”Real peoples”, adalah suatu masyarakat yang nyata. Masyarakat ini dikatakan nyata, karena segenap pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya sesuai dengan kebenaran yang nyata, yaitu kebenaran yang bersumber pada nilai-nilai Islam.
Seseorang yang berinteraksi dengan real peoples, dapat belajar tentang pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku masyarakat ini, yang selalu sesuai dengan nilai-nilai Islam. Apabila pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku seseorang belum mengarah pada ibadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin, maka interaksi orang tersebut dengan real peoples akan membantunya berikhtiar melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin.
Allah SWT berfirman, ”Apabila telah datang pertolongan Allah, dan kemenangan; dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong; maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia (Allah) adalah Maha Penerima Taubat” (QS.110:1-3).
Firman Allah SWT ini menggambarkan fenomena real peoples, yang terjadi pada suatu masa di akhir zaman; ketika kecerdasan kolektif manusia telah mampu membedakan antara Tuhan dengan yang bukan Tuhan.
Saat ini fenomena real peoples masih terhalang oleh adanya kesesatan, yang dipasarkan secara masif (besar-besaran) dan canggih, sehingga dapat memperdaya sebagian masyarakat. Berbekal kemewahan duniawi, sebagian masyarakat berhasil ditipu untuk mempertuhankan tuhan yang bukan Tuhan, yaitu sosok manusia yang dipertuhankan. Melalui rekayasa citra (image engineering) digelontorkanlah ke masyarakat, kisah sukses palsu orang-orang yang mempertuhankan tuhan yang bukan Tuhan.
Oleh karena itu, setiap manusia hendaknya berikhtiar dengan sungguh-sungguh agar tidak terpedaya oleh juru sesat yang gemar menyesatkan manusia. Ingatlah terus firman Allah SWT dalam QS. Al Ikhlas, atau QS.112:1-4.
Allah SWT berfirman, ”Katakanlah, ”Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada sesuatupun yang setara denganNya” (QS.112:1-4).
Melalui firmanNya ini, Allah SWT mengajarkan umat manusia, bahwa Tuhan itu Maha Esa; kalau ada tuhan yang tidak Maha Esa, maka tentulah itu bukan Tuhan. Tepatnya, sesuatu disebut Tuhan, hanya bila Ia Maha Esa. Sesuatu yang tidak Maha Esa, maka tentu ia tidak Maha Kuasa. Bagaimana mungkin sesuatu disebut Maha Kuasa jika ia berbagi kekuasaan.
Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS.112:1-4 diketahui bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga Dia adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Berbekal prinsip ini, maka setiap manusia akan termotivasi untuk beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin.
Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar