Selasa, 28 Juni 2011

INSPIRING MINDS

Secara bebas “inspiring minds” dapat dimaknai sebagai “pemikiran yang menginspirasi”, yaitu: Pertama, pemikiran yang mampu membuat seseorang merasa, bahwa ia menginginkan suatu kebajikan, dan dapat melakukannya. Pemikiran ini mampu membuat seseorang merasa istimewa, karena telah merespon dinamika kehidupan dengan sikap dan tindakan yang istimewa, berupa kebajikan.


Kedua, pemikiran yang mampu memberi ide pada seseorang, sehingga ia dapat menyelesaikan masalah atau tugas kehidupannya dengan baik. Pemikiran ini mampu membuat seseorang merasa sanggup melakukan sesuatu, atau menjadikan sesuatu mewujud. Pemikiran ini juga mampu membuat seseorang percaya diri atau memiliki harapan untuk menyelesaikan suatu persoalan dengan baik.


Pemikiran tidak selalu disampaikan dengan ucapan, melainkan dapat pula disampaikan dengan sikap, dan tindakan. Sikap dan tindakan yang baik menunjukkan adanya pemikiran yang baik. Seseorang yang ingin pemikirannya mampu menginspirasi kebajikan bagi orang lain, harus mengucap, bersikap, dan bertindak dalam koridor kebajikan.


Rasulullah Muhammad SAW pernah berikhtiar menjodohkan sahabatnya yang bernama Jabir, dengan putri Ziad bin Labid, yang juga sahabatnya, yang bernama Zulfah. Jabir adalah sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang ketaqwaannya tak lagi diragukan, tetapi ia miskin dan tidak tampan. Sementara itu, Zulfah seorang wanita yang shaleh, cantik, serta putri orang kaya dan terpandang.


Rasulullah Muhammad SAW berkata, “Wahai Jabir engkau orang yang bertaqwa. Derajat manusia ditentukan oleh ketaqwaan, bukan oleh kekayaan dan ketampanan. Oleh karena itu, sekarang berangkatlah engkau ke rumah Ziad bin Labid untuk melamar anaknya yang bernama Zulfah.”


Kata-kata Rasulullah Muhammad SAW telah memberi semangat pada Jabir untuk datang ke rumah Ziad bin Labid guna melamar putrinya yang bernama Zulfah. Ucapan Rasulullah Muhammad SAW mampu membuat Jabir merasa, bahwa ia sanggup melamar Zulfah. Ucapan ini mampu membuat Jabir merasa istimewa, karena ia berada pada posisi istimewa dan akan melamar seorang putri yang juga istimewa.


Ucapan Rasulullah Muhammad SAW juga mampu memberi ide pada Jabir, sehingga ia dapat menyelesaikan masalah atau tugas kehidupannya dengan baik. Ucapan ini mampu membuat Jabir merasa sanggup melamar Zulfah, atau menjadikan impiannya menikahi Zulfah mewujud. Ucapan ini juga mampu membuat Jabir percaya diri atau memiliki harapan untuk dapat mewujudkan cita-citanya menikahi Zulfah.


Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya mampu menjadikan pemikirannya sebagai pemikiran yang dapat diekspresikan dalam sikap dan tindakan, yang mampu menginspirasi orang lain agar bertaqwa kepada Allah SWT.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT meridhai...

Rabu, 22 Juni 2011

JELAS DENGAN SENDIRINYA

Sesuatu disebut fakta, karena ia mampu menjelaskan dirinya sendiri. Masalah barulah muncul, ketika manusia ingin membaca penjelasan fakta. Seringkali manusia tidak mampu membaca penjelasan fakta, karena dua hal: Pertama, kelemahan sensitivitas dalam membaca fenomena. Kedua, ketiadaan instrumen dalam membaca numena.


Fenomena adalah gejala, ciri, atau sensasi yang berhasil ditangkap oleh indera manusia; sedangkan numena adalah gejala, ciri, atau sensasi yang berada diluar jangkauan indera manusia. Sementara itu, dalam fakta terdapat fenomena dan numena; sehingga manusia seringkali tidak mampu memahami suatu fakta, karena ada bagian dari fakta, yaitu numena, yang berada di luar jangkauan indera.


Oleh karena itu, suatu fakta dapat jelas dengan sendirinya, apabila manusia mampu menarik numena ke ranah jangkauan inderanya. Tetapi karena manusia tidak mampu menarik numena ke ranah jangkauan inderanya, maka manusia harus jujur mengakui, bahwa ia memiliki keterbatasan dalam memahami fakta.


Keterbatasan dalam memahami fakta inilah yang menjadi dasar bagi munculnya kebutuhan manusia terhadap firman Allah SWT. Sebagai pencipta semesta alam, maka Allah SWT merupakan Dzat yang paling berhak menjelaskan segala sesuatu tentang semesta alam.


Seorang manusia yang cerdas akan menjadikan firman Allah SWT sebagai acuan, dalam merespon dinamika alam semesta, seraya mempersiapkan segenap bekal bagi keberadaannya di alam akherat.


Oleh karena itu, sudah selayaknya manusia menyadari bahwa kebenarannya bersifat relatif. Kebenaran yang bersifat mutlak adalah kebenaran versi Allah SWT, yang tertuang dalam Al Qur’an, dan dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam Al Hadist, serta telah dinasehatkan oleh mayoritas ulama.


Sesungguhnya Allah SWT telah memilihkan Agama Islam untuk manusia, maka janganlah mati melainkan dalam keadaan muslim (lihat QS.2:132). Meskipun sesungguhnya pula tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam, karena sudah jelas jalan yang benar dengan yang salah (lihat QS.2:256).


Sesungguhnya agama yang diridhai oleh Allah SWT hanyalah Islam (lihat QS.3:19). Oleh karena itu sangat mengherankan jika ada manusia mencari agama selain Islam (lihat QS.3:83). Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima agamanya itu (lihat QS.3:85).


Allah SWT telah mencukupkan nikmatnya pada manusia, melalui ridhanya terhadap agama Islam (lihat QS.5:3). Oleh karena itu perlu disiapkan sebagian anggota masyarakat yang akan mempelajari Islam (lihat QS.9:122).


Dengan demikian umat manusia dapat menghadapkan dirinya dengan lurus kepada Islam, yang merupakan agama fitrah – sesuai sifat asasi / dasar manusia – yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia (lihat QS.30:30).


Ketahuilah hanya agama yang suci – yaitu bebas dari mempertuhankan selain Allah SWT – yang diridhai oleh Allah SWT (lihat QS.39:3). Maka jangan menjadikan teman / sahabat, orang-orang yang memerangi Islam (QS.60:9).


Oleh karena itu, setiap manusia hendaknya mengasah terus sensitivitasnya dalam membaca fenomena; seraya mempelajari firman Allah SWT, dan hadist Rasulullah Muhammad SAW, serta nasehat mayoritas ulama; agar dapat menangkap hal-hal yang bernuansa numena. Tindakan dan perilaku ini juga berguna dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, kecintaan kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan bersegera dalam rahmatan lil’alamiin.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT berkenan meridhai...

Minggu, 12 Juni 2011

BELAJAR SENDIRI

Setiap manusia hidup dalam dunia yang dinamis. Kondisi ini menjadikan setiap manusia selalu menghadapi masalah yang semakin hari semakin besar, semakin berat, dan semakin rumit. Oleh karena itu, agar seorang manusia mampu bertahan hidup, ia harus memiliki kapasitas menyelesaikan masalah tersebut.


Ketika masalah semakin besar, semakin berat, dan semakin rumit; maka kapasitas seorang manusia juga harus semakin besar, semakin handal, dan semakin akurat. Keharusan ini akhirnya mewajibkan setiap manusia untuk belajar sepanjang masa.


Semangat belajar ini, harus dimiliki oleh diri sendiri, dan harus terus dipelihara oleh diri sendiri seumur hidup. Dengan kata lain, setiap manusia hendaknya berkenan belajar sendiri seumur hidupnya, agar ia mampu mengatasi masalah yang semakin hari semakin besar, semakin berat, dan semakin rumit.


Agar seorang manusia mampu belajar sendiri seumur hidupnya, maka ia harus bersedia memotivasi dirinya, sebagai berikut: Pertama, ia mengerti bahwa manusia lahir dalam keadaan fitrah, suci, atau Islam, yaitu ciptaan Allah SWT yang hanya mempertuhankan Allah SWT. Oleh karena itu, ia harus mempertahankan keIslamannya dengan menggunakan cara-cara yang diridhai Allah SWT dalam mengatasi setiap masalah kehidupan.


Rasulullah Muhammad SAW pernah menyatakan, “Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (Islam). Orang-tuanya yang (apabila ceroboh) akan menjadikannya Nasrani, Yahudi, atau Majusi” (HR. Bukhari).



Kedua
, ia mengerti bahwa Allah SWT telah membekalinya dengan akal, agar ia dapat hidup di dunia dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT. Berdasarkan pengertian ini, maka ia bersungguh-sungguh menggunakan akalnya untuk memahami dinamika kehidupan, karena akal (alat berpikir) merupakan perangkat nalar (proses berpikir) yang utama.


Ketiga
, ia mengerti bahwa Allah SWT telah membekalinya dengan indra, sebagai alat dukung kinerja akal. Berbekal indera yang dimilikinya, maka manusia dapat mengenali dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah SWT; baik yang ada di dalam diri manusia yang bersangkutan, maupun yang berada di luarnya.


Dengan demikian ia akan terhindar dari sikap atas sesuatu yang tidak ia ketahui. Prinsipnya, setiap manusia tidak boleh mengikuti sesuatu, atau mengambil keputusan berdasarkan sesuatu, yang tidak ia ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati setiap manusia akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah SWT.


Keempat
, ia mengerti bahwa Allah SWT telah membekalinya dengan qalbu. Kata ”qalbu” berasal dari Bahasa Arab, yang berakar dari kata ”qalaba”, yang berarti ”yang membolak-balikkan”. Hal ini menggambarkan suasana hati, yang terkadang suka, dan terkadang pula duka. Berbekal qalbu yang telah diisi dengan nilai-nilai Islam, maka ia dapat menyortir segenap informasi yang diperolehnya, agar dapat mendorong lahirnya pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku kebajikan dirinya bagi manusia lainnya, dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT berkenan meridhai...

Minggu, 05 Juni 2011

MENDUKUNG DIRI SENDIRI

Banyak orang gemar mempersyaratkan dukungan orang lain, untuk mendukung pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya. Orang-orang semacam ini seringkali kecewa, ketika tidak ada seorangpun yang berkenan mendukungnya.


Oleh karena itu, kini saatnya setiap orang hanya mempersyaratkan dukungan dirinya bagi dirinya sendiri, yang diperuntukkan bagi pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku kebajikannya. Dukungan ini penting, agar setiap kebajikan yang diikhtiarkannya dapat berhasil.


Untuk mendukung diri sendiri, maka setiap orang hendaknya melakukan tahapan-tahapan, sebagai berikut: Pertama, ia bersedia tafakur, dengan memperhatikan segala sesuatu ciptaan Allah SWT. Hal ini akan mendorongnya mendukung kebajikan yang sedang diperjuangkannya sendiri, sekalipun tidak ada orang yang mendukung dirinya dalam berbuat kebajikan.


Berkaitan dengan tafakur Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan muatan yang bermanfaat bagi manusia. Dan sesuatu yang diturunkan Allah dari langit yang berupa air, lalu dengan itu dihidupkannya bumi yang kering, dan ditebarkannya di bumi bermacam-macam hewan. Dan perkisaran angin dan awan yang terkendali, yang berada di antara langit dan bumi. Semua itu merupakan tanda kekuasaan Allah, bagi orang-orang yang mengerti” (QS.2:164).


Kedua, ia bersedia terus menerus berdzikir, agar memiliki kedekatan dengan Allah SWT. Kondisi ini akan memudahkannya memohon segala sesuatu yang dapat memperlancar ikhtiar kebajikannya. Dengan kata lain ia dapat memiliki kekuatan dahsyat, yaitu doa yang dikabulkan Allah SWT.


Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (patuh) kepada Allah” (QS.5:55).


Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS.5:55, maka ia hendaknya berkenan terus menerus berdzikir. Hal ini diperlukan, agar ia memiliki kedekatan dengan Allah SWT. Selain itu juga diketahui, bahwa ia hanya dapat berharap kebajikan dari Allah SWT, Rasulullah Muhammad SAW, dan orang-orang yang beriman. Kebajikan adalah pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku seorang manusia yang berkaitan dengan beribadah kepada Allah SWT, dan bermanfaat optimal bagi lingkungannya.


Ketiga, ia bersedia memperkuat iman, memperkaya ilmu, dan hidup secara ikhsan. Kondisi ini diperlukan agar ia memperoleh keamanan dan kenyamanan hidup, sehingga kemajuan dan kemampuan dapat ia nikmati. Dengan ikhtiar ini, maka sedikit demi sedikit ia dapat memperbaiki pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya.


Berdasarkan iman, ilmu, dan ikhsan, maka ia akan mengerti tentang fasilitasi yang telah dianugerahkan Allah SWT bagi seluruh ciptaanNya. Pengertian ini akan menjadi pendorong semangat baginya, untuk sukses menggapai ridha Allah SWT. Inilah wujud dukungan dirinya bagi kebajikan yang sedang diperjuangkannya.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT berkenan meridhai...