Minggu, 31 Juli 2011

RENUNGAN: BELAJAR DARI SEJARAH MAJAPAHIT DAN DEMAK

Saat ini sebagian Bangsa Indonesia pesimis terhadap masa depan Bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya situasi dan kondisi saat ini yang memprihatinkan, seperti: Pertama, berbagai kecurangan di bidang ekonomi yang berbasis pada kapitalisme. Kedua, berbagai penyimpangan seksual yang berbasis pada liberalisme. Ketiga, berbangga-bangga dengan harta benda yang berbasis pada materialisme. Keempat, berbagai penyalah-gunaan potensi, kewenangan, dan kekuasaan manusia yang berbasis pada hedonisme. Kelima, religiusitas sesat yang berbasis pada atroposentrisme (pemujaan pada manusia).


Apabila Bangsa Indonesia berkenan belajar dari sejarah Majapahit dan Demak, maka insyaAllah Bangsa Indonesia akan optimis menghadapi masa depannya. Karena, pada masa akhir keruntuhannya Majapahit mengalami situasi dan kondisi yang berat, seperti: Pertama, berbagai kecurangan ekonomi yang dilakukan oleh para pejabat Majapahit. Kedua, berbagai penyimpangan seksual yang dilakukan oleh para pejabat Majapahit. Ketiga, berbangga-bangga dengan harta benda yang dilakukan oleh para pejabat Majapahit. Keempat, berbagai penyalah-gunaan potensi, kewenangan, dan kekuasaan manusia yang dilakukan oleh para pejabat Majapahit.


Situasi dan kondisi yang berat di masa akhir keruntuhan Majapahit ini membuat gelisah sekelompok orang, yang bersungguh-sungguh hidup dalam nilai-nilai kesucian. Kelompok ini terdiri dari para wali (muslim) dan murid-muridnya, yang dalam hidupnya sehari-hari selalu menerapkan nilai-nilai kesucian, yaitu nilai-nilai Islam.


Oleh karena situasi dan kondisi Majapahit yang semakin berat, maka para wali memutuskan untuk mendirikan Kesultanan Demak, dengan mengangkat Raden Fatah (Keturunan Majapahit) sebagai Sultan Demak.


Sejarah memperlihatkan, bahwa akhirnya Kesultanan Demak menggantikan peran Kerajaan Majapahit, dengan menebarkan nilai-nilai Islam di wilayah eks wilayah Kerajaan Majapahit. Setelah suatu wilayah menerapkan nilai-nilai Islam, maka Kesultanan Demak mempersilahkan wilayah-wilayah tersebut membentuk kesultanan sendiri. Oleh karena itu, di sebagian besar wilayah eks wilayah Kerajaan Majapahit berdiri kesultanan-kesultanan yang mandiri, yang menerapkan nilai-nilai kesucian, yaitu nilai-nilai Islam.


Allah SWT berfirman, ”Katakanlah, ”Bila kebenaran telah datang, maka kebatilan (ketidak-benaran) tidak akan mulai lagi, dan tidak pula akan kembali” (QS.34:49).


Hikmah yang dapat diambil dari sejarah Majapahit dan Demak, adalah: Pertama, Allah SWT berkenan melindungi Bangsa Indonesia, agar selalu menerapkan nilai-nilai kesucian. Kedua, Bangsa Indonesia hendaknya tetap optimis menghadapi masa depan, dengan bersungguh-sungguh melakukan dzikir, pikir, dan ikhtiar, agar Bangsa Indonesia mampu menerapkan nilai-nilai kesucian, yaitu nilai-nilai Islam.


Semoga optimisme selalu ada pada Bangsa Indonesia, untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.


InsyaAllah...

1 komentar: