Minggu, 31 Juli 2011

DARE TO BE FIRST

Dare (Bahasa Inggris), berarti memiliki keberanian yang memadai untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dibutuhkan keberanian untuk melakukan sesuatu. Hal ini relevan dengan seruan untuk menjadi yang pertama (to be first), karena agar seseorang dapat menjadi yang pertama dibutuhkan suatu keberanian. Tepatnya, “Berani Menjadi Yang Pertama” atau “Dare To Be First”.


Allah SWT mengingatkan, “Dan pada diri kamu sendiri, apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS.51:21). Dengan demikian seorang manusia hendaknya dapat memperhatikan rahmat Allah SWT pada dirinya, bahwa setiap manusia memiliki potensi melakukan kebajikan.


Pemikiran dan sikap memperhatikan, berpeluang menjadikan manusia yang bersangkutan tidak masuk dalam kategori orang-orang yang buta hatinya. Allah SWT berfirman, “Maka sesungguhnya bukan pandangannya yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada” (QS.22:46).


Sindiran ini menunjukkan adanya “kebutaan” kesadaran (pemikiran, sikap, dan perilaku) seorang manusia, sehingga menghalanginya mengenali potensi diri. Kemampuan mengenali potensi diri merupakan sesuatu yang penting, karena potensi dapat dimanfaatkan untuk melakukan suatu kebajikan, meskipun hal itu tergolong sebagai sesuatu yang pertama kali baginya. Karena prinsipnya adalah “Dare To Be First”.


Untuk mewujudkan “Dare To Be First” perlu dilakukan langkah-langkah, sebagai berikut: Pertama, tetapkan kegiatan yang akan dilakukan, yang merupakan suatu kegiatan yang: (a) pertama kali dilakukan seseorang, (b) pertama kali dilakukan di suatu tempat, atau setidak-tidaknya (c) pertama kali dilakukan oleh yang bersangkutan. Setelah menetapkan suatu kegiatan tertentu, maka segera selidiki manfaat kegiatan tersebut bagi diri sendiri dan orang lain.


Kedua, visualisasikan tujuan dari kegiatan yang telah ditetapkan, yang telah diketahui bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Visualisasi tujuan kegiatan diwujudkan dengan menuliskan secara detail kata-kata yang berkaitan dengan tujuan kegiatan, yang dapat menggugah semangat.


Ketiga, pelajari kisah sukses orang-orang terkenal, untuk menumbuhkan keberanian menjadi orang yang pertama melakukan sesuatu. Perhatikan bagaimana orang-orang terkenal tersebut membuat detail kegiatannya, tahap demi tahap, terutama yang berkaitan dengan upaya mengatasi tantangan.


Keempat, untuk test case, beritahukan rencana kegiatan pada orang terdekat, untuk mendapatkan kritik yang membangun. Lapangkan hati, agar dapat menerima kritik dengan baik. Apabila hati belum dapat lapang sepenuhnya, ikuti pelatihan atau lakukan konsultasi motivasi pada orang yang tepat.


Kelima, buat dead line atau tenggat waktu, untuk setiap tahapan kegiatan Anda, agar mudah diketahui kesalahan dan keterlambatannya. Besarkan hati, karena Anda adalah orang yang oleh Allah SWT diamanatkan untuk sukses di dunia dan di akherat. Jangan pernah menganggap remeh pekerjaan sesederhana apapun.


Keenam, jangan biasakan membuat berbagai alasan untuk kegagalan Anda. Ketahuilah, tidak diperlukan banyak alasan untuk mengatasi kegagalan, melainkan cukup satu alasan yang mewajibkan Anda untuk sukses. Proaktif-lah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Proyeksikan stimulus yang akan muncul, seraya mempersiapkan respon proporsional atas stimulus yang muncul.


Ketujuh, hati-hati dengan ketersediaan waktu luang. Karena waktu luang adalah saat-saat sibuk yang tidak diisi oleh pekerjaan produktif. Kehati-hatian ini diperlukan untuk mengatasi kemungkinan munculnya kegiatan yang mendesak, yang terjadi karena tidak didahului dengan persiapan yang matang.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT meridhai…

RENUNGAN: BELAJAR DARI SEJARAH MAJAPAHIT DAN DEMAK

Saat ini sebagian Bangsa Indonesia pesimis terhadap masa depan Bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya situasi dan kondisi saat ini yang memprihatinkan, seperti: Pertama, berbagai kecurangan di bidang ekonomi yang berbasis pada kapitalisme. Kedua, berbagai penyimpangan seksual yang berbasis pada liberalisme. Ketiga, berbangga-bangga dengan harta benda yang berbasis pada materialisme. Keempat, berbagai penyalah-gunaan potensi, kewenangan, dan kekuasaan manusia yang berbasis pada hedonisme. Kelima, religiusitas sesat yang berbasis pada atroposentrisme (pemujaan pada manusia).


Apabila Bangsa Indonesia berkenan belajar dari sejarah Majapahit dan Demak, maka insyaAllah Bangsa Indonesia akan optimis menghadapi masa depannya. Karena, pada masa akhir keruntuhannya Majapahit mengalami situasi dan kondisi yang berat, seperti: Pertama, berbagai kecurangan ekonomi yang dilakukan oleh para pejabat Majapahit. Kedua, berbagai penyimpangan seksual yang dilakukan oleh para pejabat Majapahit. Ketiga, berbangga-bangga dengan harta benda yang dilakukan oleh para pejabat Majapahit. Keempat, berbagai penyalah-gunaan potensi, kewenangan, dan kekuasaan manusia yang dilakukan oleh para pejabat Majapahit.


Situasi dan kondisi yang berat di masa akhir keruntuhan Majapahit ini membuat gelisah sekelompok orang, yang bersungguh-sungguh hidup dalam nilai-nilai kesucian. Kelompok ini terdiri dari para wali (muslim) dan murid-muridnya, yang dalam hidupnya sehari-hari selalu menerapkan nilai-nilai kesucian, yaitu nilai-nilai Islam.


Oleh karena situasi dan kondisi Majapahit yang semakin berat, maka para wali memutuskan untuk mendirikan Kesultanan Demak, dengan mengangkat Raden Fatah (Keturunan Majapahit) sebagai Sultan Demak.


Sejarah memperlihatkan, bahwa akhirnya Kesultanan Demak menggantikan peran Kerajaan Majapahit, dengan menebarkan nilai-nilai Islam di wilayah eks wilayah Kerajaan Majapahit. Setelah suatu wilayah menerapkan nilai-nilai Islam, maka Kesultanan Demak mempersilahkan wilayah-wilayah tersebut membentuk kesultanan sendiri. Oleh karena itu, di sebagian besar wilayah eks wilayah Kerajaan Majapahit berdiri kesultanan-kesultanan yang mandiri, yang menerapkan nilai-nilai kesucian, yaitu nilai-nilai Islam.


Allah SWT berfirman, ”Katakanlah, ”Bila kebenaran telah datang, maka kebatilan (ketidak-benaran) tidak akan mulai lagi, dan tidak pula akan kembali” (QS.34:49).


Hikmah yang dapat diambil dari sejarah Majapahit dan Demak, adalah: Pertama, Allah SWT berkenan melindungi Bangsa Indonesia, agar selalu menerapkan nilai-nilai kesucian. Kedua, Bangsa Indonesia hendaknya tetap optimis menghadapi masa depan, dengan bersungguh-sungguh melakukan dzikir, pikir, dan ikhtiar, agar Bangsa Indonesia mampu menerapkan nilai-nilai kesucian, yaitu nilai-nilai Islam.


Semoga optimisme selalu ada pada Bangsa Indonesia, untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.


InsyaAllah...

Minggu, 24 Juli 2011

SEEDS FOR A BETTER TOMORROW

“Siapa menabur angin, akan menuai badai,” begitu kata pepatah. “Angin” merupakan simbolisasi “benih”, sedangkan “badai” merupakan simbolisasi “hasil panen”. Prinsipnya, ada benih, ada hasil panen. Benih yang baik, akan memberi hasil panen yang baik. Apabila benih berupa pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku yang Islami; maka insyaAllah akan menghasilkan masa depan yang baik di dunia dan akherat. “Seeds for a better tomorrow.”


Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa, dan orang-orang yang berbuat baik” (QS.16:128).


Taqwa merupakan suatu proses yang dijalani seorang manusia dari hari ke hari. Ia bersungguh-sungguh berupaya menggapai ridha Allah SWT dengan melaksanakan segenap perintahNya. Oleh karena itu, ia bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin. Dengan kata lain, berbekal ketaqwaannya kepada Allah SWT, maka ia mengisi hari-harinya dengan berbuat baik (dalam versi Allah SWT).


Dalam konteks ini, maka taqwa adalah benih, untuk masa depan yang lebih baik, yaitu kehidupan di dunia yang lebih baik, dan kehidupan di akherat yang lebih baik. Kehidupan di dunia yang semakin Islami, dan kehidupan di akherat yang dipenuhi oleh ridha Allah SWT.


Kondisi ini menunjukkan pentingnya hidup Islami bagi setiap manusia, caranya: Pertama, beraqidah sebersih-bersihnya, yaitu hanya mempertuhankan Allah SWT. Kedua, beribadah sesuai dengan perintah Allah SWT, dan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Ketiga, berinteraksi sosial atau bermuamallah dengan banyak pihak secara baik, yaitu sesuai dengan nilai-nilai Islam yang ditetapkan Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Keempat, memperhatikan adab, etika, atau sopan santun sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, dalam berpikir, bersikap, bertindak, dan berperilaku. Kelima, mengekspresikan kebersihan aqidah, kelurusan ibadah, kebaikan muamallah, dan kesantunan adab yang terwujud sebagai suatu bentuk akhlak mulia.


Kebersihan aqidah, kelurusan ibadah, kebaikan muamallah, kesantunan adab, dan akhlak mulia merupakan proses hari demi hari yang dijalani seorang manusia, agar ia mencapai derajat taqwa. Hal ini merupakan benih yang ditabur seorang manusia, agar ia memperoleh a better tomorrow (masa depan yang lebih baik).


QS.34:2 berbunyi, “Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang masuk ke dalam bumi, dan segala sesuatu yang keluar daripadanya, serta segala sesuatu yang turun dari langit, dan segala sesuatu yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.”

BREAKING NEWS: SEKILAS TENTANG KRISTOLOGI

Seorang muslim disarankan untuk mempelajari kristologi, yaitu pengetahuan tentang Kristen; agar ia dapat mengerti tentang Kristen, yang dianut oleh sebagian manusia di bumi. Pengetahuan ini, insyaAllah akan menjadikan seorang muslim siap berinteraksi dengan penganut Kristen, dan sekaligus dapat terhindar dari pemurtadan.


Dalam Al Qur’an, Allah SWT menyebut penganut Kristen dengan istilah “Nasrani”. Allah SWT berfirman dalam QS.2:120, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu, hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar.” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka, setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi bersedia menjadi pelindung dan penolong bagimu.”


Ada beberapa pengetahuan mendasar dalam kristologi yang perlu diketahui, antara lain: Pertama, penuhanan Yesus diajarkan oleh Paulus, dan dikukuhkan dalam Konsili (Musyawarah Uskup) di Nicea pada tahun 325 Masehi, yang dihadiri 318 Uskup, dipimpin oleh Kaisar Romawi, Constantine; Kedua, penuhanan Roh Kudus dikukuhkan dalam Konsili Konstantinopel I tahun 381 Masehi, yang dihadiri 150 Uskup, dipimpin oleh Kaisar Romawi, Theodosius; Ketiga, perayaan Natal baru mumcul pada abad ke-4, yang mengadopsi “Natalis Solis Invictus”, yaitu perayaan kelahiran Dewa Matahari.


Pengetahuan mendasar ini perlu difahami, sebagai pembeda antara Islam dengan Kristen, karena faktanya Islam dengan Kristen memang berbeda secara theologis (ketuhanan). Pengetahuan tentang perbedaan ini akan melatih masyarakat untuk siap berinteraksi dalam perbedaan.


Demikian sekilas tentang Kristologi, yang dapat membantu seorang muslim mengenali Kristen, sehingga siap berinteraksi sosial dengan penganut Kristen. Seorang muslim bersungguh-sungguh ber-Islam, tanpa memaksakan ke-Islam-annya pada orang lain (penganut Kristen). Karena memberi petunjuk (hidayah) adalah hak Allah SWT.


Sesungguhnya Allah SWT telah memilihkan Agama Islam untuk manusia, maka janganlah mati melainkan dalam keadaan muslim (lihat QS.2:132). Meskipun sesungguhnya pula tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam, karena sudah jelas jalan yang benar dengan yang salah (lihat QS.2:256). Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah SWT hanyalah Islam (lihat QS.3:19). Oleh karena itu sangat mengherankan jika ada manusia mencari agama selain Islam (lihat QS.3:83). Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima agamanya itu (lihat QS.3:85).


Allah SWT telah mencukupkan nikmatnya pada manusia, melalui ridhanya terhadap agama Islam (lihat QS.5:3). Oleh karena itu perlu disiapkan sebagian anggota masyarakat yang akan mempelajari Islam (lihat QS.9:122). Sehingga umat manusia berkesempatan untuk ber-Islam, yang merupakan agama fitrah (sesuai sifat dasar manusia) yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia (lihat QS.30:30). Ketahuilah hanya agama yang suci (bebas dari mempertuhankan selain Allah SWT) yang diridhai oleh Allah SWT (lihat QS.39:3).


Oleh karena itu Allah SWT mengingatkan, bahwa kebenaran itu dari Tuhanmu (lihat QS.2:147 dan QS.18:29). Kalau kebenaran itu berdasarkan kebenaran manusia, maka terjadilah kekacauan di alam semesta (lihat QS.23:71). Oleh karena itu bila kebenaran telah datang, maka ketidak-benaran akan sirna (lihat QS.34:49). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW diutus oleh Allah s.w.t. untuk menyampaikan kebenaran (lihat QS.35:24). Namun demikian ada manusia yang mendustakan kebenaran Allah SWT yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW (lihat QS.50:5).


Jika masih ada orang-orang yang tersesat, maka yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal (lihat QS.5:58). Allah SWT menimpakan kehinaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya (lihat QS. 10:100), karena Allah SWT telah memperlihatkan tanda-tanda yang terang bagi manusia, sebagai kaum yang berakal (lihat QS.29:35). Namun tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang mempunyai pikiran (lihat QS.3:7). Oleh karena itu, sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Allah SWT akan melimpahkan kepada mereka keberkahan (kebahagiaan) dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Allah SWT, maka Allah SWT timpakan pada mereka kesulitan yang disebabkan hal-hal yang mereka usahakan (lihat QS.7:96).

Senin, 18 Juli 2011

YOUR FUTURE, FROM HERE

Masa depan seorang manusia ada dua; yaitu masa depan di dunia, dan masa depan di akherat. Masa depan di dunia, adalah suatu kondisi ketika seorang manusia mampu beribadah kepada Allah SWT dengan baik, dan mampu menjadi rahmatan lil’alamiin (bermanfaat optimal bagi lingkungannya). Masa depan di akherat, adalah ketika seorang manusia mendapat kebahagiaan versi akherat yang tak pernah terbayangkan saat ia masih di dunia.


Untuk mencapai masa depan, setiap orang harus mengetahui dari mana ia akan memulai perjalanan menuju masa depan. Saat itulah ia mengetahui, bahwa masa depannya dimulai “dari sini” (from here), yaitu dimulai dari diri sendiri. Tepatnya “masa depan dimulai dari sini”, atau “masa depanmu, dari sini” (your future, from here).


Masa depan setiap orang dimulai dari dirinya sendiri. Allah SWT, Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, berkehendak agar setiap manusia berhasil mencapai masa depannya, yaitu mampu beribadah kepada Allah SWT dengan baik, dan mampu menjadi rahmatan lil’alamiin, serta memperoleh kebahagiaan di akherat. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Rasulullah Muhammad SAW untuk menyampaikan firmanNya dalam Al Qur’an, dan menjelaskannya melalui Al Hadist. Hal ini pulalah yang terus disampaikan oleh para ulama sampai akhir zaman.


Namun demikian seringkali, seorang manusia menggagalkan masa depan dirinya. Manusia jenis ini, mengabaikan Al Qur’an, Al Hadist, dan nasehat para ulama. Ia hidup “mengalir” dalam hawa nafsunya, bahkan mempertuhankan hawa nafsunya. Agar terhindar dari kesesatan seperti ini, setiap manusia hendaknya bersungguh-sungguh menjalani hari demi harinya dalam upaya mencapai masa depan, yang telah disiapkan Allah SWT.


Untuk itu, selayaknya setiap manusia memperhatikan firman Allah SWT, “Hai, manusia, kalianlah yang membutuhkan Allah, karena Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji” (QS.35:15).

Berdasarkan firman itu, maka setiap manusia perlu menjaga hubungannya dengan Allah SWT, agar berada dalam posisi dan kondisi sebaik-baiknya. Karena hanya kepada Allah SWT setiap segala sesuatu memohon kebaikan, tepatnya hanya kepada Allah SWT setiap manusia memohon kebaikan bagi dirinya dan orang lain.


Seorang manusia yang tidak mempertuhankan Allah SWT, sesungguhnya mempertuhankan ketiadaan, karena tidak ada Tuhan melainkan Allah. Seorang manusia yang mempertuhankan ketiadaan adalah sebodoh-bodohnya manusia, karena ia memohon pada sesuatu yang tiada, sehingga hasilnya tentulah ketiadaan, Jika ia merasa berhasil setelah memohon pada ketiadaan, maha hal itu hanyalah perasaannya saja.


Dengan demikian setiap manusia perlu bersungguh-sungguh berkomitmen sebagaimana yang tertuang dalam QS.112:1-4, yang diajarkan Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad SAW, sebagai berikut: “Katakanlah, “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah “tempat” meminta. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara denganNya.”


Komitmen seorang manusia yang kuat, sebagaimana yang tertuang dalam QS.112:1-4, akan menyemangatinya untuk bersungguh-sungguh menggapai masa depannya dengan melaksanakan Rukun Islam yang berbasis pada Rukun Iman, sehingga menjadi pribadi yang ikhsan (mengetahui bahwa Allah SWT selalu mengamatinya).


Sebagai bagian dari upaya optimalisasi ikhtiar meraih masa depan, mulailah anda untuk: Pertama, menyimak ceramah atau mengikuti seminar motivasi Islami. Kedua, pelajari riwayat hidup Rasulullah Muhammad SAW, untuk mengambil pelajaran dan teladan darinya. Ketiga, yakinkan diri sendiri, bahwa Allah SWT menghendaki diri anda sukses di dunia dan akherat. Keempat, rumuskan tahap-tahap kegiatan anda dalam redaksi kalimat yang mudah difahami dan mudah dilaksanakan. Kelima, lakukan kebajikan yang diperintahkan Allah SWT, meskipun anda merasa berat.

Your future, from here ... Selamat mencoba ... Semoga Allah SWT berkenan meridhai ...

RENUNGAN: PEMBELA INDONESIA

Majalah Hidayatullah (Juni 2011) pada halaman 4 menulis, “Andai hari ini Indonesia diserbu oleh musuh, sebagaimana dulu Belanda dan Inggris menjajah kita; maka siapakah yang berani tampil untuk mempertahankan negara ini. Para santri yang setiap hari diajarkan makna jihad, akan serentak turun ke medan laga, berjuang membela bangsa, sembari meneriakkan kata-kata “Allahu Akbar”. Kata yang dulu diteriakkan Bung Tomo ketika mengusir penjajah (Inggris dan Belanda) dari Surabaya.”


Pada halaman 49 Majalah Hidayatullah menulis, “Tidak semua orang Islam berpikiran radikal dan suka tindakan teror. Dan tak semua yang berpikiran radikal pasti membunuhi orang. Logika seperti ini sama dengan logika tidak semua polisi dan aparat sebagai backing bandar judi dan narkoba. Jika ada 100 oknum polisi menjadi backing bandar narkoba, apa bisa institusi POLRI didesak untuk dibubarkan, setidaknya diprioritaskan untuk diawasi inteljen?”


Kedua tulisan pada Majalah Hidayatullah tersebut menggambarkan kegundahan Umat Islam atas situasi akhir-akhir ini. Umat Islam merasa dipojokkan, padahal sejarah negeri ini tak dapat dilepaskan dari peran Umat Islam. Nilai-nilai Islam-lah yang mempertajam perbedaan antara panjajah (Belanda dan Inggris) dengan Bangsa Indonesia. Nilai-nilai Islam pula yang menyemangati para pemuda Indonesia, ketika melawan persenjataan berat Belanda dan Inggris.


Fakta semacam ini, juga terjadi di Irak. Ketika persenjataan berat Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan sekutu-sekutunya berhasil mengalahkan Militer Irak; maka Irak resmi dijajah. Kejutan muncul ketika pejuang-pejuang muslim tampil melawan para penjajah (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan sekutu-sekutunya), termasuk melawan pemerintah boneka bentukan penjajah, sampai hari ini.


Belajar dari sejarah, Umat Islam Indonesia harus bersabar, dan terus menerus berjuang mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945. Caranya dengan tetap tekun menjadi muslim, yang mempraktekkan Rukun Islam: syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji dengan sebaik-baiknya; seraya hidup toleran (prinsip Bhinneka Tunggal Ika) sebagai warga bangsa. Agar Umat Islam Indonesia dapat memberi kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara ini.

Minggu, 03 Juli 2011

INVENT THE FUTURE

Kata “invent” mengandung makna “merancang atau menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya”. Dengan demikian “invent” berkaitan dengan sesuatu yang baru. Sementara itu, kata “future” mengandung makna “sesuatu yang akan terjadi pada seseorang atau sesuatu di masa yang akan datang. Dengan demikian ”future” berkaitan dengan masa depan.


”Invent” merupakan kata dasar dari ”invention”, yang bermakna ”sesuatu yang dirancang atau diciptakan pertama kali” yang berarti ”penemuan”. Oleh karena itu, ”invent” juga dapat dimaknai sebagai ”menemukan”. Dengan demikian ”invent the future” dapat diartikan sebagai ”menemukan masa depan”.


Sesungguhnya masa depan seorang manusia, sudah jelas, yaitu ridha Allah SWT. Tetapi masa depan ini barulah dapat diperoleh, bila seorang manusia berkenan memenuhi syarat dan ketentuannya.


Syaratnya, seorang manusia haruslah mengisi hidup dengan aktivitas ibadah kepada Allah SWT, dan rahmatan lil’alamiin (bermanfaat optimal bagi lingkungan). Ketentuan yang harus dipenuhi tertuang dalam Al Qur’an, dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam Al Hadist, dan dinasehatkan oleh mayoritas ulama. Oleh karena itu, seorang manusia harus hidup sesuai dengan nilai-nilai yang tertuang dalam Al Qur’an, Al Hadist, dan nasehat mayoritas ulama.


Ada contoh, sebagai berikut: Seorang sahabat Rasulullah Muhammad SAW, yaitu Abu Hurairah RA, menjelaskan: ”Ahli suffah adalah para tamu kaum muslimin. Mereka tidak tinggal bersama keluarga, dan tidak memiliki harta. Jika Rasulullah Muhammad SAW mendapatkan sedekah, maka beliau mengirimkannya kepada ahli suffah. Jika Rasulullah Muhammad SAW menerima hadiah, maka beliau mengirimkan sebagian hadiah itu kepada ahli suffah.”


Ahli suffah adalah orang-orang yang tinggal di salah satu bagian masjid di masa Rasulullah Muhammad SAW, yang mengkhususkan diri mempelajari nilai-nilai Islam. Selanjutnya mereka (ahli suffah) akan menyebarkan nilai-nilai Islam ini ke wilayah-wilayah lain.


Sesungguhnya banyak perilaku teladan Rasulullah Muhammad SAW yang dapat dicontoh oleh setiap manusia. Dalam kisah yang diriwayatkan Abu Hurairah RA diuraikan perilaku Rasulullah Muhammad SAW terhadap ahli suffah, yang perilaku ini juga dapat dicontoh oleh setiap manusia.


Pada prinsipnya, setiap manusia dapat menemukan masa depannya, yaitu ridha Allah SWT, sepanjang ia berkenan: Pertama, mengakui Allah SWT sebagai Tuhan Semesta Alam, dan tiada Tuhan selain Allah SWT. Kedua, beribadah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Ketiga, berupaya rahmatan lil’alamiin.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT berkenan meridhai...

BREAKING NEWS: BANTUAN UNTUK GAZA

Tahun lalu (2010), aktivis perdamaian internasional berupaya memberi bantuan kepada warga Jalur Gaza (Gaza Strip). Missi ini diberi nama “Freedom Flotilla”. Tetapi missi ini gagal, karena missi yang menggunakan Kapal Mavi Marmara diserang Tentara Israel. Kapal, awak, dan para aktivis ditangkap oleh Tentara Israel. Selanjutnya, atas tekanan dunia internasional, Pemerintah Israel membebaskan awak dan para aktivis.


Bantuan kemanusiaan aktivis perdamaian internasional dilakukan, karena sejak tahun 2007 wilayah Gaza diblokade dari darat, laut, dan udara oleh Tentara Israel, sehingga warga Gaza kekurangan bahan makanan, dan obat-obatan. Padahal warga Gaza adalah Bangsa Palestina, yang memiliki wilayah Palestina; namun saat ini wilayah Palestina telah dirampok oleh Bangsa Yahudi, dengan mendirikan Negara Israel sejak tahun 1948, atas dukungan Inggris dan Amerika Serikat.


Kali ini, tahun 2011, aktivis perdamaian internasional melakukan upaya kedua, untuk memberi bantuan bagi warga Jalur Gaza. Missi ini diberi nama “Freedom Flotilla II”, yang akan diikuti oleh 15 kapal pengangkut bantuan kemanusiaan, yang membawa 100 orang aktivis perdamaian dari 22 LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) internasional. Missi ini ditargetkan berangkat dari Yunani pada awal Juli 2011.


Khawatir bantuan internasional ini, akan menolong Bangsa Palestina yang berada di Jalur Gaza, maka Israel dan Amerika Serikat berupaya menggagalkan “Freedom Flotilla II”. Caranya dengan melakukan sabotase terhadap kapal-kapal yang akan berangkat ke Gaza, mengintimidasi aktivis perdamaian, dan menekan Pemerintah Yunani dan pemerintah negara-negara lainnya. Akibatnya pada tanggal 2 Juli 2011 Pemerintah Yunani melarang keberangkatan “Freedom Flotilla II” ke Gaza.


Bagaimana Allah SWT mentaqdirkan missi pertolongan ke Gaza, dan melindungi warga Gaza dari kekejian Tentara Israel, kita tunggu khabar berikutnya…


Allah SWT berfirman, “Mereka (orang-orang kafir) ingin memadamkan “cahaya” Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah justru menyempurnakan cahayaNya, meskipun orang-orang kafir membenci hal itu” (QS.61:8).