Pada saat ini banyak orang yang memberi makna negatif terhadap “kepentingan diri sendiri”, terutama ketika diperhadapkan dengan “kepentingan masyarakat”. Kondisi ini muncul, karena banyak orang terpedaya dengan sukses palsu.
Sukses palsu menjadikan kepentingan diri sendiri bertentangan dengan kepentingan masyarakat, karena sukses hanya diukur dari perolehan harta, pangkat / jabatan, peringkat / gelar, dan besarnya keluarga. Saat itu itulah upaya pencapaian sukses palsu mengabaikan kepentingan masyarakat.
Ironinya, para pencapai sukses palsu ini justru dielu-elukan dan dipuja – puja oleh masyarakat, yang kepentingannya diabaikan oleh para pencapai sukses palsu. Masyarakat silau, terkesima, dan tertipu oleh adanya kelimpahan harta, ketinggian pangkat / jabatan, peringkat / gelar, dan besarnya keluarga para pencapai sukses palsu.
Sesungguhnya kepentingan diri sendiri dapat selaras dengan kepentingan masyarakat, bila para pencapai sukses palsu segera menyadari kesalahannya, dan segera berikhtiar untuk mencapai sukses yang sesungguhnya, yaitu pencapaian ridha (perkenan) dari Tuhan Yang Maha Esa. Para pengikhtiar sukses yang sesungguhnya kemudian menjadikan harta, pangkat / jabatan, peringkat / gelar, dan keluarga besar sebagai instrumen atau alat untuk mencapai sukses yang sesungguhnya.
Bagi para pengikhtiar sukses yang sesungguhnya harta, pangkat / jabatan, peringkat / gelar, dan keluarga besar wajib digunakan dan dimanfaatkan untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memberi manfaat optimal bagi lingkungan (rahmatan lil’alamiin). Saat itulah kepentingan pribadi dapat dimaknai sebagai: Pertama, pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku yang diekspresikan sebagai wujud perhatian pada suatu masalah yang berkaitan dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Kedua, pembelaan terhadap kepentingan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, yang dilakukan, dipelajari, atau didalami dengan senang hati.
Tetapi kedua makna kepentingan pribadi tersebut barulah akan lahir, bila para pengikhtiar sukses yang sesungguhnya berkenan meletakkan kepentingan masyarakat sebagai kepentingan pribadi. Tepatnya, para pengikhtiar sukses yang sesungguhnya merasa, bahwa gangguan terhadap kepentingan masyarakat merupakan gangguan bagi kepentingan pribadi.
Untuk itu para pengikhtiar sukses yang sesungguhnya perlu: Pertama, merencanakan aktivitas yang bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Kedua, membangun interaksi yang dapat membaikan dan membahagiakan diri sendiri dan orang lain. Ketiga, membangun toleransi dan saling pengertian antara diri sendiri dengan orang lain. Keempat, membesarkan harapan dan semangat diri sendiri dan orang lain, dengan keyakinan dan ikhtiar bahwa hidup harus semakin baik dan semakin bermanfaat. Kelima, menggunakan pikiran, sikap, tindakan, dan perilaku yang baru, sebagai bagian dari ikhtiar agar hidup semakin baik. Keenam, menepati waktu dan janji baik yang pernah disampaikan, agar orang lain semakin percaya, sehingga memudahkan membangun kerjasama dengan orang lain.
Demikianlah beberpa hal yang perlu diperhatikan, agar kepentingan diri sendiri selaras dengan kepentingan orang lain.
Toleransi dan saling pengertian memang sangat diperlukan. Makasih atas pencerahannya pak...
BalasHapusSalam hangat & sukses selalu...
terimaksih pak atas kunjungannya, blogx inspiratif, btw tidak memsan buku2 yang sya tawarkan :D
BalasHapus