Minggu, 18 Desember 2011

RENUNGAN: MUSLIM YANG TOLERAN

Dalam beberapa hari ini, sebagian masyarakat Indonesia dan dunia yang beragama Nasrani (Katholik, Protestan, dan yang semacamnya) akan merayakan Hari Raya yang mereka sebut “Natal”. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya bersikap toleran atas perayaan yang diselenggarakan oleh Kaum Nasrani.


Toleransi diberikan oleh seorang muslim, bukan karena ia tidak mengetahui tentang Agama Nasrani dan perbedaannya dengan Agama Islam. Sebaliknya, seorang muslim toleran justru karena ia mengerti tentang Agama Nasrani dan perbedaannya dengan Agama Islam. Ada dua hal utama yang menunjukkan perbedaan antara Agama Nasrani dengan Agama Islam, yaitu:


Pertama, tentang Allah. Dalam Agama Nasrani, Allah atau Tuhan Allah adalah sosok yang memiliki putra atau anak. Oleh sebab itu, ada anak Allah, yaitu Yesus atau Tuhan Yesus.


Sementara itu, dalam Agama Islam, Allah atau Allah SWT adalah Dzat yang tidak memiliki anak. Oleh sebab itu, bagi Umat Islam, Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai Tuhan Semesta Alam (alam semesta dan alam akherat), Allah SWT juga merupakan Tuhan Yang Maha Kuasa.


Dengan demikian walaupun susunan hurufnya sama, maka Allah dalam Agama Nasrani, yaitu Tuhan yang mempunyai anak; berbeda dengan Allah dalam Agama Islam, yaitu Tuhan yang tidak mempunyai anak.


Kedua, tentang Yesus dan Isa AS. Sesungguhnya Yesus dan Isa AS adalah dua tokoh yang berbeda. Dalam Agama Nasrani, Yesus adalah Tuhan, maka sering disebut Tuhan Yesus; dalam agama ini juga diyakini bahwa Yesus adalah anak Allah, atau anak Tuhan.


Sementara itu, dalam Agama Islam, Isa AS adalah seorang Rasulullah (utusan Allah SWT). Dengan demikian, bagi Umat Islam, Isa AS bukanlah Tuhan, melainkan hanya seorang utusan Tuhan.


Dengan demikian Yesus dalam Agama Nasrani, yaitu anak Tuhan Allah (Tuhan yang mempunyai anak); berbeda dengan Isa AS dalam Agama Islam, yaitu utusan Allah SWT (Tuhan yang tidak mempunyai anak).


Meskipun masih banyak perbedaan yang lain, tetapi dua perbedaan utama ini cukuplah menjadi pembeda antara Agama Nasrani dengan Agama Islam. Kedua perbedaan ini menunjukkan, bahwa Umat Islam dan Umat Nasrani memiliki Tuhan yang berbeda.


Perbedaan ini bukan karena adanya banyak Tuhan bagi manusia, melainkan karena adanya perbedaan paradigma Ketuhanan yang dianut oleh Umat Islam dan Umat Nasrani. Oleh sebab itu, Allah SWT memandu Umat Islam melalui Al Qur’an dengan firmanNya, “Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara denganNya” (QS.112:1-4).


Allah SWT mengajarkan, “Katakanlah, “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (QS.109:1-6).


Dalam Agama Islam diajarkan, bahwa sesungguhnya Allah SWT telah memilihkan Agama Islam untuk manusia, maka janganlah mati melainkan dalam keadaan muslim (lihat QS.2:132). Meskipun sesungguhnya pula tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam, karena sudah jelas jalan yang benar dengan yang salah (lihat QS.2:256).


Agama yang diridhai oleh Allah SWT hanyalah Islam (lihat QS.3:19). Oleh karena itu sangat mengherankan jika ada manusia mencari agama selain Islam (lihat QS.3:83). Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima agamanya itu (lihat QS.3:85).


Allah SWT telah mencukupkan nikmatnya pada manusia, melalui ridhanya terhadap Agama Islam (lihat QS.5:3). Oleh karena itu perlu disiapkan sebagian anggota masyarakat yang akan mempelajari Islam (lihat QS.9:122). Sehingga umat manusia dapat menghadapkan dirinya dengan lurus kepada Islam, yang merupakan agama fitrah – sesuai sifat asasi/dasar manusia – yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia (lihat QS.30:30). Ketahuilah hanya agama yang suci – yaitu bebas dari mempertuhankan selain Allah SWT – yang diridhai oleh Allah SWT (lihat QS.39:3).


Allah SWT mengingatkan, bahwa kebenaran itu dari Allah SWT (lihat QS.2:147 dan QS.18:29). Kalau kebenaran itu berdasarkan kebenaran manusia, maka terjadilah kekacauan di alam semesta (lihat QS.23:71). Oleh karena itu bila kebenaran telah datang, maka ketidak-benaran akan sirna (lihat QS.34:49).


Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan kebenaran (lihat QS.35:24). Namun demikian ada saja manusia yang mendustakan kebenaran Allah SWT yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW (lihat QS.50:5).


Renungkanlah... dan jadilah muslim yang toleran (perhatikan QS.109:1-6).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar