MEMBANGUN MOTIVASI YANG RESPONSIF TERHADAP DINAMIKA SOSIAL
Jumat, 01 Oktober 2010
MEMBANGUN HARGA DIRI
Harga diri (esteem) adalah suatu kondisi di mana seseorang menghormati dirinya sendiri, dengan cara memberi citra baik bagi dirinya, melalui berbagai aktivitas kebajikan. Untuk itu ia menunjukkan perilaku yang halus, lembut, dan tidak kasar, serta berupaya menunjukkan pada khalayak bahwa ia memperhatikan kesetaraan kepentingan dirinya dengan orang lain.
Ketika seseorang berupaya membangun harga dirinya, maka ada beberapa hal yang harus ia lakukan, yaitu: Pertama, ia harus menghindarkan diri dari kondisi tenggelam, atau larut dalam masalah, karena kondisi ini akan menjadikan ia hidup tanpa solusi atas masalah yang dihadapi. Kedua, ia harus menghindarkan diri dari kondisi tenggelam dalam kepasrahan, serta jangan pernah hanya mengharap keajaiban dan tanpa upaya, melainkan terus menerus berupaya mengatasi masalah sebagai suatu cara membuat keajaiban. Ketiga, ia harus lakukan penataan emosi dalam format sadar diri, dengan memanfaatkan potensi untuk mencari solusi.
Ketiga upaya tersebut membutuhkan kesediaannya untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pertama, ia harus memperhatikan content, konten, atau isi, seperti: isi pengendalian diri, semangat, ketekunan, dan kemampuan memotivasi diri sendiri. Kedua, ia harus memperhatikan context, konteks, atau relevansi, seperti: berbagai situasi dan kondisi yang terkait dengan interaksi antara yang bersangkutan dengan orang lain. Ketiga, ia harus memperhatikan goal atau tujuan, seperti: pemenuhan kepentingan diri sendiri dan orang lain.
Setiap orang hendaknya bersegera membangun harga diri, dengan cara memberi citra baik bagi dirinya, melalui berbagai aktivitas kebajikan. Salah satu kebajikan yang dapat diraih melalui pengendalian diri adalah menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain.
Perilaku menahan amarah merupakan perilaku seseorang yang memiliki harga diri. Perilaku ini berpasangan secara relasional (sebab akibat) dengan perilaku memaafkan kesalahan orang lain. Kedua perilaku ini dapat dipandang sebagai perilaku yang bersifat parallel (sejajar), maupun linear (serial). Dalam perspektif parallel masing-masing perilaku (menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain) difahami dapat muncul bersamaan. Sedangkan dalam perspektif linear difahami, bahwa perilaku diawali oleh perilaku menahan amarah. Perilaku ini memberi kesempatan pada individu yang bersangkutan untuk memunculkan perilaku memaafkan kesalahan orang lain.
Seseorang yang memiliki harga diri akan secara sadar mengekspresikan perilaku menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Kesadaran diri sendiri ini mencakup dua hal, yaitu: kesadaran terhadap adanya proses berpikir atau metakognisi(metacognition), dan kesadaran terhadap adanya penataan emosi atau metamood.
Metakognisi dan metamood menghasilkan kesadaran individu terhadap adanya pemikiran tentang perlunya penataan emosi. Hal ini memberi pilihan bagi individu tersebut untuk melakukan penekanan emosi, yang akan menimbulkan pemberontakan; atau melakukan pembebasan emosi, yang akan menimbulkan kejenuhan.
Oleh karena penekanan dan pembebasan emosi menimbulkan efek negatif pada individu, berupa pemberontakan dan kejenuhan pada diri individu yang bersangkutan, maka dibutuhkan adanya solusi emosional berupa pengendalian emosi. Pengendalian emosi, merupakan konsepsi perilaku diri sendiri yang bersifat individual, sadar, rasional, internal, dan sukarela.
Seseorang yang mampu mengendalikan emosi memiliki karakteristik, sebagai berikut: Pertama, ia mengerti dengan sungguh-sungguh, bahwa Tuhan dapat dimohon pertolonganNya terhadap apapun situasi dan kondisi yang dialami. Kedua, ia bersikap dan berperilaku tetap tenang, saat menerima informasi, deskripsi, atau berita apapun. Ketiga, ia bersikap dan berperilaku tetap tenang, saat menerima pengakuan dari pihak yang telah berbuat salah atau merugikan dirinya. Keempat, ia memiliki kesabaran (dalam arti tetap gigih mencari solusi) dan dapat menahan perasaan, ketika mengetahui ada kejanggalan atau mengalami situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan keinginan.
Pengendalian emosi yang dilakukan oleh individu, akan dapat menetralisir pemberontakan dan kejenuhan diri, melalui penyikapan kebutuhan secara tepat, yaitu: ada kebutuhan emosi yang dapat dipenuhi secara proporsional karena bermanfaat; dan ada kebutuhan emosi yang tidak dapat dipenuhi, karena tidak bermanfaat. Ketika seseorang berhasil melakukan hal ini, maka ia telah mengakses jalan bagi pembangunan dirinya menjadi manusia yang memiliki harga diri.
Membangun Motivasi Yang Responsif Terhadap Dinamika Sosial
KETERANGAN SINGKAT TENTANG ARISTIONO NUGROHO
Aristiono Nugroho, adalah:
(1) Dosen, peneliti, dan pegiat agraria pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional dengan alamat Jl. Tata Bumi No.5 Banyuraden, Gamping, Sleman, Prov. D.I. Yogyakarta. Sejak 1999 - sekarang.
(2) Pengajar "Sosiologi Dakwah" pada Pondok Pesantren Takwinul Muballighin dengan alamat Condong Catur, Depok, Sleman, Prov. D.I. Yogyakarta. Sejak 2004 - 2011
(3) Motivator pada SAN Management dengan alamat Jl. Sonopakis Lor No.337 RT.04/DK.IX Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Prov. D.I. Yogyakarta. Sejak Oktober - Nopember 2010.
(4) Pengajar "Wawasan Sosial Umat" pada Lembaga Pelayanan Dakwah, Yayasan Pelita Umat Yogyakarta, dengan alamat Trini 01/16 Trihanggo, Gamping, Sleman. Sejak Januari 2011 - Juli 2011.
(5) Anggota Tim Ahli Pertanahan pada Dinas Pertanahan dan Pemetaan Prov. DKI. Jakarta antara tahun 2003 - 2005.
PARA MOTIVATOR
MARI BERBAGI MOTIVASI
Bagi Anda yang berkesempatan membaca blog ini, pengelola mengundang Anda untuk "Berbagi Motivasi". Caranya dengan menuliskan ide, pemikiran, atau pengalaman Anda yang berkaitan dengan motivasi pada kolom "komentar". Dengan demikian Anda telah berbagi pengetahuan kepada orang lain yang membaca blog ini, atau Anda telah "Berbagi Motivasi". Semoga kebajikan yang Anda lakukan diridhai Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
MOTIVASI UTAMA
Motivasi utama seorang manusia dalam berpikir, bersikap, bertindak, dan berperilaku adalah dalam rangka berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana diajarkan dalam nilai-nilai keagamaan.
OBSESI: RUMAH MOTIVASI
Besar keinginan saya untuk menyelenggarakan Rumah Motivasi, yaitu sebuah rumah yang memberi layanan motivasi pada masyarakat. Di rumah ini masyarakat dapat “mencharger” (mengisi) kembali semangatnya, dengan semangat yang baru, yang mendorongnya untuk beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin.
Rumah Motivasi melayani konsultasi motivasi bagi masyarakat. Selain itu Rumah Motivasi juga menyediakan buku, DVD, dan merchandise yang dapat membantu masyarakat meningkatkan motivasinya. Pada saat-saat tertentu, dan secara berkala, Rumah Motivasi menyelenggarakan Seminar Motivasi.
Semoga saya dapat mewujudkannya, atas perkenan dan ridha Allah SWT, insyaAllah...
Blog "SOCIO - MOTIVATION" dikelola oleh Aristiono Nugroho sejak Rabu 12 Mei 2010, dengan maksud berbagi motivasi dengan pembaca blog, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya.
Sebagai dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, yang beralamat di Jl. Tata Bumi No.5 Yogyakarta, terbersit keinginan untuk berbagi motivasi, atau bila dibutuhkan siap menumbuh-kembangkan motivasi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu, Aristiono Nugroho siap bekerjasama dengan stasiun televisi, stasiun radio, Badan Eksekutif Mahasiswa, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas untuk berbagi motivasi.
