Minggu, 13 Februari 2011

MENGASIHANI DIRI SENDIRI

Ada orang yang gemar mengasihani diri sendiri. Oleh karena itu, ia enggan mengajak dirinya bekerja keras. Alasannya, “Kasihan…!” Kalau ia pelajar atau mahasiswa, maka ia enggan memaksa dirinya untuk belajar. Alasannya, “Kasihan…!”


Kalau ia pekerja, buruh, atau karyawan, maka ia enggan memaksa dirinya untuk disiplin dalam bekerja. Alasannya, “Kasihan…!” Kalau ia wirausahawan, maka ia enggan memaksa dirinya untuk berikhtiar sungguh-sungguh membesarkan usahanya. Alasannya, “Kasihan…!”


Akibatnya, kalau ia pelajar atau mahasiswa, maka ia adalah pelajar atau mahasiswa yang lemah dalam ilmu, pengetahuan, dan keterampilan. Kalau ia pekerja, buruh, atau karyawan, maka ia adalah pekerja, buruh, atau karyawan yang lemah prestasi. Kalau ia wirausahawan, maka ia adalah wirausahawan yang lemah.


Oleh karena itu, setiap orang hendaknya berkenan bekerja keras mendisiplinkan diri, dan jangan terbiasa mengasihani diri. Bukankah lebih baik, seseorang itu “keras” terhadap dirinya agar “dunia” lembut terhadap dirinya. Daripada ia lemah terhadap dirinya, sehingga dunia “keras” terhadap dirinya.


Untuk itu setiap orang hendaknya berkenan bekerja keras. Kemudian, agar faham tentang cara bekerja keras yang baik, maka ia perlu membaca firman Allah SWT dan hadist Rasulullah Muhammad SAW, tentang cara hidup yang baik.


Cara hidup yang baik menurut Allah SWT, adalah: Pertama, beribadah kepada Allah SWT, yaitu dengan melaksanakan ibadah yang Allah SWT perintahkan kepada manusia. Selanjutnya menjadikan nilai-nilai ibadah sebagai sumber inspirasi dalam memberi manfaat optimal bagi lingkungan.


Kedua, memberi manfaat optimal bagi lingkungan, yaitu dengan menggunakan setiap potensi diri bagi kebaikan manusia dan lingkungan sekitar. Cara hidup seperti ini mendorong yang bersangkutan untuk terus menerus menggali potensi diri, dan mengubahnya menjadi kemampuan diri atau mampu melakukan aktualisasi potensi diri.


Agar mampu mengaktualisasi potensi diri, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang, yaitu: Pertama, referensi. Ia harus memperhatikan bacaan yang selama ini ia baca, di mana bacaan itu harus mampu menginspirasi dirinya sehingga mampu memperbaiki diri. Ia juga harus memperhatikan tokoh yang ia jadikan acuan atau contoh, di mana tokoh itu haruslah tokoh yang mampu menginspirasi dirinya sehingga mampu memperbaiki diri.


Kedua, sahabat. Ia harus bersinergi dengan banyak orang yang bersedia bekerjasama dalam beribadah kepada Allah SWT, dan memberi manfaat optimal bagi lingkungan. Oleh karena itu, ia harus pandai memilih sahabat yang bersedia bersinergi, agar ia tidak tertipu oleh orang yang menyatakan sahabat, tetapi tidak bersedia bersinergi.

3 komentar:

  1. Kunjungan balik...
    Nice blog friend.. Sangat bermanfaat..
    Terimakasih..
    :D

    BalasHapus
  2. Motivasinya bagus2....
    Sangat mendukung dan mudah2an bisa menjadi tambahan ilmu bagi kami....
    thanks...

    kunjungan balik dari
    http://telagapandan.blogspot.com/

    BalasHapus
  3. Your are better ... Congratulation... A beneficial thing.. Waiting for others...

    BalasHapus