Allah SWT berfirman, “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib (di luar jangkauan indera manusia), serta yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami (Allah) anugerahkan kepada mereka” (QS.2:2-3).
Better information (informasi yang lebih baik) bagi setiap manusia, adalah informasi yang mampu menjangkau segala sesuatu yang berada dalam jangkauan indera manusia, maupun yang berada di luar jangkauan indera manusia.
Segala sesuatu yang berada dalam jangkauan indera manusia disebut fenomena. Sementara itu, segala sesuatu yang berada di luar jangkauan indera manusia disebut numena. Dengan demikian better information bagi setiap manusia, adalah informasi yang mampu menjangkau fenomena dan numena.
Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS.2:2-3 diketahui, bahwa informasi yang mampu menjangkau fenomena dan numena adalah Kitab Suci Al Qur’an. Oleh karena itu, sudah selayaknya setiap manusia memiliki, membaca, dan memperhatikan Kitab Suci Al Qur’an, agar ia layak disebut sebagai manusia yang memiliki better information.
Bukankah dalam Al Qur’an terdapat informasi, “Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan, di mana segala sesuatu hanya bergantung (berserah diri, berharap, atau memohon pertolongan) padanya. Dia (Allah) tidak beranak, dan juga tidak diperanakkan, serta tidak ada segala sesuatu yang setara (serupa) denganNya” (QS.112:1-4).
Untuk menambah terang atau menambah jelas informasi pokok (utama) yang terdapat dalam Kitab Suci Al Qur’an, maka dibutuhkan kesediaan setiap manusia untuk memiliki, membaca, dan memperhatikan Al Hadist, yaitu segenap pernyataan, tindakan, perilaku, atau diamnya Rasulullah Muhammad SAW tentang suatu tema tertentu dalam menjalankan nilai-nilai Islam (Kitab Suci Al Qur’an), yang dibukukan oleh para perawi hadist; seperti hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Apabila masih memiliki rezeki yang cukup, setiap manusia hendaknya memiliki, membaca, dan memperhatikan kitab-kitab klasik tentang nilai-nilai Islam yang ditulis oleh para ulama salaf (ulama terdahulu), seperti “Kitab Ihya Ulumuddin” karya Imam Al Ghazali.
Selanjutnya, setiap manusia juga perlu terus menerus mengasah dan berbagi pengetahuan dan informasi tentang nilai-nilai Islam, dengan cara menghadiri ceramah dan diskusi tentang Islam, membaca buku (dunia nyata), atau membaca blog (dunia maya) yang mengagungkan nilai-nilai Islam. Serta ikhtiar lainnya yang dapat memperkuat iman Islamnya.
Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai…
keep posting sir....nice sharing
BalasHapussudah jarang sekali dari kita sekarang ini yang mau untuk belajar ilmu-ilmu agama kita.
Untuk Sopian:
BalasHapusThanks yaa... atas komennya.
Saya juga merasakan hal yang sama.
Kita ingatkan terus yuk, sahabat-sahabat kita agar berkenan membaca, memperhatikan, dan menerapkan nilai-nilai Islam yang tertuang dalam Al Qur'an, Al Hadist, dan nasehat ulama salaf.
Kita juga punya tugas melakukan aktualisasi nilai-nilai Islam, dengan cara menyelesaikan dinamika kehidupan saat ini dengan menggunakan perspektif Islam (Al Qur'an dan Al Hadist).
Thanks yaa...