Secara bebas “forward thinking” dapat dimaknai sebagai “berpikir ke depan”. “Berpikir” meliputi makna bahwa seseorang memiliki opini tentang sesuatu, atau seseorang sedang mempertimbangkan suatu ide atau suatu persoalan. Sementara itu, “ke depan” meliputi makna tentang hal-hal yang berkaitan dengan masa depan, atau yang berkaitan dengan adanya kemajuan.
Dengan demikian “berpikir ke depan” atau “forward thinking” dapat dimaknai sebagai kemampuan seseorang, tentang opini atau pertimbangannya terhadap segala sesuatu, yang berkaitan dengan masa depannya yang bernuansa kemajuan. Secara faktual masa depan yang bernuansa kemajuan bagi seorang manusia, adalah ketika ia berhasil menggapai ridha Allah SWT.
Oleh karena itu, setiap manusia berkewajiban untuk mengajak setiap orang, agar berhasil menggapai ridha Allah SWT. Cara mengajaknya melalui dakwah tentang nilai-nilai Islam, kepada orang-orang yang sempat berjumpa dengannya.
Berkaitan dengan dakwah perlu diperhatikan adanya tiga surat dari Allah SWT kepada manusia, yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW, yang berdasarkan urutan penyampaiannya merupakan tiga surat awal, yaitu: Pertama, Surat Al Alaq atau QS.96. Kedua, Surat Al Mudatsir atau QS.74. Ketiga, Surat Al Muzzammil atau QS.73.
Sementara itu, berdasarkan urutannya dalam Al Qur’an sebagaimana arahan Rasulullah Muhammad SAW juga terdapat tiga surat awal, yaitu: Pertama, Surat Al Fatihah atau QS.1. Kedua, Surat Al Baqarah atau QS.2. Ketiga, Surat Ali Imran atau QS.3.
Selain itu, berdasarkan urutannya dalam Al Qur’an sebagaimana arahan Rasulullah Muhammad SAW juga terdapat tiga surat terakhir, yaitu: Pertama, Surat Al Ikhlas atau QS.112. Kedua, Surat Al Falaq atau QS.113. Ketiga, Surat An Nas atau QS.114.
Khusus untuk tiga surat awal berdasarkan urutan penyampaiannya dari Allah SWT kepada manusia melalui Rasulullah Muhammad SAW, merupakan surat-surat yang memotivasi manusia untuk segera melakukan kebajikan, yaitu menyampaikan kebenaran. Tepatnya memotivasi manusia untuk berkenan berdakwah, atau menyampaikan nilai-nilai Islam kepada segenap manusia yang ia jumpai, baik secara tertulis maupun lisan, dan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Allah SWT berfirman, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia (Allah) telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam (baca dan tulis). Dia mengajarkan kepada manusia hal-hal yang tidak diketahuinya” (QS.96:1-5).
Selanjutnya Allah SWT berfirman, ”Hai orang yang berselimut bangunlah! Lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah! Dan perbuatan dosa hindarilah!” (QS.74:1-5).
Allah SWT juga berfirman, ”Hai orang yang berselimut bangunlah di malam hari, kecuali sedikit daripadanya, yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit saja, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an dengan tertib. Sesungguhnya Kami (Allah) akan menurunkan kepadamu perkataan (arahan) yang berat” (QS.73:1-5).
Dengan demikian, seorang manusia yang mampu ”forward thinking” maka ia harus berani menyampaikannya, yaitu dengan berdakwah. Caranya: Pertama, ia harus banyak membaca, dengan berbasis pada nilai-nilai Islam. Kedua, kemudian menyampaikannya kepada banyak orang. Ketiga, seraya mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui shalat malam pada 1/3 malam yang akhir. Keempat, agar siap menghadapi tugas-tugas berat selanjutnya.
Selamat mencoba, semoga Allah SWT meridhai...
Postingan nya keren - keren
BalasHapusFollow blog aku ya http://auliaprimadini-3.blogspot.com/
Wuaach Postingannya bagus yach...!!! semoga bermanfat bagi orang banyak.
BalasHapusBaru tau nih ada istilah forward thingking. Hehe.. salam kenal juga, pak. Mampir juga ke blog perusahaan saya ya: www.cg-trainingnetwork.com
BalasHapusiktan juga ya di blog saya .. nuralmukminn.blogspot.com
BalasHapussemoga bermanfaat buat kita semua .. :)
FORWARD THINKING, sangat mengesankan....
BalasHapusBerfikir kedepan adalah berfikir tentang masa yang sebenarnya 'bukan kosong', tapi masa bagi janji-janji Allah swt dan RasulNya yang belum terjadi. Berfikir kedepan hakekatnya adalah berfikir untuk meraih janji-janji-Nya.
(pesantrenhararatuliman@blogspot.com)