Minggu, 12 Juni 2011

BELAJAR SENDIRI

Setiap manusia hidup dalam dunia yang dinamis. Kondisi ini menjadikan setiap manusia selalu menghadapi masalah yang semakin hari semakin besar, semakin berat, dan semakin rumit. Oleh karena itu, agar seorang manusia mampu bertahan hidup, ia harus memiliki kapasitas menyelesaikan masalah tersebut.


Ketika masalah semakin besar, semakin berat, dan semakin rumit; maka kapasitas seorang manusia juga harus semakin besar, semakin handal, dan semakin akurat. Keharusan ini akhirnya mewajibkan setiap manusia untuk belajar sepanjang masa.


Semangat belajar ini, harus dimiliki oleh diri sendiri, dan harus terus dipelihara oleh diri sendiri seumur hidup. Dengan kata lain, setiap manusia hendaknya berkenan belajar sendiri seumur hidupnya, agar ia mampu mengatasi masalah yang semakin hari semakin besar, semakin berat, dan semakin rumit.


Agar seorang manusia mampu belajar sendiri seumur hidupnya, maka ia harus bersedia memotivasi dirinya, sebagai berikut: Pertama, ia mengerti bahwa manusia lahir dalam keadaan fitrah, suci, atau Islam, yaitu ciptaan Allah SWT yang hanya mempertuhankan Allah SWT. Oleh karena itu, ia harus mempertahankan keIslamannya dengan menggunakan cara-cara yang diridhai Allah SWT dalam mengatasi setiap masalah kehidupan.


Rasulullah Muhammad SAW pernah menyatakan, “Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (Islam). Orang-tuanya yang (apabila ceroboh) akan menjadikannya Nasrani, Yahudi, atau Majusi” (HR. Bukhari).



Kedua
, ia mengerti bahwa Allah SWT telah membekalinya dengan akal, agar ia dapat hidup di dunia dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT. Berdasarkan pengertian ini, maka ia bersungguh-sungguh menggunakan akalnya untuk memahami dinamika kehidupan, karena akal (alat berpikir) merupakan perangkat nalar (proses berpikir) yang utama.


Ketiga
, ia mengerti bahwa Allah SWT telah membekalinya dengan indra, sebagai alat dukung kinerja akal. Berbekal indera yang dimilikinya, maka manusia dapat mengenali dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah SWT; baik yang ada di dalam diri manusia yang bersangkutan, maupun yang berada di luarnya.


Dengan demikian ia akan terhindar dari sikap atas sesuatu yang tidak ia ketahui. Prinsipnya, setiap manusia tidak boleh mengikuti sesuatu, atau mengambil keputusan berdasarkan sesuatu, yang tidak ia ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati setiap manusia akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah SWT.


Keempat
, ia mengerti bahwa Allah SWT telah membekalinya dengan qalbu. Kata ”qalbu” berasal dari Bahasa Arab, yang berakar dari kata ”qalaba”, yang berarti ”yang membolak-balikkan”. Hal ini menggambarkan suasana hati, yang terkadang suka, dan terkadang pula duka. Berbekal qalbu yang telah diisi dengan nilai-nilai Islam, maka ia dapat menyortir segenap informasi yang diperolehnya, agar dapat mendorong lahirnya pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku kebajikan dirinya bagi manusia lainnya, dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT berkenan meridhai...

2 komentar:

  1. Bang Aris, ikut belajar bareng jenengan ea. Bang, aku ingin kuliah tapi ga punya biaya. saya penjaga perpus di MTs swasta di Kudus. Bang, jenengan dapat ngasih saya kegiatan tambahan untuk menambah pendapatan saya kah? dengan yang berhubungan kegitan anda. Pripun? TAin eswe Abu Nayya , Kudus.

    BalasHapus
  2. Assallamu'alaikum Wr. Wb.

    Bapak Taineswe yang saya hormati.

    Penjaga perpustakaan berpeluang melatih diri untuk gemar membaca. Pilih bidang Keislaman yang diminati, lalu bacalah buku-buku yang berkaitan dengan pilihan itu. Pelajari dengan seksama substansinya, hingga benar-benar faham.

    Kemudian, belajarlah menulis tentang bidang Keislaman yang diminati berdasarkan buku-buku yang pernah dibaca. Lalu hubungkan substansi bacaan dengan fakta kekinian di sekitar diri. Maka lahirlah tulisan yang aktual. Acara selanjutnya adalah menawarkan tulisan itu ke penerbit. Jika pada awalnya ditolak, teruslah berusaha dengan memperbaiki tulisan tersebut.

    Selamat mendoba, semoga Allah SWT meridhai.

    BalasHapus