEMODIFIKASI KETELADANAN

Setiap manusia tentu berharap sukses dalam hidupnya di dunia, yaitu: Pertama, berhasil beribadah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Kedua, dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, juga berhasil rahmatan lil'alamiin.

Oleh karena itu, setiap manusia hendaknya mampu memanfaatkan keteladanan para pendahulunya, terutama Rasulullah Muhammad SAW, para sahabat, dan keluarga Rasulullah Muhammad SAW, serta para ulama salaf (ulama pendahulu).

Untuk mengetahui keteladanan para ulama salaf dapat dibaca buku "Min A'lam Al-Salaf" karya Syaikh Ahmad Farid, yang diterbitkan oleh Dar Al-Akidah, Kairo tahun1426 H atau 2005 M. Bagi yang ingin membaca buku tersebut dalam Bahasa Indonesia dapat membaca terjemahannya yang berjudul "60 Biografi Ulama Salaf" yang diterjemahkan oleh Masturi Ilham Lc. dan Asmuri Taman Lc. terbitan Pustaka Al-Kautsar, Jakarta tahun 2010.

Setelah mengetahui keteladanan para tokoh teladan dalam penerapan nilai-nilai Islam, maka selayaknya setiap manusia yang ingin sukses dapat memodifikasinya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masa kini. Modifikasi harus berada dalam koridor aqidah, ibadah, muamallah, adab. dan akhlak.

Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai...