Ketika seseorang mempersembahkan hidupnya bagi Allah SWT dengan berupaya menggapai ridhaNya, ia akan menjadikan harta, pangkat / jabatan, dan peringkat / gelar sebagai alat untuk mendukung ibadah kepada Allah SWT, dan rahmatan lil’alamiin (bermanfaat optimal bagi alam semesta / lingkungan).
Untuk itu ia akan berupaya memperoleh alat (harta, pangkat / jabatan, dan peringkat / gelar) dengan cara-cara yang diperkenankan oleh Allah SWT. Selanjutnya, dengan berbekal percaya diri ia akan berupaya memperolehnya dengan melakukan sesuatu yang khas dirinya. Saat itulah, ia mempersembahkan buatan atau karyanya kepada Allah SWT.
Keinginannya mempersembahkan buatan atau karyanya memiliki alasan, sebagai berikut: Pertama, ia ingin menghasilkan atau menciptakan sesuatu. Dalam konteks menuju sukses (menggapai ridha Allah SWT), ia berupaya menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang akan meningkatkan semangat dirinya dan orang lain untuk beribadah (dalam arti luas) kepada Allah SWT.
Kedua, ia ingin membuat atau menumbuhkan semangat ”rahmatan lil’alamiin” pada dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Untuk itu ia mengikhtiarkan agar kesejahteraan masyarakat dapat terjadi atau ada di masyarakat. Ia bekerjasama dengan masyarakat dalam menciptakan peluang usaha, yang akan menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Ketiga, ia ingin mengajak masyarakat untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, agar segenap upaya meningkatkan kesejahteraan mendapat dukungan Allah SWT. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ketika Allah SWT memberi peluang sukses (menggapai ridha Allah SWT). Bahkan ia juga ingin agar masyarakat dapat memanfaatkan peluang itu. Dengan demikian kesempatan nyata yang diperoleh tidak akan hilang tanpa kesan.
Keempat, ia ingin mengembangkan kualitas dirinya dan masyarakat agar layak mendapat peluang sukses, serta mendapat kesempatan memperoleh alat terbaik menuju sukses. Ia ingin berubah menjadi lebih maju atau lebih baik, dengan meningkatkan cakupan manfaat kehadirannya di dunia bagi orang lain dan lingkungan.
Kelima, ia memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh harta yang relatif banyak, karena akhirnya akan digunakan di “jalan” Allah SWT, misal untuk membantu pembiayaan pendirian pesantren, rumah sakit, dan membiayai anak putus sekolah.
Keenam, ia memiliki keinginan yang kuat untuk menduduki pangkat / jabatan yang tinggi, karena akhirnya akan digunakan di “jalan” Allah SWT, misal untuk mengambil kebijakan bijaksana (wisdom) yang dapat meringankan beban masyarakat.
Ketujuh, ia memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh peringkat / gelar akademis atau sosial yang tinggi, karena akhirnya akan digunakan di “jalan” Allah SWT, misal untuk merumuskan solusi dan membantu penyelesaian masalah yang ada di masyarakat.
Selamat berikhtiar…
Motivasinya bagus,..
BalasHapussangat bermanfaat, terutama bagi kami-kami yang masih muda.
Mantap pak Aris! Februari nanti insyaAllah saya ada workshop hypnotherapy di Jogja. Mudah-mudahan bisa bersilaturahim..
BalasHapusassalamualaikum,salam kenal pak?dakwahnya bagus?setiap nasehat namanya dakwah,tp lebih bagus lagi memakai tuntunan al-qur'an dan hadits sebagai hujjah/dalilnya.karna setiap perbuatan dan ucapan akan di mintai pertanggung jawaban kelak di akherat,coba gimana klw ucapan kita kluar jalur dr hukum alloh,repotkan?walahu a'lam?....salam saking kulo nang sumantra..mampir nang blog saya juga baru blajar ngeblog
BalasHapus: clik di sini langsung meluncur ke tkp.suwon.......
cukup aq bilang bagus banget!!!!salam kenal aza.
BalasHapus