Minggu, 22 Mei 2011

MELAYANI DIRI SENDIRI

Setiap orang perlu memiliki kemampuan melayani diri sendiri. Oleh karena kebutuhan diri setiap orang adalah beribadah kepada Allah SWT dan memberi manfaat optimal bagi lingkungannya, maka setiap orang perlu berlatih agar ia dapat memenuhi kebutuhannya tersebut. Saat seseorang mampu memenuhi kebutuhannya, maka saat itulah ia dikatakan mampu melayani diri sendiri.


Untuk memiliki kemampuan melayani diri sendiri, tidak ada persyaratan latar belakang keluarga yang harus dipenuhi. Dengan kata lain apapun latar belakang keluarganya (di mana ia dibesarkan), setiap orang berpeluang memiliki kemampuan melayani diri sendiri.


Agar mampu melayani diri sendiri, setiap orang harus cerdas, dengan cara terus menerus memelihara semangatnya untuk berlatih cerdas (termasuk cerdas secara ruhani). Sejak ia berkeinginan untuk memiliki kemampuan melayani diri sendiri, maka sejak itulah ia harus memanfaatkan kecerdasannya untuk berubah menjadi yang terbaik. Ia harus berani untuk hanya melakukan sesuatu yang relevan dengan ibadah kepada Allah SWT, dan bermanfaat optimal bagi lingkungannya.


Selanjutnya, orang yang ingin mampu melayani diri sendiri, perlu: Pertama, bersabar dalam serangkaian ikhtiarnya. Boleh jadi ia hidup dalam kondisi yang repot atau merepotkan dirinya, tetapi ia tetap perlu berikhtiar agar dapat beribadah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya, dan dapat bermanfaat optimal bagi lingkungannya.


Kedua, siap dikritik, atau diremehkan oleh orang lain. Baginya kemuliaan tidak ditentukan oleh pendapat manusia. Ia faham, kemuliaannya ditetapkan oleh Allah SWT; sehingga sepanjang berada di “jalan” Allah SWT, maka ia berpeluang dimuliakan oleh Allah SWT.


Ketiga, tidak butuh pujian atau tepuk tangan manusia. Baginya yang terpenting adalah kuantitas dan kualitas ibadahnya kepada Allah SWT dan manfaat optimal dirinya bagi lingkungannya. Ia tidak akan bergeser dari rencana ibadahnya kepada Allah SWT dan manfaat optimal dirinya bagi lingkungan, meskipun tidak ada satupun manusia yang mengapresiasi aktivitasnya.


Keempat, siap berkomunikasi dengan siapapun, untuk memberi penjelasan tentang indahnya nilai-nilai Islam. Dengan penguasaannya atas teknologi informasi, ia mampu mendistribusikan nilai-nilai Islam di dunia maya dan dunia nyata. Berdasarkan informasi tentang nilai-nilai Islam yang didistribusikannya, maka ia menjadi bagian komunitas dakwah, baik diakui maupun tidak diakui oleh orang lain.


Kelima, siap mengimplemetasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ia membutuhkan lingkungan tempat tinggal yang tepat. Selanjutnya ia pilih strategi yang akan digunakannya dalam menerapkan nilai-nilai Islam bagi dirinya dan orang lain yang berinteraksi dengannya.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT meridhai…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar