Minggu, 11 November 2012
ADZAB ALLAH SWT UNTUK POLISI MALAYSIA
Assallamu'alaikum Wr. Wb.
Sahabat-Sahabatku yang baik hatinya, pada kesempatan ini marilah kita
berdoa agar Allah SWT berkenan mengadzab polisi Malaysia, yang berbuat dzalim
kepada TKI (Tenaga Kerja Indonesia), baik TKI yang laki-laki maupun TKI yang wanita
(TKW atau Tenaga Kerja Wanita). Doa ini penting untuk mengurangi jumlah polisi
Malaysia yang berbuat dzalim. Termasuk dalam doa ini adalah para pimpinan dan tokoh
Malaysia yang mengabaikan kedzaliman polisi Malaysia terhadap TKI.
Kita (Bangsa Indonesia) sudah berulang-kali mendengar tentang penembakan
semena-mena yang dilakukan polisi Malaysia terhadap TKI yang menewaskan banyak
TKI, dan kita juga sudah berulang-kali mendengar perkosaan yang dilakukan
polisi Malaysia terhadap TKW. Oleh karena itu marilah dengan segenap kerendahan
hati di haribaan Allah SWT, kita memohon agar Allah SWT berkenan menurunkan
adzabnya pada polisi Malaysia, dan para pimpinan serta tokoh Malaysia yang
mengabaikan kedzaliman polisi Malaysia terhadap TKI.
Semoga Allah SWT berkenan mengabulkan doa kita ini.....
...
Minggu, 02 September 2012
LEARNING BY DOING
Banyak orang beranggapan,
bahwa belajar (learning) hanya ada di
sekolah atau lembaga pendidikan. Anggapan ini keliru, karena akan menghalangi
kesempatan belajar, yang sebetulnya terbuka luas bagi siapa saja dan di mana
saja. Oleh karena itu, anggapan ini harus diubah menjadi, “Belajar dapat
dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja.”
Ketika seorang manusia
menjalani kehidupannya sehari-hari, maka sesungguhnya ia sedang belajar. Ia
sedang belajar hidup dari “universitas” kehidupan, yang akan mengajarkan dan
sekaligus mempraktekkan cara menghadapi masalah. Dari hari ke hari, dengan
penuh kesabaran, seorang manusia akan belajar mengatasi masalahnya, sehingga
suatu saat ia menjadi sangat ahli dalam mengatasi suatu masalah.
Allah SWT berfirman,
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul yang telah bersabar...” (QS.46:35).
Firman Allah SWT ini
mengarahkan manusia, agar memiliki kesabaran dan keteguhan hati dalam
menghadapi sesuatu. Berbekal kesabaran dan keteguhan hati inilah seorang
manusia diharapkan mampu belajar dari dinamika kehidupannya. Ia akan melakukan
sesuatu yang tepat atau sesuai dengan dinamika masalah yang dihadapinya. Hal
yang ia lakukan ini dapatlah dikatakan sebagai belajar sambil melakukan
sesuatu, atau “learning by doing”,
sampai suatu saat ia menemukan formula yang tepat bagi setiap masalah yang
dihadapinya.
Selamat merenungkan, dan jangan lupa berdoa
kepada Allah SWT, untuk kebaikan Bangsa Indonesia, Bangsa Palestina, dan Umat
Islam di seluruh dunia.
Semoga Allah SWT
berkenan meridhai…
...
Minggu, 15 Juli 2012
PERSONAL WEAKNESS
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami
(Allah) telah menunjukkan kepada manusia jalan yang lurus (nilai-nilai Islam).
Dan di antara manusia ada yang bersyukur, tetapi ada pula yang kufur”
(QS.76:3).
Firman Allah SWT ini menunjukkan, bahwa: Pertama, di antara manusia ada yang
menerima nilai-nilai Islam. Oleh karena menerima nilai-nilai Islam, maka
manusia dapat hidup dalam koridor yang tepat, yaitu aqidah, ibadah, muamallah,
adab, dan akhlak.
Ketika berada dalam koridor itu, seorang manusia
memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi peran yang ada pada dirinya,
yaitu sebagai: (1) mujahiddin atau
pembela kebenaran, (2) uswatun hasanah
atau teladan kebajikan, (3) assabiquunal
awwaluun atau pioneer dalam hal kebajikan, (4) sirajan muniran atau pencerah bagi mereka yang membutuhkan.
Kedua, di antara manusia juga ada yang menolak nilai-nilai Islam. Oleh
karena menolak nilai-nilai Islam, maka manusia hidup di luar koridor aqidah,
ibadah, muamallah, adab, dan akhlak.
Ketika berada di luar koridor aqidah, ibadah,
muamallah, adab, dan akhlak; maka seorang manusia akan terjebak pada suatu
situasi dan kondisi yang membangun personal
weakness bagi dirinya.
Istilah “personal
weakness” dapat dimaknai sebagai “kelemahan pribadi”, tepatnya kelemahan
yang ada pada diri seseorang, yang karena ada terus menerus maka menjadi ciri
atau karakter orang tersebut.
Personal
weakness yang disandang seorang manusia, antara
lain: (1) Tidak mampu mengenal Allah SWT, sehingga mempertuhankan tuhan yang
bukan Tuhan. (2) Tidak menyadari pentingnya beribadah kepada Allah SWT,
sehingga hidupnya penuh dengan kesia-siaan di hadapan Allah SWT. (3) Tidak
memiliki itikad baik ketika berinteraksi dengan orang lain, karena lebih
mengutamakan keuntungan materi daripada kebahagiaan di dunia dan akherat. (4)
Tidak mampu memperlihatkan etika dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga sulit dipandang sebagai manusia mulia. (5) Tidak mampu mengekspresikan
kemuliaan seorang manusia dalam kehidupan sehari-hari, karena hidup tidak
sesuai dengan fitrah kemanusiaan seorang manusia.
Selamat merenungkan, dan jangan lupa berdoa
kepada Allah SWT, untuk kebaikan Bangsa Indonesia, Bangsa Palestina, dan Umat
Islam di seluruh dunia.
Semoga Allah SWT
berkenan meridhai…
...
Senin, 09 Juli 2012
LEAD DISCUSSION
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami
(Allah) telah menunjukkan kepada manusia jalan yang lurus. Di antara mereka ada
yang bersyukur, dan ada pula yang kufur” (QS.76:3).
Firman Allah SWT ini menjelaskan adanya
kemungkinan sikap seorang manusia, yaitu menjadi manusia yang bersyukur, atau
menjadi manusia yang kufur. Meskipun untuk dapat memilih menjadi orang yang
bersyukur, Allah SWT telah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.
Dengan berpedoman pada Al Qur’an dan agar
dapat menjadi orang yang bersyukur, maka perlu ada upaya saling mengingatkan
antar sesama manusia. Saat itulah diperlukan diskusi tentang jalan taqwa kepada
Allah SWT.
Agar diskusi tetap terarah ke jalan taqwa
kepada Allah SWT, maka yang harus dilakukan adalah lead discussion (diskusi terpimpin). Diskusi ini mengacu pada Al
Qur’an dan Al Hadist dibawah bimbingan seorang ulama, yang sangat bersemangat
untuk bersama-sama dengan umat berada di jalan taqwa kepada Allah SWT.
Diskusi diawali dengan pembahasan tentang
fenomena yang terjadi di masyarakat, lalu fenomena itu dicarikan penjelasannya
di Al Qur’an, sehingga berhasil diketahui perspektif Allah SWT terhadap suatu
fenomena. Perspektif Allah SWT yang tertuang dalam Al Qur’an kemudian dicarikan
penjelasannya dalam Al Hadist, sehingga berhasil diketahui perspektif
Rasulullah Muhammad SAW terhadap suatu fenomena.
Selanjutnya perspektif Rasulullah Muhammad
SAW ini dicarikan penjelasan kekiniannya, pada beberapa literatur yang ditulis
oleh para ulama salaf. Lalu dijelaskan lebih detail aspek kekiniannya olah
ulama yang memimpin diskusi tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi
tentang cara melaksanakan perspektif Allah SWT, penjelasan Rasulullah Muhammad
SAW, dan nasehat para ulama salaf. Akhir dari lead discussion berupa kesiapan para peserta diskusi untuk
berkontribusi bagi upaya perbaikan, yang disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing.
Selamat merenungkan, dan jangan lupa berdoa
kepada Allah SWT, untuk kebaikan Bangsa Indonesia, Bangsa Palestina, dan Umat
Islam di seluruh dunia.
Semoga Allah SWT
berkenan meridhai…
…
Label:
discussion,
jalan,
lead,
lurus,
perspektif.,
sikap
Sabtu, 30 Juni 2012
AS MUCH AS WE CAN DO
Istilah “as
much as we can do” dapat dimaknai sebagai “sebanyak yang mampu kita
lakukan”. Istilah ini layak ditempatkan dalam konteks berbuat kebajikan, misal
untuk pertanyaan, “Seberapa banyak kebajikan yang Anda lakukan?” Maka jawablah,
“As much as we can do.”
Sementara itu, Allah SWT telah berfirman,
“Dia (Allah) memberi hikmah kepada siapa saja yang dikehendakinya. Barangsiapa
yang diberi hikmah, sesungguhnya ia telah dianugerahi kebaikan yang banyak. Dan
tidak ada yang dapat mengambil pelajaran, kecuali orang-orang yang mempunyai
akal” (QS.2:269).
Firman Allah SWT ini mengingatkan, bahwa
setiap manusia hendaknya bersedia memanfaatkan akalnya, agar ia mampu
berhikmah, sehingga mendapat anugerah kebaikan yang banyak dari Allah SWT di
dunia dan di akherat. Salah satu bukti pemanfaatan akal oleh manusia, adalah
ketika manusia tersebut hanya mempertuhankan Allah SWT.
Ketika seorang manusia hanya mempertuhankan
Allah SWT, maka ia akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan berdoa dengan
khusyu, agar ia dapat mencapai visi, misi, dan tujuan hidupnya, sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Seorang manusia yang hanya mempertuhankan
Allah SWT, akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan berdoa dengan khusyu,
agar dapat: (1) menggapai ridha Allah SWT, (2) melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT dan rahmatan lil’alamiin, serta
(3) berhasil selamat di dunia dan di akherat.
Kemudian, bila ada pertanyaan, “Seberapa
banyak kebajikan yang Anda lakukan?” Maka manusia tersebut akan menjawab, “As much as we can do.” Jawaban ini
tepat, karena ia telah mengerahkan segenap potensi, kemampuan, dan
keterampilannya untuk berbuat kebajikan.
“As
much as we can do,” sesuai dengan potensi,
kemampuan, dan keterampilan masing-masing. Bila ia seorang pemimpin, maka ia
harus menjalankan kepemimpinannya, agar Allah SWT berkenan meridhai ikhtiarnya.
Demikian pula, bila ia seorang bawahan, maka ia harus menjalankan peran, tugas,
dan fungsi kehadirannya di dunia, agar Allah SWT berkenan meridhai ikhtiarnya. Hal
yang sama berlaku untuk semua profesi, contoh: bila ia seorang dosen, maka ia
harus berbuat kebajikan sebanyak yang mampu ia lakukan dalam profesinya, atau
ia melakukan “as much as we can do”
versi dosen.
Selamat merenungkan, dan jangan lupa berdoa
kepada Allah SWT, untuk kebaikan Bangsa Indonesia, Bangsa Palestina, dan Umat
Islam di seluruh dunia.
Semoga Allah SWT
berkenan meridhai...
...
Label:
akal,
can,
do,
doa.,
ikhtiar,
kebajikan,
khusyu,
memanfaatkan,
mempertuhankan,
much
Langganan:
Postingan (Atom)