InsyaAllah, dalam seminggu sekali pada blog ini akan diposting artikel bernuansa sosio-motivation.
Terimakasih, selamat membaca, semoga bermanfaat, dan semoga Allah SWT meridhai....
Roadmap (peta jalan) seorang muslim, insyaAllah menjadikan seorang muslim mampu sukses menuju sukses. Definisi sukses bagi seorang muslim, adalah suatu kondisi di mana seorang manusia mampu menggapai ridha Allah SWT. Dengan demikian ukuran sukses seorang muslim adalah ridha Allah SWT.
Allah SWT berfirman, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu, dan masuklah dalam surgaKu” (QS.89:27-30).
Untuk menggapai sukses (ridha Allah SWT), seorang muslim harus melalui suatu proses, yang merupakan kegiatan utamanya ketika hidup di alam semesta (dunia). Proses tersebut terdiri dari dua kegiatan, yaitu:
Pertama, beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu” (QS.51:56).
Kedua, rahmatan lil’alamiin atau memberi manfaat optimal bagi alam semesta (lingkungan sekitar). Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan Kami tiada mengutusmu melainkan sebagai rahmatan lil’alamiin” (QS.21:107).
Untuk menjalankan proses tersebut (beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin), seorang manusia memiliki modal, yaitu segenap potensi yang ada pada dirinya.
Selain itu, dalam menjalankan proses (beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin), seorang manusia dapat menggunakan alat yang dapat ia siapkan dengan sebaik-baiknya, yaitu: harta, pangkat, jabatan, keluarga besar, nama baik, gelar, prestasi, dan semacamnya.
Agar seorang manusia dapat mempersiapkan alat menuju sukses dengan baik, maka ada syarat yang harus ia penuhi, yaitu:
Pertama, hidup dalam koridor nilai-nilai Islam, yaitu aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak.
Kedua, berkenan berpikir, bersikap, bertindak dan berperilaku fathonah (cerdas komprehensif), amanah (dapat dipercaya), shiddiq (obyektif), dan tabligh (informatif).
Ketiga, bersedia berperan sebagai mujahiddin (pejuang kebenaran), uswatun hasanah (teladan yang baik), assabiquunal awwalun (pionir, perintis, atau yang pertama kali melakukan suatu kebajikan), dan sirajan muniran (pencerah atau pemberi pengetahuan).
Keempat, menjadi bagian dan siap memberi kontribusi bagi terwujudnya peradaban Islami, yaitu: (1) peradaban yang transenden, atau peradaban yang berbasis pada kekuatan rohani yang kuat untuk beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil’alamiin; (2) peradaban yang humanis, atau peradaban yang sesuai dengan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT, yang hanya mempertuhankan Allah SWT dan siap bekerjama dengan manusia lainnya dalam rangka mengekspresikan semangat hanya mempertuhankan Allah SWT.; dan (3) peradaban yang emansipatoris, atau peradaban yang bebas dari kejahiliahan tradisional, kejahiliahan modern, dan kejahiliahan pos modern.
Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai…
KABAR TERBARU: KERUSUHAN AMBON (MINGGU 11 SEPTEMBER 2011)
Hari Minggu, tanggal 11 September 2011, terjadi kerusuhan di Ambon. Akibat kerusuhan tersebut beberapa orang tewas, dan beberapa rumah di Desa Waringin dan Desa Ponegoro terbakar, akibatnya Umat Islam di kedua desa tersebut mengungsi di Masjid Agung Al Fatah, Ambon.
Kerusuhan bernuansa agama ini, hendaknya dapat diatasi oleh tokoh dan Umat Islam Ambon dengan pikiran jernih, agar tidak merusak semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika.
Hendaknya para tokoh Umat Islam di Ambon berkoordinasi dengan TNI, POLRI dan Pemerintah Kota Ambon untuk mengembalikan ketertiban dan keamanan di Ambon. Setiap muslim tentu sedih, ketika mengetahui saudaranya (Umat Islam) mengalami ketidak-amanan dan ketidak-nyamanan. Doa kami untuk Umat Islam di Ambon...
Harga diri merupakan suatu hal yang sangat penting...
BalasHapusSebuah bacaan yang sangat memotivasi...
Nice works...
Wow..keren artikelnya..thanks for leaving a comment
BalasHapusSalam Kenal,
alhamdulillah, blog yang sangat menarik untuk diikuti...
BalasHapus