Selasa, 17 Mei 2011

MEMIKIRKAN DIRI SENDIRI

Memikirkan diri sendiri adalah tindakan berpikir yang dilakukan oleh seseorang, di mana tindakannya itu berkaitan dengan dirinya, atau tentang dirinya. Tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pencapaian hidupnya, untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi, atau untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkannya.


Orang-orang yang terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, seringkali tidak sempat memikirkan dirinya. Orang-orang ini hanya sibuk memenuhi keinginan dirinya, tetapi tidak sempat memikirkan sesuatu yang penting, yang menjadi kebutuhan dirinya. Orang ini tidak mengetahui bahwa dirinya membutuhkan ridha Allah SWT.


Oleh karena itu, kinilah saatnya bagi kita semua untuk mulai memikirkan diri sendiri. Kinilah saatnya kita semua memikirkan kebutuhan diri kita masing-masing, yaitu ridha Allah SWT. Untuk menggapai ridha Allah SWT ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, yaitu:


Pertama, waspadalah terhadap bujukan liberalisme, yang merupakan jerat halus untuk menghalangi datangnya ridha Allah SWT. Liberalisme mempertuhankan kebebasan, sehingga merusak kebebasan manusia yang paling hakiki, yaitu bebas dari gangguan kaum liberalis dalam mempertuhankan Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.


Kedua, waspadalah terhadap bujukan demokratisme, yang merupakan jerat halus untuk menghalangi datangnya ridha Allah SWT. Demokratisme mempertuhankan rakyat, sehingga merusak semangat kerakyatan, yang berisi pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku yang relevan dengan upaya melindungi, mencerdaskan, dan mensejahterakan rakyat.


Ketiga, waspadalah terhadap bujukan kapitalisme, yang merupakan jerat halus untuk menghalangi datangnya ridha Allah SWT. Kapitalisme mempertuhankan pemilik modal, sehingga merusak hubungan harmonis antara pekerja, masyarakat, dan pemilik modal. Lagipula kapitalisme telah mengabaikan pemilik modal yang sebenarnya, yaitu Allah SWT yang merupakan pemilik langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada pada keduanya.


Keempat, waspadalah terhadap bujukan pluralisme, yang merupakan jerat halus untuk menghalangi datangnya ridha Allah SWT. Pluralisme mempertuhankan keaneka-ragaman semata, sehingga tidak mampu membedakan keaneka-ragaman sosiologis dengan keaneka-ragaman theologis. Keaneka-ragaman sosiologis diijinkan oleh Allah SWT, sedangkan keaneka-ragaman theologis tidak diijinkan oleh Allah SWT.


Allah SWT berfirman dalam QS.5:3 sebagai berikut, ”... Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu, dan telah kucukupkan bagimu nikmatKu, dan telah kuridhai Islam menjadi agama bagimu. ...”


Kelima, waspadalah terhadap bujukan sekularisme yang merupakan jerat halus untuk menghalangi datangnya ridha Allah SWT. Sekularisme memisahkan nilai-nilai Islam dari kehidupan sehari-hari, sehingga manusia gagal mendapat manfaat dari nilai-nilai Islam. Kegagalan ini dikarenakan manusia tidak berkenan mempraktekkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT berkenan meridhai...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar