Jumat, 03 September 2010

MENENTUKAN NASIB SENDIRI

Tuhan Yang Maha Esa telah memberi petunjuk, bahwa Ia tidak akan merubah nasib seseorang atau suatu kelompok manusia, bila orang tersebut atau kelompok manusia tersebut tidak sungguh-sungguh berupaya mengubah nasibnya agar lebih baik, yaitu lebih mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, dan bermanfaat bagi umat manusia.


Berdasarkan petunjuk Tuhan Yang Maha Esa itu, maka dapatlah difahami bahwa sesungguhnya peluang nasib manusia tidaklah tunggal, melainkan ada sekian banyak peluang nasib manusia. Oleh karena itu, upaya manusialah yang pada akhirnya memilih salah satu peluang itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan nasibnya sendiri.


Ketika peluang telah dipilih oleh manusia melalui upayanya, maka Tuhan Yang Maha Esa dengan cara ketuhananNya menetapkan takdirnya. Cara ketuhanan tersebut, antara lain berupa memberhasilkan atau menggagalkan upaya manusia.


Bila upaya yang dilakukan manusia akan “menjauhkannya” dari Tuhan Yang Maha Esa, maka besar kemungkinan akan digagalkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sebaliknya, bila upaya yang dilakukan manusia akan “mendekatkannya” dengan Tuhan Yang Maha Esa, maka besar kemungkinan akan diberhasilkanNya.


Cara ini tidak berlaku, bagi manusia yang tidak mengakui Tuhan Yang Maha Esa. Bagi manusia seperti ini, maka Tuhan Yang Maha Esa akan mengabaikannya. Bagi manusia yang tidak mengakui Tuhan Yang Maha Esa, telah disiapkan perhitungan tersendiri yang berisi sanksi berat dariNya.


Oleh karena itu, seorang manusia harus berupaya sungguh-sungguh agar ia dapat melakukan sesuatu yang mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, dan dapat semakin mendekatkan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu ia juga harus melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.


Dengan demikian seorang manusia yang ingin mulia dan dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa serta berguna bagi orang lain atau masyarakat, harus: Pertama, melakukan determinasi (determination), yaitu upaya yang terus menerus dalam bertindak meskipun banyak menemui kesulitan dan rintangan. Determinasi dilakukan karena orang tersebut faham, bahwa tindakannya mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, dan diperlukan oleh orang lain atau masyarakat.


Kedua, faham bahwa kesulitan memang tidak selalu mudah untuk diatasi. Namun dengan berbekal keahlian dan keterampilan, maka ada peluang untuk mengatasi kesulitan tersebut. Dengan demikian selalu terbuka peluang bagi keberhasilan dalam mengatasi kesulitan.


Ketiga, berbekal keberanian, kualitas diri yang baik, dan tata nilai yang diacunya, maka segenap energi dikerahkan agar dirinya berada pada posisi sebagai manusia yang bersungguh-sungguh mengejar kemuliaan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Kesungguhan ini juga diwujudkan melalui tindakan yang diperlukan oleh orang lain atau masyarakat.


Dengan demikian Tuhan Yang Maha Esa dan orang lain atau masyarakat akan mendukungnya dalam melakukan kemuliaan.

3 komentar:

  1. yaa... pak. mohon pengarahan & motivasi2 yang membangun karena di sini saya masih muda tentulah masih banyak pengalaman2 yang masih kurang saya dapatkan...tentunya kritik dan saran sangatlah saya harapkan... makcie..

    BalasHapus
  2. Bagus banget nih...mendorong orang agar selalu optimis, dalam menghadapi masalah.Hatur nuhun.

    BalasHapus