Ada seseorang yang melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya, namun adapula seseorang yang melakukan sesuatu karena ia perlu melakukannya. Dalam kedua kondisi ini, ketika seseorang telah berhasil melakukannya, maka orang tersebut akan merasa puas.
Dengan demikian, puas dapat terjadi karena telah melakukan sesuatu yang ingin dilakukan, dan dapat pula terjadi karena telah melakukan sesuatu yang perlu dilakukan. Kata kunci yang menjadi penentu nilai puas adalah “ingin” dan “perlu”.
Dengan demikian ada dua peluang dalam konteks puas, yaitu: Pertama, puas akan memiliki nilai yang baik, bila seseorang melakukan sesuatu karena ia perlu melakukannya. Suatu “tindakan yang perlu dilakukan”, adalah sesuatu tindakan yang akan menjadikan kualitas hidup seseorang lebih baik.
Kedua, puas akan memiliki nilai yang kurang baik, bila seseorang melakukan sesuatu hanya karena ia ingin melakukannya. Suatu “tindakan yang ingin dilakukan”, adalah sesuatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi hasrat seseorang.
Seseorang boleh saja melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya, sepanjang keinginannya itu dalam rangka memenuhi tuntutan keharusan, untuk melakukan sesuatu yang perlu baginya. Dengan kata lain, “keinginan” akan dapat diarahkan ke posisi yang lebih baik, bila ia dicerahkan oleh “keperluan” (kebutuhan) untuk melakukan sesuatu.
Seseorang yang telah melakukan sesuatu karena ia perlu melakukannya, atau karena keinginan untuk melakukan sesuatu didorong oleh perlunya sesuatu dilakukan, berpeluang puas diri. Oleh karena berbasis pada keperluan atau kebutuhan untuk melakukan sesuatu, maka puas diri semacam ini dibolehkan. Inilah sebaik-baik puas diri yang memungkinkan untuk diekspresikan oleh seseorang.
Oleh karena basis puas diri adalah keperluan, maka perlu dipertimbangkan secara sungguh-sungguh keperluan yang sungguh-sungguh diperlukan seseorang. Untuk itu seseorang perlu melakukan inventarisasi keperluannya. Hal ini akan membantunya dalam mengenali bentuk atau jenis keperluannya.
Selain itu juga perlu dipertimbangkan alasan atau penyebab suatu tindakan dikategorisasi sebagai keperluan dirinya. Selanjutnya, yang juga penting adalah mempertimbangkan cara mewujudkan atau mengekspresikan tindakan yang diperlukan.
Sebagai contoh, dapat diamati sikap Bill Gates dan Paul Allen. Pada tahun 1975 mereka menyiapkan software sekolah mereka, yang kemudian menjadi awal mula bagi mereka dalam membuat software komputer.
Pengalaman ini kemudian mendorong Bill Gates dan Paul Allen mendirikan Microsoft, yang pada awal berdirinya diabaikan orang. Pada tahun 1990-an, barulah Microsoft berhasil menguasai pasar software komputer. Akibatnya, Bill Gates dan Paul Allen menjadi orang terkenal, dan terdaftar sebagai milyuner.
Demikianlah, sikap harus memutuskan tindakan yang perlu dilakukan seseorang, untuk selanjutnya dieksekusi dengan melakukan tindakan yang perlu tersebut. Setelah itu, seseorang layak puas diri, sambil terus memperbaiki diri, agar lebih puas lagi, demikian seterusnya hingga tak terhingga. Inilah sebaik-baik puas diri.
super sekali pak.. :)
BalasHapus