Minggu, 31 Juli 2011

DARE TO BE FIRST

Dare (Bahasa Inggris), berarti memiliki keberanian yang memadai untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dibutuhkan keberanian untuk melakukan sesuatu. Hal ini relevan dengan seruan untuk menjadi yang pertama (to be first), karena agar seseorang dapat menjadi yang pertama dibutuhkan suatu keberanian. Tepatnya, “Berani Menjadi Yang Pertama” atau “Dare To Be First”.


Allah SWT mengingatkan, “Dan pada diri kamu sendiri, apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS.51:21). Dengan demikian seorang manusia hendaknya dapat memperhatikan rahmat Allah SWT pada dirinya, bahwa setiap manusia memiliki potensi melakukan kebajikan.


Pemikiran dan sikap memperhatikan, berpeluang menjadikan manusia yang bersangkutan tidak masuk dalam kategori orang-orang yang buta hatinya. Allah SWT berfirman, “Maka sesungguhnya bukan pandangannya yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada” (QS.22:46).


Sindiran ini menunjukkan adanya “kebutaan” kesadaran (pemikiran, sikap, dan perilaku) seorang manusia, sehingga menghalanginya mengenali potensi diri. Kemampuan mengenali potensi diri merupakan sesuatu yang penting, karena potensi dapat dimanfaatkan untuk melakukan suatu kebajikan, meskipun hal itu tergolong sebagai sesuatu yang pertama kali baginya. Karena prinsipnya adalah “Dare To Be First”.


Untuk mewujudkan “Dare To Be First” perlu dilakukan langkah-langkah, sebagai berikut: Pertama, tetapkan kegiatan yang akan dilakukan, yang merupakan suatu kegiatan yang: (a) pertama kali dilakukan seseorang, (b) pertama kali dilakukan di suatu tempat, atau setidak-tidaknya (c) pertama kali dilakukan oleh yang bersangkutan. Setelah menetapkan suatu kegiatan tertentu, maka segera selidiki manfaat kegiatan tersebut bagi diri sendiri dan orang lain.


Kedua, visualisasikan tujuan dari kegiatan yang telah ditetapkan, yang telah diketahui bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Visualisasi tujuan kegiatan diwujudkan dengan menuliskan secara detail kata-kata yang berkaitan dengan tujuan kegiatan, yang dapat menggugah semangat.


Ketiga, pelajari kisah sukses orang-orang terkenal, untuk menumbuhkan keberanian menjadi orang yang pertama melakukan sesuatu. Perhatikan bagaimana orang-orang terkenal tersebut membuat detail kegiatannya, tahap demi tahap, terutama yang berkaitan dengan upaya mengatasi tantangan.


Keempat, untuk test case, beritahukan rencana kegiatan pada orang terdekat, untuk mendapatkan kritik yang membangun. Lapangkan hati, agar dapat menerima kritik dengan baik. Apabila hati belum dapat lapang sepenuhnya, ikuti pelatihan atau lakukan konsultasi motivasi pada orang yang tepat.


Kelima, buat dead line atau tenggat waktu, untuk setiap tahapan kegiatan Anda, agar mudah diketahui kesalahan dan keterlambatannya. Besarkan hati, karena Anda adalah orang yang oleh Allah SWT diamanatkan untuk sukses di dunia dan di akherat. Jangan pernah menganggap remeh pekerjaan sesederhana apapun.


Keenam, jangan biasakan membuat berbagai alasan untuk kegagalan Anda. Ketahuilah, tidak diperlukan banyak alasan untuk mengatasi kegagalan, melainkan cukup satu alasan yang mewajibkan Anda untuk sukses. Proaktif-lah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Proyeksikan stimulus yang akan muncul, seraya mempersiapkan respon proporsional atas stimulus yang muncul.


Ketujuh, hati-hati dengan ketersediaan waktu luang. Karena waktu luang adalah saat-saat sibuk yang tidak diisi oleh pekerjaan produktif. Kehati-hatian ini diperlukan untuk mengatasi kemungkinan munculnya kegiatan yang mendesak, yang terjadi karena tidak didahului dengan persiapan yang matang.


Selamat mencoba, semoga Allah SWT meridhai…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar