Sabtu, 31 Maret 2012

FOR THE ONES WE CARE FOR


Istilah “for the ones we care for” dapat dimaknai sebagai “untuk yang kami perdulikan”. Istilah ini disampaikan oleh Umat Islam kepada seluruh manusia di muka bumi, sebagai bentuk kerekatan sosial antara keduanya. Umat Islam bertanggung-jawab untuk mengajak seluruh manusia di muka bumi agar berkenan berada di “jalan” taqwa kepada Allah SWT. 

Formulanya sederhana, yaitu: Pertama, beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana dimuat dalam Rukun Islam, serta segenap konsekuensinya. Kedua, rahmatan lil’alamiin atau memberi manfaat optimal bagi alam semesta, sebagai salah satu konsekuensi atas ketaqwaan kepada Allah SWT.

“For the ones we care for, yaitu seluruh manusia di muka bumi. Bertaqwalah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin,” demikianlah ungkapan hati Umat Islam. Ungkapan hati sahabat, yang berharap sahabatnya selamat dan berbahagia di dunia akherat.

“For the ones we care for, ucapkanlah syahadat dengan sepenuh hati! Karena syahadat merupakan komitmen seorang manusia kepada Tuhannya, yaitu Allah SWT. Bahwa ia hanya mempertuhankan Allah SWT, dan ia mengerti, faham, dan mengakui bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT bagi seluruh manusia di muka bumi.”
 
“For the ones we care for, dirikanlah shalat dengan sepenuh hati! Karena shalat adalah kesempatan seorang manusia beraudiensi dengan Tuhannya, yaitu Allah SWT. Saat shalat, seorang manusia mencharger hatinya dengan komitmen kemuliaan seorang manusia, yang bersungguh-sungguh mempertuhankan Allah SWT, dan siap melaksanakan rahmatan lil’alamiin.

“For the ones we care for, lakukanlah puasa di Bulan Ramadhan dengan sepenuh hati! Karena puasa di Bulan Ramadhan merupakan “kado” terindah seorang manusia untuk Tuhannya, yaitu Allah SWT. Saat berpuasa di Bulan Ramadhan, seorang manusia sedang manjalin hubungan rahasia dan mempribadi dengan Allah SWT, sehingga hanya Allah SWT yang berhak menerima “kado” terindah itu.



“For the ones we care for, tunaikanlah zakat dengan sepenuh hati! Karena zakat menunjukkan komitmen yang kuat seorang manusia, untuk tunduk kepada Tuhannya, yaitu Allah SWT. Saat menunaikan zakat, seorang manusia sedang belajar berempati kepada orang lain, sebagaimana Allah SWT telah berempati kepada seluruh manusia sejak awal mula manusia diciptakan olehNya.
 
“For the ones we care for, laksanakanlah ibadah haji dengan sepenuh hati! Karena pelaksanaan ibadah haji menunjukkan kesetiaan seorang manusia kepada Tuhannya, yaitu Allah SWT. Saat melaksanakan ibadah haji, seorang manusia berusaha sekuat tenaga meninggalkan segenap kecintaan dunianya, karena ingin bermanja-manja dengan Allah SWT.


“For the ones we care for, inilah yang dapat kami sampaikan,” demikianlah ungkapan hati Umat Islam bagi seluruh manusia di muka bumi.

Selamat merenungkan, semoga Allah SWT berkenan meridhai…


Minggu, 25 Maret 2012

CHANGE THE MATTERS

Change the matters dapat dimaknai sebagai “merubah perihal”, di mana “perihal” adalah: Pertama, suatu subyek utama yang dibutuhkan sebagai bahan pemikiran, diskusi, atau kesepakatan. Kedua, suatu substansi fisikal atau kesemestaan dalam ilmu pengetahuan. Ketiga, tipe utama pada sesuatu.


Pertanyaannya, “Apa yang harus dilakukan oleh seorang manusia dalam konteks change the matters?”


Maka, jawabannya adalah: Pertama, ubahlah subyek utama pemikiran, diskusi, dan kesepakatan kita. Caranya: (1) Ubahlah subyek utama pemikiran kita, menjadi sesuatu yang lebih abadi atau lebih bebas dari pengaruh ruang dan waktu. Tepatnya, jadikan subyek kita, adalah subyek yang tetap berlaku di masa kini dan masa depan, baik di dunia maupun di akherat. Subyek tersebut adalah nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, jadikan nilai-nilai Islam sebagai subyek utama pemikiran kita, sumber inspirasi kita, dan acuan sikap, tindakan, dan perilaku kita.


(2) Selanjutnya, jadikan nilai-nilai Islam sebagai subyek diskusi dengan diri sendiri dan dengan orang lain. Hal ini diperlukan untuk membangun critical mass atas nilai-nilai Islam, atau semakin banyak orang yang faham tentang nilai-nilai Islam. Akibatnya akan semakin berkurang orang-orang yang salah faham dengan nilai-nilai Islam.


(3) Nilai-nilai Islam yang telah menjadi pemahaman bersama, kemudian menjadi kesepakatan kita, atau menjadi sumber penyatuan pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku kita dengan orang lain. Implikasinya akan nampak pada bangkitnya peradaban yang berkualitas, yaitu peradaban yang semakin meruhani (transenden), manusiawi (humanis), dan membebaskan (emansipatoris).


Kedua, ubahlah substansi fisikal dan kesemestaan dalam ilmu pengetahuan, sehingga menjadi substansi yang meruhani, manusiawi, dan membebaskan. Oleh karena itu, substansinya haruslah substansi yang mampu mempertemukan konsepsi keilmuan dengan nilai-nilai Islam.


Bagi orang-orang yang bersedia menggunakan akalnya, hal ini akan memudahkan dia untuk faham bahwa sesuatu disebut Tuhan, apabila sesuatu itu Maha Kuasa. Sesuatu itu Maha Kuasa, apabila sesuatu itu Maha Esa. Dengan demikian orang-orang yang berakal akan mengenali Tuhannya, sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus Maha Kuasa, yaitu Allah SWT.


Ketiga, ubahlah tipe utama mindset kita, di mana mindset kita yang sebelumnya berorientasi keduniaan, kita ubah bukan hanya berorientasi akherat, melainkan menjadi lebih berfokus pada akherat. Wujudnya dengan lebih khusuk beribadah kepada Allah SWT, yang selanjutnya berimplikasi pada kesediaan kita mewujudkan rahmatan lil’alamiin.


Wujudnya berupa kemampuan bersinergi dengan berbagai kelompok manusia, dalam rangka beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin. Misalnya sinergi anggota-anggota Syiah, Sunni, Wahhabi, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Majelis Mujahiddin, Front Pembela Islam, Forum Umat Islam, dan lain-lain dalam berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat di dunia dan di akherat.


Selamat merenungkan, semoga Allah SWT meridhai…

...

Minggu, 18 Maret 2012

ENHANCING LIVES

Istilah “enhancing lives” dapat dimaknai sebagai “memperbaiki kehidupan”. Agar dapat memperbaiki kehidupan, maka setiap manusia perlu memperhatikan petunjuk Al Qur’an dan Al Hadist.


Sebagai contoh, Allah SWT berfirman, ”... Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara-cara yang baik. ...” (QS.2:233).


Firman Allah SWT dalam QS.2:233 menunjukkan, bahwa seorang laki-laki bertanggung-jawab atas keluarganya. Seorang laki-laki berkewajiban memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, dan istrinya (ibu dari anak-anaknya).


Oleh karena itu, apabila ada seorang istri yang bekerja mencari nafkah, maka pertanyaannya adalah, ”Apakah suaminya telah bekerja sungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan keluarganya?”


Apabila ternyata sang suami belum bekerja sungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, maka sang suami tergolong sebagai suami yang dzalim, karena telah melalaikan kewajibannya.


Begitu juga apabila ada seorang anak yang bekerja mencari nafkah, maka pertanyaannya adalah, ”Apakah ayahnya telah bekerja sungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan keluarganya?”


Apabila ternyata sang ayah belum bekerja sungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, maka sang ayah tergolong sebagai ayah yang dzalim, karena telah melalaikan kewajibannya.


Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, ”Sesungguhnya wanita itu adalah saudaranya laki-laki” (Hadist Riwayat: Ahmad).


Sabda Rasulullah Muhammad SAW ini menunjukkan adanya perintah bagi seorang laki-laki untuk melindungi wanita. Rasulullah Muhammad SAW menggunakan kata ”saudara”, untuk menunjukkan kedekatan sosio-emosional antara laki-laki dan wanita.


Oleh karena itu, bila ada seorang laki-laki yang menganiaya wanita, maka laki-laki itu adalah laki-laki yang dzalim. Demikian pula halnya, bila ada seorang suami yang menganiaya istrinya, maka suami tersebut tergolong sebagai suami yang dzalim. Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, ”Sebaik-baik suami adalah yang paling sayang kepada istrinya.”


Inilah beberapa contoh nilai-nilai Islam, yang menunjukkan bahwa enhancing lives barulah akan terwujud, bila seorang manusia berkenan menjadikan Al Qur’an dan Al Hadist sebagai pedoman hidupnya.


Selamat merenungkan, semoga Allah SWT meridhai...

...

Kamis, 08 Maret 2012

THE WORLD'S CONNECTION

Istilah “connection” dapat dimaknai sebagai “hubungan antara seseorang dengan orang lain, untuk bekerjasama melakukan sesuatu”. Dengan demikian “the world’s connection” dapat dimaknai sebagai “hubungan antara banyak orang dengan banyak orang lainnya di dunia, untuk bekerjasama melakukan sesuatu”.


Istilah “the world’s connection” sangat relevan, ketika diletakkan pada aktivitas setiap muslim yang ada di dunia, karena sesungguhnya setiap muslim di dunia terkoneksi atau terhubung satu sama lain melalui nilai-nilai Islam (aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak).


The world’s connection sangat relevan bagi muslim, karena segenap aktivitas mereka terkoneksi kuat dalam kesamaan nilai-nilai yang diperjuangkan. Contoh: Pertama, aqidah setiap muslim bersubstansi keyakinan, bahwa hanya Allah SWT yang merupakan Tuhan bagi semesta alam.


Kedua, ibadah setiap muslim sebagaimana ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW, yang hanya diabdikan kepada Allah SWT.


Ketiga, muamallah setiap muslim berada pada tatanan sosial yang telah ditetapkan Allah SWT, yang antara lain harus bermanfaat, serta tidak boleh mengandung unsur riba dan konsepsi haram lainnya.


Keempat, adab setiap muslim sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.


Kelima, akhlak setiap muslim merupakan cermin atas kualitas aqidah, ibadah, muamallah, dan adab yang dimilikinya.


Meskipun tidak setiap muslim menyadari koneksi mendunia yang dibangunnya, namun fakta ini tidaklah terbantahkan lagi. Bahwa setiap muslim terhubung satu sama lain sebagai saudara, yang masing-masing berjuang agar dapat beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin.


Ketika muslim di Palestina, Afghanistan, dan Iraq diserang dan diduduki negara-negara Barat (Amerika Serikat, Israel, Inggris, Perancis, dan sekutu-sekutunya), maka setiap muslim membantu saudara muslimnya, sesuai kemampuan masing-masing, termasuk dengan doa yang khusyu kepada Allah SWT


Ketika muslim di Mesir, Libya, dan Suriah diadu-domba oleh negara-negara Barat, maka setiap muslim membantu saudara muslimnya, sesuai kemampuan masing-masing, termasuk dengan doa yang khusyu kepada Allah SWT.


Selamat merenungkan, semoga Allah SWT meridhai…

Sabtu, 03 Maret 2012

LET'S BREAK

Istilah “let’s break” memiliki banyak makna, yang antara lain dapat dimaknai sebagai “ayo pecahkan”.


Let’s break persoalan hidup yang dialami, dengan mengatasi berbagai kendala yang merintangi pencapaian tujuan hidup. Ketika tujuan hidup seorang manusia adalah menggapai ridha Allah SWT, maka persoalan hidupnya merupakan segala sesuatu yang merintangi orang tersebut dalam menggapai ridha Allah SWT.


Allah SWT berfirman, ”Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu, dan masuklah dalam surgaKu” (QS.89:27-30).


Apabila harta yang dimiliki mengakibatkan Allah SWT tidak meridhainya. Maka seorang manusia hendaknya segera mengevaluasi hartanya, misalnya dengan memeriksa sumber, cara mendapatkan, dan cara membelanjakan hartanya. Demikian pula dalam hal pangkat, jabatan, gelar, dan sebagainya.


Apabila persoalannya adalah banyaknya tantangan dari orang lain. Maka seorang manusia hendaknya segera mengevaluasi kemampuan komunikasinya dengan orang lain. InsyaAllah dengan kesungguhan hati dan peningkatan kemampuan, maka ia dapat memperbaiki komunikasinya dengan orang lain. Hal ini akan mengundang simpatik orang lain terhadapnya, sehingga orang tersebut menjadi segan untuk merintangi upayanya menggapai ridha Allah SWT.


Sudah saatnya setiap manusia berkomitmen let’s break, agar secara perlahan tapi sistematis persoalan yang dialami dapat diatasi. Kondisi ini akan membantu yang bersangkutan hidup lebih baik dan lebih responsif terhadap dinamika yang dialaminya.


Hingga pada akhirnya, ia berhasil menggapai ridha Allah SWT, karena berhasil melaksanakan tugas ibadahnya kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin, sebab persoalan yang merintangi telah dapat ia reduksi.


Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai…