Setelah seseorang berhasil membangun percaya diri dan “beralamat sendiri”, maka ia berpeluang mengatur diri. Sebagaimana diketahui, mengatur diri adalah suatu kondisi ketika seseorang mampu mengubah pemikiran, sikap dan perilakunya, sehingga dari berbagai masukan yang diperolehnya, ia dapat menghasilkan keluaran dan dampak yang paling baik.
Ketika seseorang menyatakan dirinya bersedia berubah, maka sesungguhnya ia siap berpikir, bersikap, dan berperilaku berbeda dari sebelumnya, menuju ke arah yang lebih baik. Saat itu ia siap mengelola segala potensi dan masukan dari orang lain, sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan. Dengan demikian ia memiliki harapan bagi dihasilkannya keluaran yang baik, yang kelak juga akan memberi dampak yang baik.
Sebagai acuan bagi perubahan pemikiran, sikap, dan perilakunya, ia perlu menetapkan visi dan misi baru bagi hidupnya. Visi, adalah cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang di masa depan, yang rumusannya akan memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada orang tersebut. Biasanya seseorang akan merumuskan visi yang dapat ia capai, dan dapat ia ukur pencapaiannya, serta dapat ditetapkan periode waktu pencapaiannya.
Sementara itu, misi adalah “perintah” yang harus dilakukan oleh seseorang sesuai dengan visi yang telah ditetapkannya. Rumusan misi seseorang akan memberikan arah bagi orang tersebut dalam mewujudkan visinya. Oleh karena itu, rumusan misi seseorang akan ditetapkannya dalam bentuk rumusan kegiatan utama yang perlu dilakukannya.
Rumusan kegiatan tersebut juga akan dikaitkan dengan ruang lingkup hasil yang hendak dicapai oleh seseorang, dan syarat-syarat yang berkaitan dengan pemikiran, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik. Syarat-syarat tersebut, antara lain: (1) bersedia menggapai kemampuan di bidang tertentu , (2) bersedia menggapai kemampuan memelihara kelangsungan hidup, (3) bersedia menggapai kemampuan hidup bermasyarakat, dan (4) bersedia menggapai kemampuan belajar sepanjang masa.
Ringkasnya, agar seseorang dapat mengatur diri, maka ia harus mampu mengubah pemikiran, sikap dan perilakunya. Acuan bagi perubahan pemikiran, sikap, dan perilaku orang tersebut adalah visi dan misi baru, yang ditetapkannya sebagai respon atas dinamika sosial yang ada. Berdasarkan berbagai masukan yang diperolehnya, ia dapat menghasilkan keluaran dan dampak yang paling baik.
Ketika seseorang telah berhasil membangun percaya diri, maka dapatlah dikatakan ia telah “Beralamat Sendiri”, yang mengandung makna “mandiri”. Pemikiran, sikap, dan perilaku orang tersebut tidaklah dideterminir atau ditentukan oleh pihak lain di luar dirinya, melainkan dia sendirilah yang menentukan pemikiran, sikap, dan perilakunya. Berbekal kemampuan, kepercayaan, dan potensi yang dimilikinya, orang tersebut menetapkan pemikiran, sikap, dan perilakunya.
Dengan demikian ada tiga hal yang akan berlangsung pada diri seseorang sebagai wujud “Beralamat Sendiri”, yaitu: Pertama, pemikiran, adalah suatu kondisi di mana orang tersebut: (1) memiliki opini tentang sesuatu atau tentang seseorang; (2) mempertimbangkan suatu ide atau suatu permasalahan; dan (3) memiliki keyakinan bahwa sesuatu itu benar, atau mengharapkan bahwa sesuatu akan terjadi meskipun orang tersebut tidak setuju. Dengan demikian pemikiran meliputi tiga hal, yaitu opini, pertimbangan, dan harapan.
Kedua, sikap, adalah suatu keputusan atau ketetapan yang diambil seseorang setelah ia berpikir. Berdasarkan pemikirannya, maka orang tersebut memutuskan atau menetapkan pilihan yang diwujudkan dalam sikap. Selain ditentukan oleh pemikiran, sikap juga ditentukan oleh perasaan seseorang terhadap sesuatu, yang kemudian diekspresikannya dalam format sopan-santun. Perasaan merupakan suatu instrumen kepekaan (sensitivitas) yang ada pada diri seseorang dalam merespon pengalaman, pemikiran, dan persinggungan dengan pihak lain. Sementara itu, sopan santun berarti melakukan atau menyampaikan sesuatu dengan cara yang tepat dan sesuai dengan norma-norma (ketentuan-ketentuan) yang berlaku di masyarakat.
Ketiga, perilaku, adalah tindakan yang dilakukan berulang-ulang. Tindakan adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, yang biasanya dikarenakan sesuatu itu menarik atau dipandang penting oleh seseorang. Dalam konteks interaksi sosial, tindakan (selain bersifat individual) juga bersifat sosial, atau sesuatu yang melibatkan pihak lain. Beberapa kemungkinan yang melatar-belakangi pelibatan pihak lain, adalah: (1) karena sesuatu yang dilakukan diperlukan oleh pihak lain, (2) karena sesuatu yang dilakukan berakibat atau berdampak pada pihak lain, dan (3) karena sesuatu yang dilakukan tersebut oleh pihak lain dipandang sebagai bagian dari dirinya.
Oleh karena itu, seseorang yang ingin ”Beralamat Sendiri” hendaknya bersungguh mengembangkan pemikiran, sikap, dan perilakunya. Ia harus berupaya agar pemikirannya mampu memberi opini yang tepat, mempertimbangkan segala sesuatu secara komprehensif (menyeluruh), dan memuat harapan yang baik. Ia juga harus berupaya agar sikapnya sesuai dengan perasaannya yang sejuk, dan diwujudkan dalam ekspresi yang penuh sopan santun. Selain itu, ia juga hendaknya berupaya agar perilakunya merupakan pengulangan atas tindakan yang diperlukan bagi dirinya dan pihak lain, dan memberi dampak yang baik bagi dirinya dan pihak lain, sehingga dipandang sebagai bagian dari dirinya dan pihak lain.
Percaya diri adalah suatu kondisi ketika seseorang meyakini, bahwa: (1) dirinya mampu melakukan sesuatu dengan baik, (2) dirinya dapat dipercaya sebagai orang yang mampu memberikan hasil terbaik, dan (3) dirinya memiliki sesuatu yang secara potensial dapat menghasilkan sesuatu yang baik. Definisi tersebut menunjukkan, bahwa percaya diri berkaitan dengan tiga hal, yaitu: kemampuan, kepercayaan, dan potensi. Oleh karena itu, dalam rangka membangun percaya diri dibutuhkan upaya perbaikan atas segenap kemampuan, kepercayaan, dan potensi yang dimiliki. Tepatnya, seseorang yang ingin membangun percaya diri perlu memperhatikan: Pertama, kemampuan, yaitu kualitas atau keahlian fisikal (bersifat fisik) atau mental (bersifat non fisik) yang dibutuhkan dalam melakukan sesuatu. Kualitas ini perlu diperlihatkan melalui pembuktian atas hasil terbaik atau tertinggi yang dapat dicapai ketika melakukan sesuatu. Bila kemampuan dirasa kurang, maka ia perlu memperbaiki kemampuannya agar tercapai standar kemampuan yang dibutuhkan. Kedua, kepercayaan, yaitu keyakinan bahwa seseorang dipandang mampu untuk memberikan hasil terbaik. Keyakinan didasarkan pada pemikiran, yang menunjukkan kebenaran atas pandangan tentang kemampuan orang tersebut. Sementara itu, kebenaran pandangan didasarkan pada adanya kondisi nyata tentang kemampuan seseorang. Dengan demikian, agar dapat memperoleh kepercayaan sebagai orang yang mampu memberikan hasil terbaik, maka seseorang perlu membangun keyakinan orang lain atas dirinya, dengan menunjukkan kebenaran, melalui kondisi nyata atas kemampuan terbaiknya. Ketiga, potensi, yaitu suatu kondisi di mana seseorang memiliki peluang atau kemungkinan untuk mewujudkan kualitas terbaik atas sesuatu. Potensi dapat mewujud bila seseorang berkenan mengoptimalkan energi, dan kekuatan dengan sepenuh hati. Energi, adalah kemampuan untuk menjadi sangat aktif dan tidak cepat lelah.Sementara itu, kekuatan adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain melalui keberhasilan mewujukan sesuatu yang terbaik.
Motivasi adalah suatu tekad, kehendak, keinginan, atau pendorong pada diri seseorang, yang akan menjadikannya bersedia dengan sungguh-sungguh mencapai cita-cita yang diinginkannya. Motivasi tidaklah berada di ruang hampa, melainkan berada pada suatu "kancah" interaksi sosial yang dijalani oleh seseorang. Oleh karena itu, membangun motivasi tidak dapat dilepaskan dari sensitivitas (kepekaan) terhadap interaksi sosial. Dengan kata lain, motivasi yang dibangun dan dimiliki oleh seseorang merupakan respon atas interaksi sosial yang melingkupi dan dijalaninya. Inilah yang disebut dengan sosio-motivation. Contoh paling trend saat ini adalah motivasi para pelajar ketika mengikuti UAN (Ujian Akhir Nasional). Pencerahan sosio-motivation akan mempersuasi (membujuk) para pelajar agar mengerti, bahwa nilai UAN hanyalah atribut yang ditempelkan padanya sesuai dengan kemampuannya menyerap mata-pelajaran di sekolah. Oleh karena itu: (1) ketika nilai UAN-nya relatif baik, seharusnya ia tambah percaya diri, tidak sombong, dan siap berkontribusi bagi masyarakatnya; (2) ketika nilai UAN-nya relatif buruk atau tidak lulus, seharusnya ia tetap percaya diri (karena selalu ada peluang untuk memperbaiki diri), tidak rendah diri (karena Tuhan Yang Maha Esa menciptakannya sebagai makhluk bermartabat yang sempurna), dan siap berkontribusi bagi masyarakatnya (karena banyak cara untuk berbuat kebajikan). Pola pemahaman tersebut juga dapat diterapkan pada berbagai bidang, dan bagi semua kalangan (pelajar, mahasiswa, dan masyarakat. Dengan demikian tidak alasan bagi siapapun, untuk tidak percaya diri, rendah diri, dan enggan berkontribusi. Siapapun Anda yang membaca blog ini, tetaplah semangat, tetap percaya diri, dan siap berkontribusi. Agar Tuhan Yang Maha Esa menyaksikan kerja keras Anda dalam berbakti padaNya, melalui ibadah (transendental) dan kebajikan (sosial). InsyaAllah, dalam seminggu sekali blog ini akan memposting artikel yang berkaitan dengan sosio-motivation, untuk dipersembahkan pada para pembacanya, sebagai bagian dari upaya membangun dan mendorong motivasi yang mencerahkan.
Membangun Motivasi Yang Responsif Terhadap Dinamika Sosial
KETERANGAN SINGKAT TENTANG ARISTIONO NUGROHO
Aristiono Nugroho, adalah:
(1) Dosen, peneliti, dan pegiat agraria pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional dengan alamat Jl. Tata Bumi No.5 Banyuraden, Gamping, Sleman, Prov. D.I. Yogyakarta. Sejak 1999 - sekarang.
(2) Pengajar "Sosiologi Dakwah" pada Pondok Pesantren Takwinul Muballighin dengan alamat Condong Catur, Depok, Sleman, Prov. D.I. Yogyakarta. Sejak 2004 - 2011
(3) Motivator pada SAN Management dengan alamat Jl. Sonopakis Lor No.337 RT.04/DK.IX Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Prov. D.I. Yogyakarta. Sejak Oktober - Nopember 2010.
(4) Pengajar "Wawasan Sosial Umat" pada Lembaga Pelayanan Dakwah, Yayasan Pelita Umat Yogyakarta, dengan alamat Trini 01/16 Trihanggo, Gamping, Sleman. Sejak Januari 2011 - Juli 2011.
(5) Anggota Tim Ahli Pertanahan pada Dinas Pertanahan dan Pemetaan Prov. DKI. Jakarta antara tahun 2003 - 2005.
PARA MOTIVATOR
MARI BERBAGI MOTIVASI
Bagi Anda yang berkesempatan membaca blog ini, pengelola mengundang Anda untuk "Berbagi Motivasi". Caranya dengan menuliskan ide, pemikiran, atau pengalaman Anda yang berkaitan dengan motivasi pada kolom "komentar". Dengan demikian Anda telah berbagi pengetahuan kepada orang lain yang membaca blog ini, atau Anda telah "Berbagi Motivasi". Semoga kebajikan yang Anda lakukan diridhai Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
MOTIVASI UTAMA
Motivasi utama seorang manusia dalam berpikir, bersikap, bertindak, dan berperilaku adalah dalam rangka berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana diajarkan dalam nilai-nilai keagamaan.
OBSESI: RUMAH MOTIVASI
Besar keinginan saya untuk menyelenggarakan Rumah Motivasi, yaitu sebuah rumah yang memberi layanan motivasi pada masyarakat. Di rumah ini masyarakat dapat “mencharger” (mengisi) kembali semangatnya, dengan semangat yang baru, yang mendorongnya untuk beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin.
Rumah Motivasi melayani konsultasi motivasi bagi masyarakat. Selain itu Rumah Motivasi juga menyediakan buku, DVD, dan merchandise yang dapat membantu masyarakat meningkatkan motivasinya. Pada saat-saat tertentu, dan secara berkala, Rumah Motivasi menyelenggarakan Seminar Motivasi.
Semoga saya dapat mewujudkannya, atas perkenan dan ridha Allah SWT, insyaAllah...
Blog "SOCIO - MOTIVATION" dikelola oleh Aristiono Nugroho sejak Rabu 12 Mei 2010, dengan maksud berbagi motivasi dengan pembaca blog, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya.
Sebagai dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, yang beralamat di Jl. Tata Bumi No.5 Yogyakarta, terbersit keinginan untuk berbagi motivasi, atau bila dibutuhkan siap menumbuh-kembangkan motivasi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu, Aristiono Nugroho siap bekerjasama dengan stasiun televisi, stasiun radio, Badan Eksekutif Mahasiswa, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas untuk berbagi motivasi.
InsyaAllah, dalam seminggu sekali pada blog ini akan diposting artikel bernuansa sosio-motivation.
Terimakasih, selamat membaca, semoga bermanfaat, dan semoga Allah SWT meridhai....
Roadmap (peta jalan) seorang muslim, insyaAllah menjadikan seorang muslim mampu sukses menuju sukses. Definisi sukses bagi seorang muslim, adalah suatu kondisi di mana seorang manusia mampu menggapai ridha Allah SWT. Dengan demikian ukuran sukses seorang muslim adalah ridha Allah SWT.
Allah SWT berfirman, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu, dan masuklah dalam surgaKu” (QS.89:27-30).
Untuk menggapai sukses (ridha Allah SWT), seorang muslim harus melalui suatu proses, yang merupakan kegiatan utamanya ketika hidup di alam semesta (dunia). Proses tersebut terdiri dari dua kegiatan, yaitu:
Pertama, beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu” (QS.51:56).
Kedua, rahmatan lil’alamiin atau memberi manfaat optimal bagi alam semesta (lingkungan sekitar). Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan Kami tiada mengutusmu melainkan sebagai rahmatan lil’alamiin” (QS.21:107).
Untuk menjalankan proses tersebut (beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin), seorang manusia memiliki modal, yaitu segenap potensi yang ada pada dirinya.
Selain itu, dalam menjalankan proses (beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin), seorang manusia dapat menggunakan alat yang dapat ia siapkan dengan sebaik-baiknya, yaitu: harta, pangkat, jabatan, keluarga besar, nama baik, gelar, prestasi, dan semacamnya.
Agar seorang manusia dapat mempersiapkan alat menuju sukses dengan baik, maka ada syarat yang harus ia penuhi, yaitu:
Pertama, hidup dalam koridor nilai-nilai Islam, yaitu aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak.
Kedua, berkenan berpikir, bersikap, bertindak dan berperilaku fathonah (cerdas komprehensif), amanah (dapat dipercaya), shiddiq (obyektif), dan tabligh (informatif).
Ketiga, bersedia berperan sebagai mujahiddin (pejuang kebenaran), uswatun hasanah (teladan yang baik), assabiquunal awwalun (pionir, perintis, atau yang pertama kali melakukan suatu kebajikan), dan sirajan muniran (pencerah atau pemberi pengetahuan).
Keempat, menjadi bagian dan siap memberi kontribusi bagi terwujudnya peradaban Islami, yaitu: (1) peradaban yang transenden, atau peradaban yang berbasis pada kekuatan rohani yang kuat untuk beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin; (2) peradaban yang humanis, atau peradaban yang sesuai dengan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT, yang hanya mempertuhankan Allah SWT dan siap bekerjama dengan manusia lainnya dalam rangka mengekspresikan semangat hanya mempertuhankan Allah SWT.; dan (3) peradaban yang emansipatoris, atau peradaban yang bebas dari kejahiliahan tradisional, kejahiliahan modern, dan kejahiliahan pos modern.
Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai…
KABAR TERBARU: KERUSUHAN AMBON (MINGGU 11 SEPTEMBER 2011)
Hari Minggu, tanggal 11 September 2011, terjadi kerusuhan di Ambon. Akibat kerusuhan tersebut beberapa orang tewas, dan beberapa rumah di Desa Waringin dan Desa Ponegoro terbakar, akibatnya Umat Islam di kedua desa tersebut mengungsi di Masjid Agung Al Fatah, Ambon.
Kerusuhan bernuansa agama ini, hendaknya dapat diatasi oleh tokoh dan Umat Islam Ambon dengan pikiran jernih, agar tidak merusak semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika.
Hendaknya para tokoh Umat Islam di Ambon berkoordinasi dengan TNI, POLRI dan Pemerintah Kota Ambon untuk mengembalikan ketertiban dan keamanan di Ambon. Setiap muslim tentu sedih, ketika mengetahui saudaranya (Umat Islam) mengalami ketidak-amanan dan ketidak-nyamanan. Doa kami untuk Umat Islam di Ambon...