Seorang manusia yang bersungguh-sungguh berupaya menggapai ridha Allah SWT, tentulah hanya akan mempertuhankan Tuhan yang sesungguh-sungguhnya Tuhan, yaitu Allah SWT.
Jika ada seorang manusia yang mempertuhankan sesuatu (manusia, hewan, benda, dan lain-lain) selain Allah SWT, tentulah ia orang yang tertipu. Kondisi ini terjadi karena ia kurang bersungguh-sungguh menggunakan akal dan pikirannya, atau ia tidak berkenan berpikir dan berakal.
Seorang manusia yang mempertuhankan manusia, tentulah seorang manusia yang tertipu; karena Tuhan Yang Maha Esa telah menyatakan dirinya tidak beranak dan tidak diperanakkan (lihat QS.112).
Semoga Allah SWT berkenan memberikan hidayah (petunjuk) bagi orang-orang yang belum mengerti, bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun boleh jadi Allah SWT telah memberikan petunjuk (melalui nilai-nilai Islam), tetapi orang-orang tersebut tetap membangkang kepada Allah SWT.
Dengan kesungguhannya dalam mempertuhankan Allah SWT, maka seorang manusia akan bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah SWT, serta bersungguh-sungguh dalam berkarya dan berikhtiar sebagai bentuk rahmatan lil’alamiin, pada setiap pagi, siang, dan petang. Selain itu pada sepertiga malam ia menyempatkan diri beraudiensi dengan Allah SWT, melalui shalat malam.
Allah SWT berfirman dalam QS.6:160, “Barangsiapa yang datang dengan perbuatan baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat. Dan barangsiapa yang datang dengan kejahatan, maka ia tidak dibalas melainkan yang setimpal dengan perbuatannya, dan ia tidak akan dirugikan (melainkan ia sendiri yang merugikan diri sendiri).”
Hal-hal sebagaimana yang telah diuraikan menunjukkan tentang terjadinya proses mengekang diri pada seseorang. Ia berupaya mengekang diri untuk tidak melakukan hal-hal yang sia-sia dalam hidupnya.
Ia bersungguh-sungguh mempertuhankan Allah SWT, dengan segala implikasi logisnya, seperti hidup lebih sederhana (efektif dan efisien), dan lebih bermanfaat (rahmatan lil’alamiin).
Dengan kemampuan mengekang diri, maka hidupnya akan lebih tertata, dan lebih memungkinkan baginya mencapai sukses, yaitu menggapai ridha Allah SWT.
Sebagai orang yang mampu mengekang diri, maka ia akan: Pertama, membangun komitmen yang kuat untuk tidak berpikir, bertindak, bersikap, dan berperilaku yang bertentangan dengan firman Allah SWT.
Kedua, karena Allah SWT juga memerintahkan agar setiap manusia mampu memberi manfaat optimal bagi lingkungannya, maka ia berkomitmen untuk menjadikan pikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya bermanfaat optimal bagi lingkungannya.
Ketiga, ia bersungguh-sungguh mewujudkan komitmennya seraya memohon pertolongan pada Allah SWT, agar ia dapat mewujudkan komitmennya.
Selamat mencoba, insyaAllah berhasil…
Subhanallah... Betul itu pak. Mengapa harus mengadu pada manusia yang sebenarnya punya banyak kekurangan. Allah tempat sebaik-baik tempat kembali bagaimanapun keadaan dan kondisi kita. Dia lebih Tahu apa yang terbaik tuk kita.
BalasHapusLakukan yang terbaik, selama jiwa belum terpisah dari raganya. Yakin Semua ada jalan keluarnya...
Terimakasih ya Pak, 'Ilmu yang bermanfaat
follow my blog ya
BalasHapusumamkhairul.blogspot.com