Rabu, 22 Juni 2011

JELAS DENGAN SENDIRINYA

Sesuatu disebut fakta, karena ia mampu menjelaskan dirinya sendiri. Masalah barulah muncul, ketika manusia ingin membaca penjelasan fakta. Seringkali manusia tidak mampu membaca penjelasan fakta, karena dua hal: Pertama, kelemahan sensitivitas dalam membaca fenomena. Kedua, ketiadaan instrumen dalam membaca numena.


Fenomena adalah gejala, ciri, atau sensasi yang berhasil ditangkap oleh indera manusia; sedangkan numena adalah gejala, ciri, atau sensasi yang berada diluar jangkauan indera manusia. Sementara itu, dalam fakta terdapat fenomena dan numena; sehingga manusia seringkali tidak mampu memahami suatu fakta, karena ada bagian dari fakta, yaitu numena, yang berada di luar jangkauan indera.


Oleh karena itu, suatu fakta dapat jelas dengan sendirinya, apabila manusia mampu menarik numena ke ranah jangkauan inderanya. Tetapi karena manusia tidak mampu menarik numena ke ranah jangkauan inderanya, maka manusia harus jujur mengakui, bahwa ia memiliki keterbatasan dalam memahami fakta.


Keterbatasan dalam memahami fakta inilah yang menjadi dasar bagi munculnya kebutuhan manusia terhadap firman Allah SWT. Sebagai pencipta semesta alam, maka Allah SWT merupakan Dzat yang paling berhak menjelaskan segala sesuatu tentang semesta alam.


Seorang manusia yang cerdas akan menjadikan firman Allah SWT sebagai acuan, dalam merespon dinamika alam semesta, seraya mempersiapkan segenap bekal bagi keberadaannya di alam akherat.


Oleh karena itu, sudah selayaknya manusia menyadari bahwa kebenarannya bersifat relatif. Kebenaran yang bersifat mutlak adalah kebenaran versi Allah SWT, yang tertuang dalam Al Qur’an, dan dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam Al Hadist, serta telah dinasehatkan oleh mayoritas ulama.


Sesungguhnya Allah SWT telah memilihkan Agama Islam untuk manusia, maka janganlah mati melainkan dalam keadaan muslim (lihat QS.2:132). Meskipun sesungguhnya pula tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam, karena sudah jelas jalan yang benar dengan yang salah (lihat QS.2:256).


Sesungguhnya agama yang diridhai oleh Allah SWT hanyalah Islam (lihat QS.3:19). Oleh karena itu sangat mengherankan jika ada manusia mencari agama selain Islam (lihat QS.3:83). Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima agamanya itu (lihat QS.3:85).


Allah SWT telah mencukupkan nikmatnya pada manusia, melalui ridhanya terhadap agama Islam (lihat QS.5:3). Oleh karena itu perlu disiapkan sebagian anggota masyarakat yang akan mempelajari Islam (lihat QS.9:122).


Dengan demikian umat manusia dapat menghadapkan dirinya dengan lurus kepada Islam, yang merupakan agama fitrah – sesuai sifat asasi / dasar manusia – yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia (lihat QS.30:30).


Ketahuilah hanya agama yang suci – yaitu bebas dari mempertuhankan selain Allah SWT – yang diridhai oleh Allah SWT (lihat QS.39:3). Maka jangan menjadikan teman / sahabat, orang-orang yang memerangi Islam (QS.60:9).


Oleh karena itu, setiap manusia hendaknya mengasah terus sensitivitasnya dalam membaca fenomena; seraya mempelajari firman Allah SWT, dan hadist Rasulullah Muhammad SAW, serta nasehat mayoritas ulama; agar dapat menangkap hal-hal yang bernuansa numena. Tindakan dan perilaku ini juga berguna dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, kecintaan kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan bersegera dalam rahmatan lil’alamiin.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT berkenan meridhai...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar