Sabtu, 21 Agustus 2010

MAMPU MEMBELA DIRI

Membela diri, adalah suatu pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku seseorang dalam melindungi diri dari serangan yang bersifat fisik maupun non fisik terhadap dirinya. Hal ini dilakukan seseorang sebagai upaya mencegah diri dari bahaya atau tekanan yang akan merugikan dirinya.


Kemampuan membela diri menunjukkan, bahwa yang bersangkutan peduli pada dirinya. Yang bersangkutan mengetahui bahwa dirinya penting, dan merasa bahwa kepentingan dirinya harus dilindungi. Dirinya penting untuk melakukan sesuatu yang penting bagi kepentingannya, yaitu berbuat kebajikan.


Seseorang yang mampu membela diri tidak mudah terkecoh oleh pujian, karena boleh jadi pujian itu justru dimaksudkan untuk menghancurkan dirinya. Bila ada orang yang memuji dirinya, maka ia akan tersenyum dan menerimanya sebagai pemicu semangat. Namun pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya tetap ia yang memutuskan, terutama dalam menjaga agar ia tetap berada dalam koridor kebajikan.


Seseorang yang mampu membela diri juga tidak mudah terkecoh oleh hinaan, karena boleh jadi hinaan merupakan informasi penting tentang kekurangan dirinya. Kekurangan itulah yang selama ini sedang ia upayakan untuk direduksi (dikurangi) dengan penuh kesungguhan.


Oleh karena itu, ia membela diri, hanya apabila ikhtiar kebajikannya terganggu. Sebagai contoh, apabila ada orang yang menghina tindakannya ketika membantu anak yatim, maka ia akan membela diri. Ia akan menjelaskan bahwa membantu anak yatim merupakan tindakan yang penting dan perlu.


Penggemar kebajikan ini juga sanggup membela diri secara fisik, jika ada orang yang ingin berbuat jahat kepadanya. Ia telah mempersiapkan diri dengan berlatih secukupnya dalam hal bela diri. Ia menjaga kesehatannya, agar dapat selalu beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan terus menerus melakukan kebajikan pada sesama manusia sesuai kemampuannya.


Ia ingin dirinya dinilai baik oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ia juga ingin agar hidupnya bermakna bagi orang lain. Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kebajikan bagi sesama manusia menjadi instrumen interaksi dirinya. Tuhan Yang Maha Esa merupakan Dzat yang penting bagi dirinya, karena merupakan tujuan segenap ibadah dan kebajikannya. Sesama manusia merupakan sahabat yang penting bagi dirinya, terutama sebagai ”tempat” berbagi dalam suka dan duka.

6 komentar:

  1. ok frien. aq follow km, klo g kberatan follow aq ya ?
    di
    http://khairulfaqihvirgo.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. kadang manusia menjadi over-defensive terhadap segala hal yang sebenarnya baik bagi dirinya.. salam ^__^

    BalasHapus
  3. This article is very interesting for me ..thx.. sekalian kunjungan balik ni,,saling follow bisa???

    BalasHapus